Tragedy 2

185 56 25
                                    

*previous chapter*

Tapi aku melihat dia mengkencangkan cengkramannya.

Lalu dia memotong tali ditangan kakak ku dan mengangkat kakakku.

Tak lama kemudian kakakku tak sadar. Ternyata dia sudah tak bernyawa.

"Kakak!!!" teriakku menahan tangis.

.....

"Ouhh.. Lehernya patah ya?? Padahal aku ingin lebih bermain denganmu..." kata psycho itu..

"A.. Apa... Dengan mudahnya kau!!"

"Mmphh?"

"Ka-kak.. Kau membunuh kakak ku dan berkata seperti itu dengan mudahnya?!" teriakku menahan tangis.

Cuih. Perkataanku tak digubris olehnya.

"Sekarang giliranmu," kata psycho itu pada ibuku.

"Ja-ngan, jangan ibuku!"

"Pilih salah satu, mana yang harus kubunuh duluan? Papamu? Mamamu? Kiri? Kanan? Dua orang saling mencintai, kamu harus memilih" dia berjalan mendekatiku dan menjambak rambut.

Aku berteriak menahan sakit dikepalaku..

"Pilih satu! Pilih satu! Pilih! Pilihh!!!! Pilih!!!!"

"Mana yang kubunuh duluan!!! Papa? Mama? KIRI?!!! KANAN?!!!! pilih!!!!"

Teriaknya seperti itu terus menerus ditelingaku, aku syok bukan main, aku terus menangis, aku tak bisa memilih.

"Ber-hen-ti"

"Itu bukan jawaban!"

Katanya nya sambil memukul kepalaku 2 kali.

"Arghhhh!!" teriakku.

"Apa gunanya aku memilih?! Jika aku memilih sama saja aku yang membunuh mereka bukan?! Lebih baik aku yang mati daripada memilih mereka untuk dibunuh duluan!!!"

Dia terdiam disampingku dan melepaskan jambakan nya.

"Aku mengerti" katanya datar.

Dia berjalan mendekati ibuku, lagi lagi dia mencekik ibuku seperti saat dia membunuh kakakku.

"Agh.." nafas ibuku tak terkendali.

"Junn!!!! Pilih ayahmu saja!!! Lindungi ibumu!! Ibumu sudah kesulitan bernafas. Ayolah!!! Pilih ayahmu!!"

"Mana yang harus kubunuh hah?! Mamamu? Papamu?? Mana?!!!"

Ayah dan psycho itu saling berteriak membuatku ku bingung.

Apa yang harus kulakukan.. Ayahh, ibu.... A-ku.... Tak ingin kehilangan kalian.....

Aku terpaku melihat ayah ibuku menderita, tubuhku serasa membeku, keringat mengucur deras disekujur tubuh.

"Krekkk"

"Yaelah patah lagi lehernya.. Wanita memang lemah"

"IBUU!!!!"

psycho itu melempar tubuh ibuku ke pojok ruangan.

Dia beralih ke ayahku,

"Arghhh... Arghhhhhhh!!!!"

Teriak ayahku, psycho itu langsung membekap mulut ayahku dan dia mengeluarkan pisau dia menusukkan ke perut ayahku berkali kali dan diakhiri dengan satu tebasan di leher ayahku.

"Ayahhh!!!" teriakku dengan keras, aku menangis... Aku kehilangan keluargaku.

"Ini semua salahmu... Kau lemah. Semua ini salahmu... Keluargamu tiada karena kau lemah!" kata psycho itu sambil berjongkong didepanku.

"Kau tau, kau tidak berguna dikeluargamu. Karenamu keluargamu tiada..."

Dia berdiri dan menendangi tubuhku dan menginjak injak tubuhku hingga aku muntah darah.. Dia tak berhenti.. Sampai aku tak sadarkan diri.

.....

"Argghh"

"Ayahh... Ibu.... Kakak.."

Aku kembali menangis, tak ada yang bisa kulakukan.

"Jun sayang"

"Ayah?"

"Iyaa, ayah disini... Kamu kuat. Jangan hiraukan perkataannya. Kalahkan dia. Bangkit lah kau dengan penuh dendam membalasnya."

"Aku percaya padamu, balaskan dendam keluarga kita."

"Apa?? Ayah??"

Aku bingung, dimana suara itu muncul. Padahal jelas jelas aku melihat ayahku sudah tiada di depanku dengan mengenaskan.

Rasa dendamku, nafsu ku untuk membalasnya meluap luap.

Aku mencoba bangkit dan mengangkat tanganku yang tertancap pisau.

"Arghhh!!!!! Lepaslah!!!!!"

"Ahhhhh!!!!!"

Akhirnya lepas juga.

Aku mencoba melepaskan satu persatu pisau yang tertancap ditanganku dan tubuhku.

Aku melihat psycho itu tertegun..

"Hebat, kau bisa lepas dari itu..."

Tanpa basa basi aku memegang pisau dan berkelahi dengannya.

Kami berdua saling mengayunkan pisau berusaha mendaratkan pisaunya.

"Gesit juga gerakanmu" kata psycho itu.

Aku tak mengubris perkataannya. Aku harus fokus. Aku hanya perlu membunuhnya.

....

Entah berapa lama kami berkelahi hingga diposisi ini aku berhasil membuatnya tersungkur dan aku segera menahannya.

"Menyerahlah kau psycho kurang ajar!" kataku sambil meninju ninju wajahnya berulang ulang. Aku ingin membalas menyiksanya.

"Sighh.. Haha"

"Apa? Dipukuli malah tertawa?" gumamku.

"You lose"

"Diamlah!" aku memukulnya lagi lagi dan lagi.

"I said... You're lose"

"Shut up your mouth! Ass****"

Aku mengacungkan pisauku dan aku mengayunkan kearah kepalanya namun dia menangkis ayunanku sehingga meleset mengenai pundaknya...

"Brakk!!!"

Polisi datang.

"Angkat tanganmu! Kalian berdua angkat tangan kalian! Kalian kami tahan!"

Aku menarik pisauku dengan gerakan merobek pundaknya. Dan ia berteriak kesakitan.

"Arghh!!!"

Seorang polisi menembakku dengan pistol listriknya tepat dipunggungku. Sakit sekali. Itu cukup membuatku tersungkur.

"Aku tak bersalah! Dialah yang membunuh keluargaku!"

"Jelaskan itu nanti di kantor polisi, kalian semua sekarang ikut saya!" kata polisi itu, sepertinya dia pemimpin gerombolan polisi ini.

Aku dan si jalang itu diborgol dan dibawa ke kantor polisi.

.....

MAU TAU KELANJUTANNYA? APA YANG AKAN DILAKUKAN JUN SETELAH KEHILANGAN KELUARGANYA? TUNGGU SAJA DI NEXT CHAPTER!

VOMMENT NYA DITUNGGU!!!

HAPPY READING ^_^

Vengeance [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang