Someone

161 41 9
                                    

"Koko wa, dokoni?"

Nyaman bukan main..

Untuk pertama kalinya aku merasakan kenyamanan seperti ini. Tidak ada yang namanya mimpi buruk menghatuiku. Pelukan kehangatan yang menyelimuti seluruh tubuhku ini serasa begitu nyaman dan lembut. Kepalaku terasa diletakan diatas bulu kapas. Tempat ini sangat wangi, aroma jeruk menyengat dihidungku.
Aku ingin membuka mataku, tapi tempat ini membuatku kian betah memejamkan lama lama mataku.

Benda apa ini? Lembut, seperti sprei yang terbuat dari sutra. Aku memutuskan membuka mataku. Tidak, membuka sedikit mataku. Aku menatap langit langit, putih bak putih gigi susu. Aku menoleh ke kananku. Disana terdapat wastafel, kamar mandi dan lemari. Sungguh bagus, lemari putih itu dihiasi dengan emas dan perak. Semuanya tampak putih apabila tak diberi emas dan perak itu. Apakah ini surga?

Aku melihat sekeliling dan aku terpaku melihat seorang wanita sedang menghadap meja riasnya. Wanita itu berambut sedikit coklat dan rambutnya panjang. Dia menggunakan bath-robe putih. aku melihat tangannya yang putih mulus bak seorang bidadari cantik. Dia sedang mengeringkan rambutnya yang bagus itu. Apakah dia bidadari surga?
Dia pun menoleh ke arahku.

"Ohh, hai. Sudah bangun?"

Sapaan yang sangat lembut, suaranya sedap didengar. Dia mendekatiku dan tersenyum manis dengan wajahnya yang sangat cantik. Senyumnya membuatku terpesona. Mataku melebar. Aku sungguh kaget, dia adalah wanita yang sering kujumpai dijalan dan selalu tersenyum kearahku.

"Bukanka-"

"Iyaa. Aku wanita itu,"

Dia langsung menyangkalku dan seakan-akan dia membaca pikiranku. Dia membelai rambutku, mengecup keningku, sungguh sesuatu perasaan yang tak dapat ku gambarkan, perasaan dicium seorang wanita cantik bak bidadari surga dan orang asing yang tak kukenal. Apa yang harus kurasakan?

"Maaf. Siapa namamu?"

Aku mengeluarkan pertanyaan dengan sedikit kikuk. Entah mengapa dia wanita yang sungguh cantik.

"Ahh iya maafkan aku belum perkenalkan diriku jun."

"Namaku Naomi Hiragi, kamu boleh panggil Mimi, Jimi, atau Nao atau Omi. Sesukamu"

Suaranya yang sungguh mempesona dengan wajahnya yang cantik. Dia tersenyum kepadaku lagi, itu sedikit membuatku gugup.

"Tak perlu gugup, ini rumahku"

Dia lagi-lagi berbicara seperti membaca otakku.

"Dirumah, kak Omi?"

"Iya ini rumahku, dan jangan panggil aku kak. Cukup Omi saja" dia menatapku horror. Aku hanya bisa berkedip beberapa kali tidak mengerti. Tak ada pertanyaan yang bisa kuutarakan lagi. Aku mulai memperhatikan sekeliling lagi. Kamar ini luas dan cantik. Semua barang barang yang didalamnya pun berwarna putih.

Aku merasa blank. Ohh tunggu. Sepertinya akal sehatku berangsur kembali.

"Rumahmu, dimana?"

"England"

Wtf!!! Aku merasa semua ini bohong. Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa membawa lelaki sepertiku keluar negeri? Aku sangat yakin kalau aku belum sempat membuat passport. Yang aku ingat terakhir aku terjun ke air terjun dan aku tak mengingatnya lagi.

"Aku tidak bohong, dan... aku sudah beresin semuanya. Kamu akan tinggal ditempat ini"

Lagi lagi aku dibuatnya shock dengan tingkah misteriusnya yang seperti membaca pikiranku, mengerti rasa takutku, mengerti perasaanku.
Dia mengulurkan tangannya, dan mengelus pipi kananku dengan lembut, "Jangan khawatir, kamu bisa hidup disini sampai kapanpun"

Vengeance [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang