Ini bukan permulaan

814 46 3
                                    



Drap drap drap

.

.

.

Derap langkah yang dihasilkan oleh lelaki itu terdengar memenuhi atmosfer koridor, ditambah lagi dengan keadaan sekolah yang sepi pada saat itu. Nafasnya terengah-engah, pasalnya ia kerap berlari sejak tadi. Bukan lain dan tidak salah lagi kalau ia terlambat.

Terlambat di hari yang penting, benarkah?

Ya, ia terlambat pada hari wisuda seniornya. Tetapi entah, mengapa rasanya begitu berbeda untuknya, dari raut wajahnya, semuanya berbeda. Tidak seperti 'hanya ingin melihat wisuda mereka'.'

Raut wajahnya menggambarkan lebih dari itu.

Lelaki itu bernama Koo Junhoe, salah satu siswa terkenal akan pesonanya. Wajah tampannya yang memikat, serta suara husky-nya yang sexy. Semua gadis menyukainya, tanpa kecuali. Pengecualian untuk mereka yang benar-benar tidak toleran dengan cara berbicara(Junhoe) yang kasar, terdengar menyebalkan.

Sepasang tungkainya memasuki ruang auditorium, maniknya tidak menemukan sosok yang ia cintai disana. Sosok yang membuatnya luluh kapanpun maniknya memandang senyumnya.

Kim Jinhwan, mana lelaki itu?

Lelaki itu? Tunggu. Ini semua salah. Junhoe mencintai sosok yang sama sepertinya, seorang lelaki. Mencintainya terasa begitu salah, namun ia tidak merasa salah dengan apa yang ia tetapkan. Dan pada hari ini, seharusnya Junhoe mengungkapkan perasaannya pada sosok mungil itu.

"Ayolah Kim Jinhwan, kau dimana?" suara baritone itu terdengar dari sang pemilik, maniknya terus mencari sosok mungil itu.

"Junhoe-ya!"

Tunggu, bukankah suara itu?

Junhoe membalikkan tubuhnya, bahunya terasa melemas melihat sosok mungil yang sedari tadi ia cari, Kim Jinhwan.

Jinhwan tersenyum kearahnya, "Aku kira kau tidak akan datang." ucapnya seraya memajukan sudut bibir bawahnya, manis sekali.

Junhoe yang tidak dapat menahan perasaannya lagi langsung memeluk tubuh mungil seniornya, membawa masuk sosok mungil bernama Kim Jinhwan itu kedalam dekapan hangatnya.

Jinhwan terdiam didalam sana, kedua belah pipinya terasa begitu panas. Tidak tahu lagi bagaimana tampilannya sekarang, mungkin ia sudah semerah kepiting rebus?

"Chukkae." ucap Junhoe, tentunya ia senang atas kelulusan Jinhwan, tetapi disisi lain tidak rela karena harus berpisah dengan sosok mungil ini. "G-gomawo." balas Jinhwan cepat.

Keduanya terdiam selama beberapa saat, sebelum Jinhwan melepaskan pelukan yang Junhoe berikan. Dengan cepat jemari milik Junhoe menggenggam jemari mungil kepunyaan Jinhwan,

"Hyung, semua ini terasa begitu aneh, dan kurasa aku sudah gila tapi..." ucapannya menggantung, degup jantungnya bertalu-talu, begitupun dengan sosok dihadapannya yang kini pikirannya tidak kalah kacau; tidak karuan.

"Aku benar-benar menyukaimu, hyung."

Why do I keep needing you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang