Yeoreom, 2014. (Part 2)

340 40 2
                                    



Masih dengan musim yang sama dengan cerita waktu itu, cerita yang dimana adanya sebuah pertemuan pertama yang diawali dengan sebuah pertengkaran. Siapa sangka? Pertemuan pertama yang seharusnya berjalan dengan mulus malah jadi sebuah pertengkaran. Saling membenci satu-sama lain pada awalnya dan dilanjuti dengan rasa tidak enak antar kedua belah pihak. Cukup klasik untuk di dengarkan dan cukup menarik untuk dilanjut, bukan?

Maka dari itu, sekarang, disinilah ia berada. Seorang lelaki mungil dengan ukuran tinggi yang minim serta visual yang manis. Kim Jinhwan namanya.

Lelaki itu berada didepan ruang kelas hoobae-nya yang bertengkar dengannya di kedai ice cream pada beberapa hari yang lalu. Niatnya sih ingin mengajak berdamai, tapi tergantung dengan si adik kelas ini.

Beberapa menit ia disana dan tidak ada tanggapan dari si pemilik kelas, siapa tahu saja? Kemudian Jinhwan berpindah tempat, tepatnya berdiri di dekat jendela kelas, berjinjit disana guna melirik si adik kelas itu. Koo Junhoe.

"Junhoe-ya!" Ia berteriak, mengetuk jendela tersebut beberapa kali guna mendapatkan kontak mata si pemilik nama. Bodohnya Jinhwan yang terlihat begitu mengharapkan dapatnya kontak mata dari si pemilik yang mendapat berbagai julukan tak berarti, salah satunya tidak peka.

Dalam hati ia menggerutu, sudah susah payah ia menyempatkan waktunya ini yang seharusnya ia gunakan untuk belajar malah ia gunakan untuk meminta permintaan damai dari si adik kelas yang tidak tahu diri ini.

Si lelaki berukuran minim ini mendengus sebal sebelum akhirnya memutuskan untuk menunggu didepan pintu dengan kedua kaki yang ditekuk.

.

.

.

.

Sementara di tempat yang tidak jauh. Ada Junhoe didalam sana yang sedang tertidur di kursi bagian belakang, kemudian terbangun dan pura-pura memerhatikan penjelasan guru didepan disaat ia mendekat kearahnya. Terlalu nekat? Tentu.

Pada saat kedua matanya hendak terpejam, terdengar suara seseorang dari arah luar yang memanggil namanya. Mengganggu saja. Junhoe melirik arah luar jendela melalui ekor matanya, coba tebak siapa yang memanggilnya?

Itu Kim Jinhwan!

Sekali lagi, itu Kim Jinhwan!

"Aish, eottheokkae?" bertanya pada dirinya sendiri mengenai apa yang harus ia tanggapi tentang seniornya yang satu ini. Pikirannya terlalu jauh membayangkan apalagi masalah yang harus ia hadapi dengan lelaki berukuran minim ini.

Dan pada akhirnya, seperti biasa. Junhoe akan berlaku sebagai layaknya seorang lelaki tulen yang pengecut. Ia memilih untuk tidur dan mengabaikan sesuatu diluar sana.

Pada saat Junhoe terbangun, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tidak ada satupun orang yang tersisa disana, kecuali ia sendiri didalam. Junhoe mengangkat kedua bahunya, masa bodo dengan semuanya. Yang penting, ia ingin istirahat.

Tungkainya melangkah menjauh dari singgasananya, bahkan entah sejak kapan jemarinya sudah menarik gagang pintu kelas, membukanya.

Mulanya, ia ingin meninggalkan kelas dengan cepat. Namun keberadaan sosok itu yang sedang tertidur dengan posisi yang sangat tidak enak membuat dirinya merasa simpati akan sosok tersebut.

Junhoe berjongkok didepan sosok tersebut yang tak lain adalah seniornya ini, kemudian menepuk bahunya beberapa kali dengan bibirnya yang bergerak dengan mengatakan,

"Hyung, hyung, bangun."

Respon balasan dari Jinhwan terlalu lambat, bahkan Junhoe memerlukan banyak waktu hingga sosok tersebut mengerjapkan matanya dan menatap maniknya.

"Kau menungguku disini, hyung? Untuk apa?" Tanya Junhoe.

Sementara Jinhwan masih bertahan diposisinya dengan duduk dengan posisi kedua kaki yang ia tekuk. Manik miliknya menatap milik Junhoe tanpa arti, "Entahlah." Kata Jinhwan, "Aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian tempo hari."

Junhoe terdiam diposisinya, kemudian mengangguk beberapa kali, "Tidak masalah." Ucap Junhoe, "Lagi pula, itu bukan salah hyung kok." Tambahnya. Junhoe yang semula berjongkok merubah posisinya menjadi berdiri, kemudian mengulurkan tangannya guna membantu Jinhwan berdiri.

Jemari mungil milik Jinhwan menggemgam milik si lelaki dengan tinggi yang menjulang itu, kemudian berdiri lantas menyamai langkah besar milik Junhoe.

Selama perjalanan, keduanya berjalan tanpa berbicara. Mereka masih fokus dengan pikiran masing-masing. Tidak ada topik bahasan yang mereka ucapkan sebelum Jinhwan-si-lelaki-mungil itu menunjuk sebuah warung kecil yang mana disana menjual sebuah buah-buahan segar.

"Aku mau buah." Ucapnya, mempercepat langkah kemudian menemui si pemilik warung. Memintanya untuk mengambilkan satu buah melon segar untuknya.

Bukannya mempercepat langkah, Junhoe malah memperlambat langkahnya. Terlalu malas untuk membeli buah. Junhoe bukanlah tipikal orang yang menginginkan buah di hari yang buah. Untuk lebih tepatnya lagi, Junhoe benci buah.

Jadi ia membiarkan si senior untuk mendahuluinya kesana.

"Sudahkah?" Tanya Junhoe dari jauh, dibalas dengan anggukkan serta ucapan, "Ya, sebentar!" dari dalam sana. Tak lama Jinhwan kembali dengan sebuah potongan besar melon segar, memakannya perlahan.

"Hyung."

"Hm?"

"Aku minta maaf juga tentang kejadian waktu itu." Kata Junhoe.

"Tak apa." Jinhwan mengangguk. "Aku hanya kesal pada awalnya, kau tahu? Mereka gemetaran melihatmu." Canda Jinhwan tentunya, lelaki itu tertawa. Junhoe yang mendengar hanya mengangguk dengan kekehan canggung. Ternyata kata donghyuk benar, polos sekali senior-nya yang satu ini.

"Oh iya, mau coba melon?

-------------------------------------------------------------------------------------------------------


YAAAA~~

Halo, kalian! Udah ku lanjutin FF-nya nih! xD Maaf kalo gak sesuai sama apa yang diharepin, karena lagi otak buntu juga aduh nih T^T. Aku minta masukan juga dari kalian untuk ceritanya, saran dan kritik sangat aku harapkan, terakhir, jangan lupa di vomment ya! <3

Why do I keep needing you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang