Shame

54 3 0
                                    

"Hei, apa kau menikmati jam bebasmu??"

Aku menggidikkan bahu singkat. Entahlah, aku begitu malas menjawab ocehan Tris. Hari ini moodku benar-benar kacau. bagaimana tidak!! Pria dingin itu berhasil membuat hariku diselimuti awan hitam sejak aku bertemu dengannya. Ditambah lagi hari ini akan ada kelas Dance, Lengkap sudah penderitaanku.

Aku menundukkan kepalaku kebawah meja. kedua mataku mulai mencari-cari tiap sudut lantai, Berharap ponselku masih berada di tempatnya semula.

"What are you doin Jess??" Wajah Tris yang tiba-tiba muncul dihadapanku sontak membuatku meloncat kaget sehingga kepalaku terbentur meja.

"Damn!! Tris kau mengagetkanku!" Geramku padanya.

Aku menegakkan tubuhku sembari mengusap nyeri dipuncak kepala yang membuatku meringis kesakitan. Rasanya ingin sekali aku membalasnya, tapi sudahlah aku sudah terlalu banyak marah pagi ini. Aku tidak ingin masa mudaku merana karena terjangkit penyakit darah tinggi.

"Im sorry Jess, i don't mean that!!"

"Lupakan, apa kau melihat ponselku? Tadi pagi aku menjatuhkannya disini, gara-gara Dosen dingin itu aku lupa tidak mengambilnya sebelum keluar. Apa kau melihatnya??".

"Jess berhentilah memanggil Mr.Zayn dingin, kau tahu dia begitu panas. Bahkan Sadam Ali kalah akan pesona maskulinnya".

Gadis batinku melongo menepuk kedua pipinya bergantian. Apa Tris sedang mengigau, dari sudut mana pria itu terlihat panas. Dia sudah dibutakan dengan tampang menipu Zayn. "Kau gila Triss!!" Aku memutar kedua bola mataku.

"Yaa sepertinya aku gila, Mr.Zayn lah yang membuatku tergila-gila akan dirinya".

"STOP Tris. Aku muak dengan arah pembicaraanmu yang mulai tak jelas. Aku bertanya ponselku, bukan tentang penilaianmu pada dosen dingin itu".
Nada bicaraku terdengar sedikit berteriak, aku sudah cukup mual mendengar nama pria itu selalu dibangga-banggakan Tris.

"Uh Jess, aku hanya bercanda.
dan mengenai ponselmu, Mr.Zayn lah yang membawanya".

"APA? Brengsek!!" Wajahku kini benar-benar merah dan kesabaranku mulai habis. Aku berusaha memejamkan mataku sejenak menahan amarahku yang mulai memuncak, Pria dingin brengsek itu ingin mencari gara-gara denganku.

"Oh Jess please, tenangkan dirimu. Aku sudah memintanya tapi Mr.Zayn menolaknya.

Dia menolak permintaan Tris? Oke, amarahku sudah tidak bisa kutahan lagi. Apa yang sebenarnya dia inginkan? dan sejak kapan ada peraturan konyol 'setiap ponsel yang ditemukan dosen maka dosen berhak membawanya'. Cukup sudah, beraninya si dingin brengsek itu mebangunkan singa yang sedang tertidur pulas.

Tanpa berfikir panjang, aku meninggalkan Tris yang berdiri mematung dibelakangku. Masa bodoh dengan kelas dance yang akan segera dimulai, aku tidak perduli jika aku mendapat nilai E. Yang terpenting sekarang adalah urusanku dengan pria dingin itu.

Aku berjalan dengan sedikit berlari, sesekali aku melihat kearah sekeliling memastikan keberadaannya. tidak bisa kubayangkan jika dia sudah mengutak-atik ponselku. "Argh.. aku bersumpah, jika aku menemukannya akan ku bunuh dia".

"Siapa yang akan kau bunuh babe?".
Suara Ansel yang tiba-tiba sudah mengimbangi tubuhku.

"Haih bukan urusanmu Ansel!!" Jawabku tanpa melihat kearahnya.

"Oh ayolah babe, aku tahu kau sedang mencari dosen baru itu kan??"

Langkahku terhenti seketika mendengar perkataan Ansel, aku menautkan kedua alisku menunjukkan ekspresi mengintimidasi kearahnya. Darimana dia tahu aku mencari dosen dingin itu?

Secret Relationship (Zayn Malik Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang