Tak heran mengapa sinetron-sinetron di televisi sangat mendaramatisir. Ternyata di kehidupan nyata juga tak kalah drama!
Baru juga menginjakkan kaki di sekolah baru ini, sudah ada saja kejadian drama yang sangat klise ala-ala sinetron.
Meskipun aku sangat ingin kehidupan remaja ku seperti di sinetron, ditaksir kakak kelas kece. Lalu mempunyai alur kehidupan yang begitu-begitu aja; jomblo ngenes-nggak sengaja kesenggol cogan terus kenalan-cowoknya pdkt-pacaran-nyokap bokap nggak setuju-galau galau alay-lalu akhirnya orang tua menyetujui hubungan mereka-hidup bahagia selamanya-pose pose bahagia di pantai-padahal kawin aja belom-lalu tamat. Sungguh alur kehidupan yang luar biasa.
Seperti tadi, aku baru saja melihat sekelompok cewek-cewek berwajah putih tak wajar tetapi berleher hitam (Baca: dempul) sedang duduk-duduk manja di bangku taman sambil memangku ponsel dan menggenggam cermin di tangan. Beberapa di antara mereka sedang asyik berselfie ria dan bahkan juga ada yang sedang mengaplikasikan blush-on di pipi kanan kiri.
Berbanding terbalik denganku yang hanya menggunakan bedak bayi dan sedikit lipgloss agar bibirku lebih berwarna dan tidak pucat. Menyedihkan. Gimana mau di gebet kakak kelas kece kalau tampang begini banget?
Memfokuskan kembali pandangan kearah depan, aku mendapati segerombolan anak-anak cowok dengan atribut tidak lengkap dan rambut acak-acakan. Pakaian urak-urakkan bahkan menggunakan sepatu berwarna-warni. Padahal sudah jelas memakai sepatu berwarna sangat dilarang di sekolah ini. Kecuali hitam, tentu saja.
Luar biasa klise. Jika ada geng cewek-cewek dempul tukang rumpi, pastinya juga ada geng cowok-cowok badboy tukang buat onar.
Apakah ini tanda bahwa kehidupanku sebentar lagi akan seperti sinetron? Tanyaku dalam hati. Tunggu aja nanti, siapa tau pas pulangan ada kakak kelas kece yang nawarin buat nganter pulang. Tak sadar aku terkikik geli. Persis seperti cowok yang mengkhayal hal-hal mesum di bilik kamar mandi umum.
"Kenapa lo ketawa-ketawa, hah? Ngetawain kita ya?" Tanya salah seorang cowok dari kumpulan geng cowok badboy tadi.
Kudongakkan kepala menghadap si cowok badboy yang berbicara padaku. Rambutnya sedikit gondrong di bagian poni. Mungkin maksudnya mengikuti gaya Justin Bieber di video klip Love Your Self, tapi apa dikata, faktor wajah tidak mendukung. Malah jatohnya ke arah Andika Kangen band di masa-masa terlilit hutang.
Berusaha mati-matian menahan tawa, aku pun menunduk. Mungkin dia adalah seorang kakak kelas yang suka mem-bully seperti di sinetron-sinetron kebanyakan. Dalam hati aku menganalisis.
Kalau begitu, lebih baik aku diam saja dan menunggu cowok ganteng ketua OSIS yang selalu menentang geng badboy ini dan kemudian menyelamatkan ku seperti di sinetron-sinetron. Aku kembali berujar dalam hati. Tak sadar aku tersenyum-senyum sendiri.
Jangan salahkan aku yang tergila-gila dengan sinetron. Salahkan sinetron-sinetron itu yang membuat remaja-remaja seperti ku jadi baper.
Jika bisa kabur, tentu saja aku akan kabur. Aku tidak sebodoh orang-orang yang berada di sinetron (meskipun aku menyukai sinetron). Tapi para cowok badboy ini sudah terlanjur mengepungku. Bagaimana ini?
Aku pun tetap diam di tempat dan semakin menundukkan kepalaku. Lebih baik diam saja daripada melawan. Takut kalau cowok-cowok badboy ini sebrutal seperti yang ada di sinetron. Bisa saja, kan, mereka saking santainya bersekolah di sini sampai-sampai melupakan aturan sekolah dan bertindak brutal? Jika iya, mungkin aku akan menjadi korban.
"Lo semua liat, kan, dia ketawa-ketawa sehabis ngeliatin kita? Dia pasti mikirin yang macam-macam tentang kita, bro!" Terdengar suara dari arah kanan. Mungkin dia adalah cowok dengan style rambut seperti Andika Kangen band tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurjannah
Teen FictionMeskipun orang kaya, ia memiliki nama yang kampungan untuk jaman sekarang yang moderen. Nurjannah, namanya. Kampungan sekali bukan? Oleh karena itu ia ngotot untuk dipanggil Anna. Anna sendiri awalnya biasa-biasa saja dengan namanya itu. Tapi semenj...