4. Insiden Yang Terjadi

134K 9.6K 363
                                    

Malam itu, Noura baru saja akan masuk ke apartemen saat suara itu mengagetkannya dalam keremangan. Ia menoleh dan mendapati Edward muncul dari balik dinding bata. Sudah satu minggu sejak perselingkuhan lelaki itu dan Edward tidak menghubunginya sama sekali. Begitu juga dirinya. Bagi Noura, lelaki itu sudah mati.

Ia sendiri juga heran, ia pikir akan sangat sulit bagiku untuk melupakan Edward mengingat mereka sudah bersama selama sekian waktu. Hampir seumur hidup mereka. Namun ternyata apa yang ia rasakan tidak sesakit apa yang ia bayangkan. Tidak ada yang namanya menangis berhari-hari atau bahkan kabur seperti yang pernah dilakukan Nayla dulu saat Dylan mengkhianatinya.

Tangisan terakhir adalah yang Noura keluarkan saat Andra memeluknya. Sesudah itu, ia bahkan tidak pernah memikirkan Edward lagi. Bagaimana pun besar cinta yang pernah ia miliki untuk Edward, itu adalah masa lalu. Lelaki itu sudah mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan wanita lain. Bagi Noura, itu adalah satu dosa besar yang tidak termaafkan di dalam sebuah hubungan.

Noura sadar jika ia mungkin terlalu cepat move on, tetapi bukankah itu lebih baik? Untuk apa ia meratapi sesuatu yang bukan miliknya lagi? Ia bukan gadis yang melankolis seperti Nayla. Jika memang Edward melakukan pengkhianatan itu, berarti lelaki itu sudah tidak ingin bersamanya lagi. Jadi daripada meratapi nasib percintaannya, lebih baik ia melanjutkan hidup. Dan mencari cinta baru mungkin?

"Ada apa kau kemari?" Tanyanya saat lelaki itu berdiri di hadapannya.

"Apa aku tidak boleh menemuimu?" Lelaki itu balas bertanya. Edward tampak sedikit kacau dan berantakan.

"Bukankah kita sudah selesai?"

"Kau tampak baik-baik saja tanpaku," katanya sambil menatap Noura lekat-lekat.

Noura menaikkan alis. "Kau pikir kau akan menemukan seorang gadis dengan lingkar mata yang menghitam, berantakan, kurus, dan tidak punya semangat hidup? Hah! Itu hanya ada di novel, Ed!"

Edward meraih tangannya, tetapi ia tepis dengan cepat. Noura tidak sudi disentuh tangannya yang bahkan sudah menyentuh wanita lain.

"Noura, aku menyesal. Aku minta maaf," bisiknya dengan suara memohon.

Noura mencibir. "Simpan saja maafmu di depan keluargaku nanti! Aku tidak mau berurusan denganmu lagi!"

Ia hendak berbalik, tetapi Edward meraih tubuhnya dengan paksa dan menciuminya dengan brutal. Noura meronta sekuat yang ia bisa walaupun tenaganya tidak ada artinya untuk Edward. Dan berhubung hanya kakinya yang bisa bergerak, ia mengangkat lutut pas di selakangan Edward hingga membuat lelaki itu mengaduh dan melepaskan bibirnya.

"Rasakan itu, Brengsek!" Teriaknya sambil berlari masuk ke apartemen. Masih didengarnya Edward meneriaki sumpah serapah. Noura tertawa lirih. Dasar brengsek. Ia menyesal sudah pernah mencintai lelaki itu.

Sampai saat ini, keluarganya di Norwegia belum ada yang tahu jika hubungan mereka sudah berakhir. Mungkin mamma akan senang mendengarnya. Karena -entah apa alasannya- mamma tidak pernah menyukai Edward. Namun mereka semua menghormati pilihannya. Mungkin mereka juga ingin menghormati hubungan baik yang terjalin antara kakek dan nenek mereka.

Untuk ketiga kakaknya, Noura tidak tahu apa yang akan dilakukan mereka pada Edward jika mereka tahu soal ini. Mereka adalah tipe overprotective brothers yang sangat mengutamakan kebahagiaan adiknya di kedudukan tertinggi dalam hidup. Seperti Nayla dan Andra. Hanya saja Nayla jauh lebih beruntung. Dia hanya punya satu kakak, sedangkan Noura punya tiga!

Noura menepuk dahinya saat teringat Nayla. Hari ini ia berjanji akan menginap di rumah gadis itu. Setiap Andra dinas malam, ia sering menginap di sana. Mereka hanya tinggal berdua di rumah itu. Andra lebih sering dinas malam karena siangnya harus kuliah untuk menyelesaikan spesialisasinya.

My Doctor, My Love (Tersedia Cetak Dan Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang