4th: Game On!

108 10 2
                                    




Part IV: GAME ON!

    Nana terus merutuki dirinya sendiri di dalam kamar. Ia menyesal karena tadi ia telah menganggukan kepalanya atas tawaran Sehun. Dan Pada akhirnya inilah yang terjadi, hati Nana merasa sangat tidak tenang. Berulang kali ia berputar-putar dalam kamarnya sendiri.

    Tidak akan ada yang tahu apa yang akan dilakukan ayah Nana ketika seorang pria mengajaknya pergi larut malam. Parahnya, emosi ayah Nana terkadang melewati garis kenormalan. Bagaimana jika Ayahnya membanting meja di depan Sehun? Bagaimana jka Ayahnya Berteriak mencaci maki dirinya dan Sehun? Atau yang lebih parah, Sehun akan terkena bogem mentah milik ayahnya. Tidak, tidak! Itu benar-benar memalukan.

    "Arrghh! Kenapa aku menerima tawarannya tadi?!"

    Waktu sudah menunjukkan pukul 8.40 malam. Semakin dekat dengan waktu yang dijanjikan oleh Sehun, hati Nana semakin resah. Sesekali Nana mengacak rambutnya bingung. Daripada ia teus bingung seperti ini, bukankah ia lebih baik Nana berganti baju? Nana berganti baju menggunakan sweater garis-garis biru dongker dengan garis putih dan juga skinny jeans. Sangat sederhana.

    "Nana! Seseorang mencarimu!" Teriakan cempreng milik Ibu Nana merasuki gendang telinga Nana. Jarak kamar Nana dengan pelataran rumah-kedai ibunya-cukup jauh, sudah menjadi ciri khas ibu Nana mempunyai suara setinggi itu.

    Nana menatap kaca sembari mengatur nafasnya sesekali-berusaha untuk tenang. Baiklah, tenang Nana, semuanya akan baik-baik saja. Dengan langkah semangat ia pun bergerak menuruni tangga rumahnya.

    Di sana terlihat seorang pria berambut silver duduk di salah satu bangku kedai. Pria itu menggunakan topi baseball hitam yang menutupi sebagian dari rambutnya. Dari belakang, terlihat sekali jika bahu pria itu begitu lebar dan punggungnya yang begitu panjang. Dari postur tubuhnya, Nana mengetahui jika orang di depannya itu merupakan Sehun. Sepertinya Sehun baru saja mengubah gaya rambutnya.

    "Siapa yang mencarimu malam-malam?"

    Ya, Tuhan! Tubuh Nana menghentak kaget mendengar suara milik orang yang sejak tadi ia resahkan. Ya, benar, Ayah Nana. Dengan gerakan ragu, Nana memutar badannya dan mendapati sang ayah sedang duduk di kursi goyang dengan satu tangan memegang kopi hangat.

    "Ah itu, temanku." Jawab Nana ragu.

    "Nana! Temanmu menunggu! Cepat kemari!" Teriakan ibunya kembali terdengar.

    "Ajak temanmu masuk." Perintah Ayah Nana. Masih dengan hati ragu, Nana berjalan mendekati Sehun.

    "Hei," Panggil Nana ketika berada satu meter di belakang Sehun. Gadis itu tidak berani menatap mata Sehun. Ia ragu, ragu sekali dengan Sehun dan Ayahnya. Mungkinkah mereka bisa diajak bekerja sama? "Kau dipanggil Ayahku."

    Ketika Sehun berdiri, Nana baru menyadari jika pria itu mnggunakan masker dan juga kacamata hitam, selain topi JDCnya. Nana mendengus sebal. Rasanya Nana ingin sekali tertawa melihat penampilan Sehun. Pantas saja ibunya tadi terus memanggil, pasti Ibu Nana takut dengan orang di hadapannya ini.

    "Ya, mahluk astral! Kau itu bodoh atau apa? Memangnya matahari bersinar di malam hari? Kenapa menggunakan kacamata itu? Kalau ingin berlagak seperti penguntit, kenapa tidak kerenan sedikit, sih? Kau justru terlihat bodoh jika seperti ini!" Tawa Nana menggelegar di kedai milik ibunya. Ketakutan Nana tiba-tiba saja menghilang melihat kebodohan pria di depannya ini. Sudah jelas memakai topi yang menutupi matanya, kenapa harus memakai kaca mata lagi?

    "Sstt! Ayo cepat." Kaki panjang milik Sehun melangkah di lantai rumah Nana. Bodoh, ia berjalan dengan tegak seolah tidak ada ketakutan di dalam hatinya. Apakah Sehun sudah sering bertemu dengan ayah kekasihnya?

OURS [EXO Sehun Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang