.
.
.
"Ya, bukan kah kau menyukai Jinhwan hyung?" lelaki bersurai legam itu berucap, tatapannya dingin dengan satu alis yang terangkat. Pertanyaan lelaki ini membuat Junhoe terdiam, tepatnya ia mematung selama beberapa detik sebelum lawan bicara dihadapannya kembali berucap, "Ku dengar kau selalu ada disamping Jinhwan hyung? Berarti kau tahu mengenai surat itu."
Junhoe menaikkan satu alisnya, apa motivasi Kim Hanbin berbicara mengenai topik ini di tengah pertengkaran mereka?
"Kalau kau memang selalu ada sih, kau pasti tau." Tambahnya lagi, disusul dengan sebuah senyuman yang mengembang di bibirnya. Butuh waktu cukup banyak untuk Junhoe mengingat mengenai surat yang lawan bicaranya ucapkan.
Dan, hey, bukankah surat hina itu yang Kim Hanbin maksud?
Lancangnya Kim Hanbin berucap seperti itu, hingga sebuah tinjuan di pelipis lelaki itu kembali Junhoe daratkan. Meninggalkan berkas lebam disana. Hanbin mengerang kesakitan, tentunya ia tidak terima dengan perlakuan Junhoe, ia membalas tinjuan Junhoe tepat diperut hingga membuat punggung milik lelaki bermarga Koo itu terdorong hingga ke tembok.
Koo Junhoe mengerang, ia belum menyerah. Ia melangkah mendekat kearah Hanbin, memberikan beberapa pukulan untuknya. "Kau sama hinanya dengan surat yang kau beri untuk Jinhwan hyung." Geram Junhoe.
"Beraninya kau, Kim Hanbin." Tambahnya.
Hanbin tertawa kecil menghadapi Junhoe yang seraya tengah berada diatasnya guna memberikan balasan yang setimpal untuk Hanbin. Sedetik kemudian, Hanbin merubah posisi keduanya. Ia menendang lutut Junhoe hingga lelaki itu terjatuh.
Selanjutnya ia menarik kerah seragam Koo Junhoe, memaksa lelaki itu untuk menatap kearahnya. "Dan kurasa kau cukup hina untuk menodai wajah tampanku, Koo Junhoe." Satu kepalan mendarat pada pipi Junhoe.
"Beraninya kau. Lancangnya kau, Koo Junhoe." Tambahnya lagi, disusul dengan sebuah kepalan yang mendarat ditempat yang sama pula.
Junhoe hendak bangkit guna membalas serangan Hanbin, namun beberapa orang itu menghentikan aksi saling menyerang antara Junhoe dan Hanbin. Sayang sekali.
.
.
.
.
Malamnya sejak kejadian itu, si lelaki bertubuh mungil ini tiduran diatas kasurnya sembari melihat kearah langit-langit kamarnya. Hanya sekedar untuk mengingat kejadian apa saja yang telah ia lalui pada hari ini. Selanjutnya ia tersenyum mengingat seharian ini ia selalu berada di samping Koo Junhoe, ya, lelaki mungil bernama lengkap Kim Jinhwan ini memutuskan untuk melindungi Junhoe selama seharian ini. Sebagaimana apa yang Junhoe lakukan untuknya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam lebih, namun maniknya masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin dipejamkan. Memikirkan lelaki bermarga Koo ini cukup membuat hatinya nyaman. Sampai-sampai dirinya tidak sadar sejak kapan kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman?
Wow. Kau sudah gila, Kim Jinhwan.
Lamunannya memudar semenjak suara petikan gitar akustik itu terdengar, disusul dengan suara pemiliknya yang terdengar begitu lembut. Jinhwan terbuai dibuat si pelaku.
Swipji anhjyo bappeujyo wae ireohge kkaji haeya hana sipjyo
Baraneun ge deoreopge manhjyo, swigo sipjyo sikkeureopjyo da seonggasijyo?
Jibe gago sipjyo? Jibe gago sipeul geoya
Luar biasa, baru pertama kali ia mendengar suara ini, Jinhwan sudah terbuai. Suara lembut milik lelaki ini membuatnya tersihir. Layaknya candu, Jinhwan ingin terus mendengar suara ini.
Si lelaki berukuran minimalis itu melangkah mendekat ke sumber suara. Dan suara tersebut nampaknya bersumber dari arah rumah sebelah, tetangga. Jinhwan mengerutkan keningnya, tetangga? Kalau ia tidak salah ingat, bukan kah tetangganya ini merupakan pasangan dari mantan veteran?
Langkah diperlambat hingga mencapai balkon, maniknya menelusur ke sekitar. Jinhwan tidak menemukan siapapun, kecuali seorang lelaki yang berada dibawah sana dengan gitar akustik dipangkuannya. Kelopak mata milik si lelaki itu terpejam dengan sempurna sembari bibir yang bergerak menuturkan sebuah lirik.
Jinhwan menyipitkan maniknya, sosok tersebut tidak asing, namun dirinya masih belum bisa mengenali siapa sosok ini. Paras tampannya, kulit putihnya, bahkan anting tindikan yang berada di telinga sebelah kirinya. Sebenarnya siapa dia?
Geureomyeon itta bame jamdo jal ol geoeyo
Himdeureoyo, a~reumdawoseo.
Hingga kedua kelopak milik sosok itu terbuka menatap kearah milik Jinhwan, barulah tersadar ia mengenai siapa lelaki yang memiliki suara yang memukau ini, itu Kim Hanbin. Anehnya, ketika manik legam milik Hanbin menatap kearahnya, Jinhwan merasakan sesuatu yang aneh.
Suatu perasaan yang tidak dapat Jinhwan katakan dengan mudah, tapi yang jelas, perasaan ini cukup berbeda pada saat dirinya bersama Junhoe. Tidak, tidak, lebih tepatnya, ini lebih pada rasa takut. Pasalnya, lelaki inilah yang menyebabkan luka-luka lebam pada wajah Junhoe, bukan?
Hanbin melempar senyuman untuk sosok mungil—Jinhwan— yang berada dilantai atas sana, Jinhwan memutar tubuhnya kearah lain kemudian berlari masuk ke dalam. Jantungnya berdetak tidak teratur, bahkan keringat dingin kerap turun dari pelipisnya.
Jinhwan bodoh, tidak seharusnya kau takut pada Kim Hanbin. Kenapa tidak kau pikirkan taktik untuk melawannya? Paling tidak, lelaki itu harus mendapat balasan terhadap apa yang ia perbuat pada Junhoe.
Oh, Jinhwan juga menyesal karena sempat mengagumi suara milik sosok lelaki itu.
Jemari mungilnya merogoh saku celananya, mengambil sebuah benda elektronik berbentuk persegi panjang. Ponsel. Ia menuliskan sebuah pesan untuk seseorang. Seseorang yang jelas dapat menghiburnya, Koo Junhoe.
Ya, ya, ya, Koo Junhoe. Kau harus tau sesuatu! -11.42, pesan terkirim.
Ada apa? -11.42, pesan terkirim.
Kim Hanbin. Ternyata dia tinggal disamping rumahku! -11.43, pesan terkirim.
Junhoe? -11.50, pesan terkirim.
Koo Junhoe kau kemanaaaa. -11.59, pesan terkirim.
Mendengus sebal, Jinhwan melempar ponselnya kearah kasur. Membiarkan benda itu terlempar hingga terjatuh ke lantai. Masa bodo, dirinya tidak peduli. Selalu saja Junhoe menghilang di percakapan penting seperti ini.
Kemana dia?
.
.
.
Dari arah yang berlainan, lelaki yang semula bermain gitar dengan tenang itu—Hanbin— menghentikan aksinya. Kedua sudut bibir miliknya terangkat dengan lebar mengingat kejadian tadi. Kejadian yang dimana tadi, maniknya bertemu dengan manik milik Jinhwan. Singkat namun sangat berkesan untuknya.
Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya manik keduanya bertemu dengan waktu yang cukup lama! Hanbin luar biasa senang dibuatnya.
Setelah kejadian di perpustakaan itu, kejadian dimana dirinya yang cukup lama menemani Kim Jinhwan—yang sedang tertidur—, wajah damainya, tenangnya ia saat sedang tertidur membuat Hanbin ingin memilikinya dengan segera.
Sayangnya Hanbin tidak bisa menemani Jinhwan lebih lama dikarenakan jam pelajaran baru yang datang, dirinya hanya bisa meninggalkan kotak makan serta sepucuk surat disana.
"Kita lihat saja nanti, hyung."
.
.
.
AKHIRNYAAAA JADIII!!
Maafin lama banget postnya;< nih aku kasih Hanbin nih. Semoga kalian suka! <3 Oh iya, jangan lupa vomment yaa x)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Why do I keep needing you?
RomanceAnnyeong haseyo! 'Why do I keep needing you?' merupakan Fanfic Yaoi pertama yang aku buat! 2 cast utamanya itu Junhoe dan Jinhwan. Writer Junhwan shipper loh /yangnanya. Kalo suka sama ffnya, jangan lupa vomment ya, kalo gak suka? Gak usah dibacaㅋㅋㅋ...