Pagi itu seperti biasa aku memulai pagi dengan senyuman, setelah bersiap-siap aku langsung bergegas menuju suatu tempat rekomendasi teman di kota bandung ini.
Baru kemarin aku menginjakkan kaki di kota kembang ini, dan hari ini aku siap memulai hari dengan kamera yang selalu menggantung di leherku.
"Siap?" tanya Rendi, dia temanku di bandung, masih ingat tempat rekomendasi yang akan ku kunjungi, Rendi lah yang merekomendasikannya.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban, Rendi langsung merangkul bahuku dan berjalan menuju mobil merah yang sudah siap di depan lobby apartemen.
Ini keren, indah, dan entahlah, aku kehilangan kata-kata untuk mendeskrepsikan keindahan didepanku ini.
Klasik! Satu kata itu yang mengikat semua keindahan yang tercipta, tugu mercusuar yang tinggi, dan keindahan alam disekelilingnya membuatku tak bisa berlama-lama mengistirahatkan kameraku.
Jeprett...jepret....jepret...
Kameraku terus berbunyi karena ulahku, banyak gambar menakjubkan yang tercipta dari hasil jepretanku.
"Gimana?" suara Rendi membuatku terpaksa harus menurunkan kameraku, kemudian menatapnya.
"Apa ada kata yang lebih dari keren?" ucapku. Rendi tersenyum kemudian menepuk bahuku.
"Aku sudah mengira, orang yang kaku kaya lo emang suka sama yang tua dan kaku kaya gini" ucapnya tertawa, dia menyindirku.
"Ini bukan tua apalagi kaku ya, tapi klasik, peninggalan belanda"belaku
"Ya terserah lo, gue kesana dulu. Lo nikmatin aja sama pacar lo" ucapnya menunjuk kamera yang masih ku pegang, "gue tunggu jam 11 di parkiran" tambahnya. Aku mengangguk sembari mengacungkan jempolku tanda setuju.
Setelah puas dengan hasil jepretanku, aku memilih duduk di salah satu bangku usang, kini aku berada di puncak tugu mercusuar, dan pemandangan dari atas sini sungguh membuatku ingin tetap tinggal.
Aku tersenyum puas melihat hasil jeperetanku sendiri, namun seketika senyumku hilang melihat sebuah foto seorang wanita sedang memandang tingginya mercusuar dari bawah, rambutnya yang panjang terlihat indah karna tertiup angin, ini menakjubkan, aku bahkan sampai terkagum-kagum dengan hasilku sendiri, tak pernah aku mengagumi hasil karyaku sendiri.
Tapi kapan aku mengambil foto ini? Bahkan aku lupa karna terlalu banyak aku mengarahkan kameraku ke setiap sudut.
Dengan cepat aku bangkit dan melangkah mendekat ke pembatas, di bawah sana banyak turis dan wisatawan lokal yang berkunjung, namun aku tak sedikitpun melihat wanita ini.
Aku mendesah kecewa dan bersiap membalikan tubuhku, namun belum aku beranjak, sosok itu kini terlihat, dia sedang bermain bersama anak kecil, dia terus menggoda anak kecil itu hingga anak itu cemberut lucu.
Aku ikut tersenyum saat melihat tingkah lucu dari anak kecil itu, tak ku sia-siakan, kuarahkan kameraku dan banyak gambar yang sudah tercipta disana.
Entahlah, kali ini aku mematung, Jantungku berdetak tak wajar, dunia serasa berhenti, bahkan aku masih memfokuskan mataku dari kamera ini, namun tak menjepretnya, aku kehabisan nafas saat senyum penuh ketulusan itu kini berubah menjadi tawa, kenapa dengan perasaanku?mengapa aku tergelitik untuk mengenal wanita itu?
Seperti adegan slow motion di sinetron, aku menurunkan kameraku dan memandang tawa indah itu, cukup lama sampai aku tak tahu bagaimana caranya untuk bernafas, aku sesak.
Saat wanita dan anak kecil itu berbalik dan melangkah pergi, aku tersadar, seketika aku berlari menuruni tangga untuk menghampiri wanita itu.
Namun nihil. Sesampainya di bawah, tak ada sosok wanita itu, tak ada suara tawanya, aku berjalan mengikuti langkah yang tadi dilaluinya, namun teriakan seseorang membuatku menghentikan langkahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan CERPEN
RandomBeberapa kumpulan cerpen, tentang semua yang ada dalam hidup.