Part 11

44.8K 2.7K 26
                                    

Syna memang tidak pernah ke kutub utara tapi ia tahu suasana pagi ini lebih dingin daripada kutub utara. Mereka makan dalam diam, walaupun Syna tahu Dimitri meliriknya beberapa kali. Tapi Syna masih enggan untuk berdamai. Dimitri sudah membuatnya sakit hati. Lagipula apa salahnya, harusnya Dimitri bahagia mengetahui berita kehamilannya, bukannya menjadi mahluk asing yang tidak Syna kenal. Kini semuanya kembali dari nol, seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi antaranya dan Dimitri. Walaupun apa yang sebenarnya terjadi, Syna masih meragukannya.

"Syna..." Dimitri terlihat menelan ludah. "Aku tidak bermaksud kasar."

Sungguh manis jika Dimitri mau minta maaf, tapi tidak Dimitri benar-benar mewakili sikap pria pada umumnya. Syna berpikir lebih baik hubungan mereka seperti semula. Tidur dikamar masing-masing, mengurusi urusan masing-masing. "Aku tahu, dan aku sadar aku terlalu mencampuri urusanmu. Mulai sekarang kau bisa memegang ucapanku, aku tidak akan pernah mengurusi urusanmu."

"Syna bukan seperti itu, aku tidak pernah menghadapi kehamilan sebelumnya. Kehamilanmu membuatku bingung. Aku..." Dimitri mendadak bisu, ia kehilangan kata-kata.

"Jangan pikirkan, sembilan bulan tidak begitu lama. Dan kita bisa bercerai setelahnya."

"Kau tidak bisa menceraikanku," sahut Dimitri cepat. Kata cerai tidak boleh ada dalam pernikahannya. Ketika melihat Syna kebingungan, Dimitri melanjutkan, "kau mengatakan tidak sanggup berpisah darinya bukan? Dan kita sudah sepakat untuk merawatnya bersama-sama."

"Kita bisa merawatnya bersama-sama walaupun kita bercerai." Ungkap Syna, "Bukankah itu kesepakatan kita di awal?"

Lagi-lagi kesepakatan, harusnya ia memikirkan dampak dari kesepakatan sialan yang ia buat dengan Syna. "tidak, kita sudah mengubah kesepakatan kita. Malam itu di taman bukankah kau meminta untuk tetap bersama setelah anak itu lahir?"

"Aku tahu, tapi aku sudah memikirkannya kembali. Untuk apa memperpanjang sesuatu yang tidak mungkin. Lebih baik kita kembali pada rencana kita semula."

Dimitri menghela nafas. semua memang salahnya, tapi ia tidak bisa membiarkan anak itu, anaknya sendiri mengacaukan pernikahan yang sudah ia lalui dengan nyaman. "Syna..." Dimitri menatap Syna yang sedari tadi bahkan tidak mau meliriknya. "Aku tidak mau kita kembali menjadi orang asing. Lupakan apa yang kukatakan kemarin. Aku tidak keberatan kau mengurus hidupku. Bahkan jika kau mau kau bisa memeriksa ponselku setiap saat."

"Benarkah, aku bisa memeriksa ponselmu setiap saat?" Tanya Syna skeptis. "Aku mencoba untuk membuat pernikahan abnormal kita menjadi sedikit nyaman." Syna memandang suaminya yang salah tingkah."Aku tidak menuntutmu untuk memperlakukanku seperti istri yang sesungguhnya. Aku hanya perlu kita berteman. Semua ini tidak mudah untukku, Dim."

Dimitri bangkit dan memeluk Syna dari belakang. " Kau adalah istriku yang sesungguhnya," bisik Dimitri. "Kita lupakan kejadian kemarin Sweetheart. Maafkan aku. Aku berjanji pernikahan kita akan nyaman untukmu."

Permintaan maaf Dimitri menggetarkan hati Syna, benarkah suaminya yang angkuh ini meminta maaf? "Satu saat kau menjelma menjadi orang asing dan dilain kesempatan kau berubah menjadi pria manis." Bagaimana Syna tidak luluh jika Dimitri kembali menjadi pria manis, apalagi kembali memanggilnya sweetheart.

"Aku akan selalu menjadi pria manis untukmu. Selalu," janji Dimitri. Syna berdoa semoga itu benar, ia tidak akan sanggup jika Dimitri mengoyak perasaannya lagi.

Dan memang setelahnya Dimitri kembali menjadi suaminya yang perhatian, menghubunginya setiap saat, mengajaknya makan siang, memeluknya ketika tidur, mendengarkan setiap ocehannya. Hanya saja Syna merasa ada yang berbeda. Dimitri lebih banyak diam. Buruknya Dimitri tidak pernah menanyakan kehamilannya. Ketika dokter memeriksa kehamilannya, Dimitri memilih menjauh.

Stupid WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang