"... Jadi, ruang samplenya S=..." Ibu guru menerangkan.
"El.. Psst.. El ! Hazel !" Audrey memanggil manggil nama Hazel yang sedari tadi menggunakan earphone.
"apaan sih lo ah ! Ganggu gue aja"
"heh cungur ! Lo jan dengerin headset mulu napa, ntar bu Evi marah terus nanya lo, lo ga mau kan dipermalukan depan doi ?"
Kata Audrey kesal."ya elah di, kan ada dua kunyuk tuh pasangan jenius, ntar kalo bu Evi nanya mereka pasti kasih tau lah" Hazel santai.
Sementara itu..
'ck, kek begini sih ngarti gue mah tapi gimana caranya yah supaya bisa komunikasi sama bebeb simpanse gue ? Ck ! Oh gue tau !' batin Aura."Alfian ! Itu yang didepan apaan si ?" Aura mulai berlagak ga ngeliat apa yang ada di papan tulis, padahal duduk paling depan kacamata udah Hipster size berapa gituh, udah gitu tebel banget pula lensanya.
"yang mana ?" tanya Alfian.
"yang itu tuh.."
"oh, nih lo pinjem aja buku gue, sekarang lo dengerin penjelasan ibu dulu" Alfian memberikan bukunya.
'yes ! I got it ! I got it ! I did it ! Berhasil ! Hore ! Hore !' batin Aura seraya menyanyikan lagu ost dora dora *entuh yang kalo misinya berhasil*.
"minggu depan kita praktek peluang, masing masing kelompok harus membawa dadu dan uang logam" kata bu Evi.
"eh yang kaya gimana sih ?" tanya Rissa.
"itu.. Yang kek waktu SMP" jawab Vio datar kek aspal baru di ratain.
"ck, kagak inget gua"
"apa sih yang lo inget pas SMP ? Paling cuma kenangan doang" Vio santai yang ditanggapi pelototan maut Rissa.
Rissa berbalik ke belakang memastikan bahwa Devan tidak mendengar apa yang dikatakan Vio.
Nyatanya Devan mendengar hal itu yang hanya dijawab oleh senyuman yang sukses membuat Rissa malu, sangat malu.
"ish maneh da ! Jepat oge lama lama siah" Rissa dengan wajah yang kesalnya.
"bu ! Kelompoknya gimana bu ?" Aura angkat tangan merasa ada yang kurang dalam penjelasan gurunya itu.
"hmm.. Bagaimana yah ? Gini aja deh kelompoknya sesuai baris jadi ada empat kelompok, sekarang kalian tulis tugas tugasnya.." jawab bu Evi.
"nah.. Gue demen nih yang kek gini" kaya Ezra seraya cengar cengir kek kuda sembari menggoyangkan telunjuknya setuju dengan pembagian kelompok yang ibu berikan.
"yoi bro, kita kan sohib yang tak terpisahkan, macam..." Raditya berfikir sejenak untuk menemukan perumpamaan dari yang ia katakan tadi.
"KEMBAR SIAM!!" sambung Audrey dengan cepat diikuti tawa Hazel yang menggelegar seantreo kelas.
"itu dibarisan ujung ada apa ? Ribut sekali" ibu guru merasakan keberisikan yang ditimbulkan tawa Hazel.
"e busyet ketawa lu kenceng banget pea !" kata Audrey sedikit berbisik.
"gue ga nahan pas lu bilang mereka kembar siam" Hazel masih ngakak dengan tawa bisunya.
"lagian perumpamaan lu, elah.. Masa gue kembar siam sama dia si ? Mirip aja kagak, gue kan lebih ganteng yah.. Bisa dibilang sebelas dua belaslah sama Zayn Malik" Raditya sedikit mengangkat kerah bajunya dengan cool.
'emang sih elo gantengnya sebelas dua belas deh sama Zayn, eh tunggu ga deng masih gantengan Zayn elah gue napa sih ?' selama batinnya berperang, Hazel tidak menyadari bahwa ia kini dengan cilepengnya sedang terbengong bengong melihat wajah Raditya, yang sialnya Raditya menyadari itu dan melambai lambaikan tangannya dihadapan muka Hazel agar Hazel sadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Ujung
Teen FictionKisah kehidupan 12 anak remaja semasa SMA yang sedang mencari jati diri masing masing dari bangku SMP. Tetapi semua berubah ketika mereka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi (SMA). Akankah persahabatan yang mereka bangun bertahun tahun...