Part ini saya dedikasikan untuk adityasaraswati3, saya sangat berterima kasih karena anda sudah mengikuti cerita ini mulai pertama kali hingga saat ini. Anda adalah orang pertama yang berkomentar dan vote cerita abal-abal ini. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal remeh, tapi bagi saya itu adalah hal yang sangat berharga. Terimakasih dan saya akan mengembangkan cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Piness (^_^)v
---***---
Ramiro POV
"APA YANG KAU LAKUKAN REN! MENYINGKIRLAH! AKU HARUS MEMBUAT WANITA JALANG ITU MERASAKAN AKIBATNYA!" Suara Bagas yang begitu keras membuat beberapa wanita disini ketakutan tapi tidak untuk Nata. Nata masih saja tenang dengan wajah dingin tanpa ekspresi.
"Berhentilah dan tenangkan dirimu. Ramiro suamiku dan Maria sahabatku. Aku bisa menyelesaikannya." Sesaaat setelah Nata selesai berbicara, deringan handphonenya membuat kami semua mengalihkan perhatian kami. Nata melihat handphonye kemudian segera membuka case hendphoneya dan melepas baterai dari tempatnya.
"Jangan angkat telfon dari Azka atau kalian akan terima akibatnya. Matikan saja jika perlu."
"Kakak sudah gila? Kak Azka bisa marah besar jika Kakak tak segera menjelaskannya." Gertak seseorang yang kukenali sebagai adik Azka.
"Aku akan menghubunginya nanti. Sekarang kalian tenanglah. Aku yang akan menyelasaikan semua ini."
Nata bergerak melangkah mendekati wanita yang kuketahui bernama Maria itu. Sedangkan Maria malah semakin melebarkan senyumnya seakan mengejek Nata yang berada tepat didepannya. Bisa kudengar umpatan dari Bagas yang tengah menyisir rambut menggunakan jarinya dengan kasar. Dia meletakkan handphonenya yang sedang bergetar karena telfon dari Azka. Sebegitu berkuasanyakah Nata hingga semua orang mematuhinya.
"Kenapa gadis munafik? Kau mau memarahiku?" Ku dengar suara centil Maria yang begitu memekakan telinga. Ahh sepetinya akan terjadi perang besar setelah ini.
"Kenapa kau melakukannya?" Nata benar-benar aneh. Tak tampak sedikitpun emosi yang tersirat dalam perkataannya atau pun gerak geriknya.
"Kau tau kan sahabatku. Apa yang kau miliki juga harus menjadi milikku."
"Meminta maaflah" Aku mencoba untuk mendekati Nata, namun tangan Bagas menahanku. Dia menggelengkan kepalanya menandakan jika aku tak diperbolehkan untuk mendekat. Aku pun hanya bisa menurutinya, karena semua orang tengah memandangku dengan tajam saat ini.
"Hah?! Meminta maaf katamu?! Meminta maaf pada seorang jalang sepertimu?! In your dream bitch"
"Aku memberimu satu kesempatan terakhir. Cukup ucapkan kata maaf dan semuanya berakhir. Kumohon." Aku bisa melihat Nata yang mengepalkan tangannya dengan kuat hingga telapak tangannya memerah. Sepertinya dia sangat menahan amarahnya. Aku jadi merasa sedikit bersalah padanya.
"Rena! Sudahlah! Kenapa kau masih saja memaafkan wanita jalang murahan seperti dia sih?!" Seru seorang wanita berambut pendek dengan keras tanpa memperdulikan semua orang yang menutup telinga karena suaranya.
"Kiki! Bagaimana pun dia sahabatku. Dia pernah dekat denganku dan aku tak ingin kehilangan sahabatku."
"Hah! Munafik kau dasar wanita murahan! Aku tak akan pernah sudi meminta maaf padamu!" Tidakkah wanita centil itu memiliki rasa takut. Semua orang sedang menatapnya dengan tajam saat ini tapi dia sama sekali tak menggubrisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unplanned Husband
RomansaTakdir tak akan pernah ada yang tau kecuali sang maha kuasa. Ada yang bilang, batas antara cinta dan benci itu setipis rambut yang telah terbelah berkali-kali. Bahkan karena batasnya yang terlalau tipis itu, bisa membuat mereka tertukar atau pun ber...