Yeoreum, 2014. (part 1)

466 41 4
                                    


Teriknya sinar matahari menyapamu begitu kau melahngkahkan kaki keluar dari bangunan besar beratap yang kau kenal dengan sebutan 'sekolah',

Beberapa gadis berteriak, mengatakan bahwa tidak tahan dengan panasnya. Mungkin lebih tepatnya. mereka takut akan make up-nya yang luntur? Ada saja gadis masa kini.

Satu persatu murid mulai keluar seiring dengan bel istirahat yang berbunyi dengan nyaring. Disusul dengan teriakan-saling menyapa; bagi mereka teman yang berbeda kelas.

Tidak jauh berbeda dengan Junhoe yang meneriakkan nama teman dari kelas sebelah, Kim Donghyuk namanya.

"Donghyuk-ah!" teriaknya, kemudian melambaikan sebelah tangannya.

Donghyuk yang mengerti langsung berlari menghampiri Junhoe, disusul dengan tangan mungil-namun kekarnya yang merangkul bahu Junhoe.

"Panas sekali hari ini!" seru Junhoe, ia akui bahwa ia benar-benar membenci panas matahari daripada apapun.

"Ice cream boleh juga." celetuk Donghyuk sembari menyenggol lengan Junhoe. Memberikan sebuah kode yang tentunya dapat Junhoe mengerti. Ingin ditraktirice cream.

"Yasudah, ayo ke kedai ice cream Park ahjumma!"

.

.

.

Junhoe dan Donghyuk memasukkan kepala kedalam mesin pendingin secara bergantian, kemudian tertawa sekeras-kerasnya, entah karena ada sesuatu yang lucu atau apa. Keduanya akui bahwa memasukkan kepala kedalam mesin pendingin di cuaca yang benar-benar panas dengan sinar mentari yang begitu terik merupakan waktu-waktu terbaik.

Tidak disangka ada beberapa siswa-siswi yang terganggu karena kegiatan mereka, ingin marah, namun mereka tidak mempunyai kekuasaan sebesar yang Junhoe dan Donghyuk punya, apalagi keberanian untuk menegur dua siswa ter-hits di sekolah.

Kegiatan yang dua bersahabat itu lakukan terhenti karena seorang lelaki bertubuh mungil yang tiba-tiba datang lalu menarik ujung rambut keduanya,

"Mau sampai kapan kalian bermain disana, huh? Kalian pikir kedai ini milik kalian?!"

Suaranya terdengar, kalau Donghyuk tidak salah dengar, ini merupakan suara milik Kim Jinhwan. Seorang senior yang terkenal akan kepintarannya, selalu membawakan piagam untuk sekolah tiap kali ia mengikuti olimpiade. Jadi lelaki bernama lengkap Kim Donghyuk ini memilih untuk pasrah, lantas beberapa kali mengucapkan, "Maafkan kami, sunbae."

Sementara lelaki satu lagi? Oh, jangan harap dia mau menyerah semudah itu. Ditambah lagi dengan cara Jinhwan yang menarik ujung rambutnya. Sungguh. Junhoe sangat benci merasa direndahkan seperti ini.

Tangan kekarnya melepaskan jemari mungil yang menarik rambutnya dan juga Donghyuk, kemudian hendak menonjok satu pipi milik pria mungil dihadapannya. Beruntung ada Donghyuk dan Chanwoo yang dengan sigap menahannya. "Tahan amarahmu, hyung." ucap Chanwoo sembari mengusap bahu Junhoe.

Tetapi lelaki mungil yang hendak menjadi target tonjokannya malah diam ditempat sembari melipat kedua tangan didepan dadanya, "Ada apa? Mau tonjok? Atau mau pukul? Lakukan saja!"

Maka dari itu, lantas saja sebuah kepalan tangan menghantam ujung pelipis milik Jinhwan, meninggalkan tanda berwarna keunguan disana. Jinhwan meringis. Tidak mau kalah juga, ia melayangkan sebuah hantaman di ujung bibir lelaki yang berukuran jauh lebih tinggi darinya. Perkelahian antara keduanya tidak berujung sebelum datang beberapa siswa yang menahan tubuh keduanya.

Junhoe dan Jinhwan. Keduanya melemparkan tatapan ke-tidak-sukaan pada masing-masing. Belum lagi jemari Junhoe yang masih terkepal dengan sempurna, hendak melayangkan sebuah tinjuan pada tubuh Jinhwan di waktu yang tidak dapat di prediksikan.

Jinhwan memberontak, minta dilepaskan. Namun tiga orang yang menahan tubuhnya malah membawanya keluar kedai. Sementara Junhoe diam ditempat, menepis tangan-tangan yang menahannya, lalu keluar dari kedai.

.

.

.

"Junhoe-ya, serius, tadi itu kau keterlaluan."

Ya, sepanjang hari ia terus memikirkan kejadian tadi siang. Pertemuan pertama yang tidak seharusnya seperti ini, di kedai ice cream dengan cara bertengkar. Mulanya terlalu gengsi untuk mengakui bahwa dirinya salah, namun pada akhirnya, ia terus kepikiran dengan kejadian tadi. Menonjok sunbae-nya didepan umum.

Apa itu tidak apa?

Jarum jam terus bergerak, dan Junhoe masih terjebak dengan pikirannya yang kacau. Sekarang bagaimana caranya mengakui kesalahannya sendiri atau jika lebih baik, bagaimana caranya meminta maaf dengan sunbae itu?

Masalahnya sekarang adalah, Junhoe tidak memiliki satupun kontak yang memungkinkannya untuk menghubungi Jinhwan. Atau mungkin, apa ia memiliki kontak teman dekat Jinhwan? Tidak. Junhoe bukan tipikal orang yang merepotkan diri dengan itu. Dan kini ia baru menyesal, mengapa ia selalu merasa repot dengan hal yang semestinya tidak dibawa repot?

"Aish, bagaimana ini?!"

Why do I keep needing you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang