"Ryan" panggil Ayu yang ada di sampingku. Jujur aku masih memikirkan kepergian Dina. Ada rasa penyesalan di hatiku.
" kau mau kan membawaku pergi?" tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk. Bukankah ini yang ku mau dari dulu.
"Kalo gitu, nanti kamu dateng ke tempat reuni ya. Aku mau ngerayain party di club X." ujarnya yang ku jawab dengan anggukan lagi. Lalu dia masuk kedalam rumahnya.
Aku pulang dengan perasaan gelisah. Apa gadis itu baik baik saja? Ah, biarkan saja. Toh keluarganya ada di kota ini. Jadi, untuk apa aku memikirkannya. Seharusnya aku senang sekarang telah mendapatkan Ayu.
Sesampainya di rumah aku tidak mendapati Dina. Aku tanya kedua orang tuaku pun mereka tidak tau Dina dimana. Gadis itu tidak pulang ke rumahku. Sudahlah, mungkin ia kembali ke rumahnya. Daripada memikirkan gadis tidak jelas itu lebih baik aku bersiap untuk acara nanti malam.
"Bu Yah, Iyan pergi dulu" pamitku.
"Mau kemana nak? Nanti mbak mbakmu mau dateng lho." tanya ibu ku.
"Jemput Ayu, terus nanti ke tempat reunian SMA." jawabku.
"Yan.." panggil ibu. Lalu ia mendekat ke diriku.
" ingat dia sudah mau menikah. Jangan sampai kamu melakukan hal yang membuat keluarga kita malu" ujar ibu lagi.
"Mm iya bu. Iyan tau." jawabku lalu pergi menaiki motor ayah.
Selama di tempat reuni aku hanya terdiam di pojokan, sedangkan teman temanku yang lain sedang menari di dance floor. aku terus berfikir ucapan ibu. Benar kata ibu sudah cukup aku jauh dari keluarga. Seharusnya aku sesuai dengan niatan awalku ke sini. Bukan untuk kembali ke Ayu tapi kembali ke keluargaku. aku harus bertemu dengan Ayu dan membicarakannya. Belum sempat aku beranjak dari tempatku aku mendengar percakapan dari dua orang wanita yang kutahu mereka se angkatanku dulu.
"Ih Ayu mau nikah masih ganjen ya. Tapi untung deh. Emang harusnya nikah kan gak kumpul kebo." ujar salah satu wanita. Ia bilang Ayu kumpul kebo? Aku semakin mengurungkan niatku untuk beranjak.
"Denger denger dia lagi hamil lho, yang lebih kasiannya lagi si Gery baru aja di pecat." tambah wanita itu lagi.
Apa maksudnya ini semua. Aku geram mendengarnya dan memilih untuk ke toilet menenangkan diri. Di sampainya di toilet aku mendengar suara desahan. Sebenarnya aku sudah tau jika di tempat seperti ini pasti sering terjadi per zina an seperti ini. Aku yang mendengarnya jijik. Apa sekarang manusia kembali ke jaman jahilia lagi. Se frustasi diriku aku tidak pernah meminum alkohol atau berzina, aku masih ingat Tuhanku.
Semakin lama di sini aku semakin jijik memdengar desahan mereka di salah satu bilik toilet. Saat hendak pergi dari toilet. Aku mendengar sepasang tadi berbicara dan aku suara wanitanya mirip sekali dengan suara Ayu. Kuurungkam niatku untuk keluar dan sekali lagi menguping pembicaraan mereka.
" kau sudah bilang padanya?" tanya sang pria.
"Sudah dan bodohnya ia menerimaku lagi. Aku akan mempersiapkan untuk menjebaknya." ujar sang wanita.
Setelah itu terdengar suara desahan lagi dari mereka. Aku penasarn siapa pria bodoh yang mau mereka jebak? Apa wanita itu Ayu? aku semakin mendekat ke bilik itu. Dan saat aku sampai di depan bilik itu. Tanganku terhenti saat sang pria memanggil wanita itu dengan nama "Ayu" di sela desahan mereka. Aku semakin yakin wanita itu adalah Ayu.
Kuurungkan niatku untuk membukanya dan memilih langsung pulang ke rumah. Malam ini aku telah mengungkap semuanya. Sekali lagi wanita itu mempermainkan diriku. Benar kata Dina, ini bukan cinta tapi obsesiku sejak dulu. 'Ya Allah aku bersyukur telah kau hindarkan dari kesesatan ini.' batinku.
Hampir saja aku terjerumus dosa besar dan membuat malu keluargaku. Sesampainya di rumah aku mendapati anggota keluargaki berkumpul di depan tv ada kedua kakak perempuanku dan suami mereka. Mereka tampak bahagia. Untung aku dapat menghindari tadi, mana aku tega merusak kebahagiaan mereka.
"Assalamualaikum." salamku. Mereka yang tadinya asik menonton berpaling menatapku. Dan kedua kakakku langsung berhambur memelukku.
" akhirnya kamu pulang dek." ujar kakak tertuaku, mbak Fitri.
" maafkan aku jika membuat kalian menunggu. Maafkan aku sudah menjadi anak dan adik yang buruk." ujarku.
Lalu kami kembali menonton tv dan bercerita banyak selama aku meninggalkan mereka dua tahun ini. Aku bersyukur dapat merasakan kehangatan keluarga lagi. Benar kata Lila, keuarga lebih penting dari apapun.
.
"Dina ada dimana nak, kok ibu nggak melihat dia sedari tadi?" tanya ibu. Iya aki baru sadar belum meminta maaf kepadanya. Apa ia sudah menyelesaikan masalahnya." siapa Dina bu, calon isterinya Iyan ya?" tanya Mbak Mira kali ini.
"Dia di rumahnya bu. Dia masih kecil mbak. Dia sudah aku anggap sebagai adikku." jelasku.
"Oo, oh iya Yan, kamu belum punya calon?" tanya ayah kali ini. Mendengarnya, sosok Lila yang terbayang olehku. Apa Lila mau denganku? Aku harus mencobanya.
" sebenarnya ada seorang wanita yah. Dia sopan dan menutup auratnya dengan baik. Tutur katanya lembut dan sangat dermawan." ujarku.
" kalo begitu kapan kita bisa melamarnya?" ujar ayah bersemangat dan membuat semuanya tergelak karena ekspresi ayah yang bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCEPTION
ChickLitKisah seorang pria frustasi yang ditinggal nikah cinta pertamanya. Hingga akhirnya seorang gadis misterius datang dalam kehidupannya. Siapa gadis itu? Apa ia mampu mengubah pria itu?