Part 05

50.7K 2K 11
                                    

Ramiro POV

“KAU ITU BODOH ATAU APA NATA! AKU HANYA MENINGGALKANMU 1 MINGGU, DAN KAU SUDAH MEMBUAT MASALAH LAGI. DIMANA OTAKMU ITU HAH!” 

Azka menatap dengan penuh kemarahan kearah Nata, mereka berdua seakan-akan berada didalam gelembung dunia mereka sendiri.

“Maafkan aku El, a-a-aku bisa menjelaskannya.”

Suara Nata bahkan terdengar seperti bisikan saat ini. Dia sepertinya sangat takut dengan kemarahan orang didepannya itu.

“APA LAGI YANG AKAN KAU JELASKAN. KAU MAU BILANG JIKA INI SALAH PAHAM?! ATAU KAU MAU JELASKAN JIKA INI JUGA BUKAN KEINGINANMU?! AKU SUDAH MUAK DENGAN SEGALA ALASANMU RENATA. SIAPA LAGI YANG SEKARANG INGIN KAU SELAMATKAN HAH! TAK BISAKAH KAU JANGAN BERPURA-PURA MENJADI PAHLAWAN DISETIAP HIDUP SEMUA ORANG DIDEKATMU!” Azka menyisir rambutnya dengan frustasi.

“A-aku tak bisa membiarkan Mama dan Papa malu El. Kak Niken pergi begitu saja, jika aku tak menggantikannya.. Papa dan Mama akan dipermalukan.”

Bisa-bisanya Nata tetap tenang seperti itu, walaupun bisa dibilang sedikit ketakutan. Tapi dia tidak menunjukkan amarahnya sama sekali. Jika aku jadi dia, mungkin seisi rumah ini sudah hancur karena kemarahanku.

“SIAPA YANG KAU SEBUT PAPA DAN MAMA ITU! DUA ORANG YANG TAK PERNAH SEKALIPUN PEDULI DENGAN MU ITU MASIH BISA KAU SEBUT PAPA DAN MAMA?! KAU BENAR-BENAR GILA NATA.”

Saat aku melangkah untuk menghampiri Nata, sebuah tangan menghentikan pergerakanku. Bagas mencegahku dan membuatku untuk kembali keposisi semula. Aku hanya bisa menurut saja, karena bisa kulihat dari tatapan Bagas jika masalah ini hanya mereka berdua saja yang bisa menyelesaikannya.

"Jangan ikut campur urusan mereka atau kau akan kena pukulan Azka. Hanya mereka yang bisa menyelesaikannya." Bisik Bagas memperingatkanku.

“Elha cukup. Jangan pernah menghina mereka, bagaimanapun juga mereka orangtuaku. El ku mohon, ini yang terakhir kali. Percayalah padaku..”

Azka terlihat mengatupkan bibirnya kemudian berlalu pergi begitu saja. Nata berlari mengejarnya, dengan terpaksa aku dan Bagas juga mengikuti mereka. Di luar hujan turun dengan derasnya. Sedangkan mereka berdua, berdiri berhadap-hadapan di halaman rumah yang terguyur dengan derasnya hujan. Semoga saja air hujan itu bisa mendinginkan kepala Si Azka itu.

" Kau bilang sendiri padaku, jika kau akan pergi ke Paris bersamaku. ENTAH DUA ORANG BRENGSEK ITU SETUJU ATAU PUN TIDAK SETUJU." Kemarahannya seperti tak akan pernah sirna. Bisa-bisanya dia memanggil orangtua Nata dengan sebutan brengsek. Pastinya mereka memiliki hubungan spesial.

“Renata, ini pernikahan bukan permainan. Aku tau kau tak akan bisa membiarkan dua orang brengsek itu-yang kau panggil papa dan mama- terluka. Tapi tetap saja, kau juga harus memikirkan masa depanmu.”

“Aku yakin dengan pilihanku El. Aku bisa menjalani pernikahan ini. Percayalah padaku.”

"Tapi mengapa kau mencoba menyembunyikannya dariku Nata? Jika saja Maria tak memberitauku soal PERNIKAHAN SIALAN ini, kau pasti akan terus membohongiku."

"Bukan begitu El, aku akan memberitaumu. Hanya saja, aku.. aku.." Nata terlihat sangat gugup. Entah penglihatanku yang salah atau memang tubuh Nata terlihat menggigil melawan dinginnya hujan.

"Aku apa?" Azka memegang kedua bahu Nata. Kemudian menatap Nata dengan tajam. Jarak mereka bisa dibilang cukup dekat, dan itu membuatku sedikit enggan untuk melihatnya.

My Unplanned HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang