"Something certain can change the mood bitter."
***
"Lili, lo udah bangun? Gue tunggu di meja makan ya. Lewat dari 20 menit, gue tinggal." Ucap Albino membangunkan Liana dari depan pintu kamar Liana. Liana yang berada di dalam terbangun sebentar dan kembali tertidur.
Selang 10 menit, Liana terbangun dan duduk di pinggir ranjangnya. Ia melihat jam yang tertera di layar gadget miliknya.
Pukul 06.25
'Duh mati gue!' Umpatnya dalam hati. Ia segera saja mandi dengan sangat cepatnya dan bersiap menjalankan MOS hari ketiganya.
Ia berjalan dengan gusar menuruni tangga sambil membawa persiapan MOS hari ini dan melihat Albino dengan tangan yang sudah terlipat di depan dadanya.
"Kemana aja lo? Udah puas ya dalam dunia mimpi? Hm?" Tanya Albino sedikit kesal. Masalahnya, ia menunggu Liana sudah lebih dari 20 menit yang lalu, tetapi ia tidak tega jika harus meninggalkan adik perempuannya berangkat sendiri ke sekolah. "Terserah lo deh kak, gue mau sarapan." Ucap Liana dengan gusarnya melewati Albino yang masih kesal. Liana menuju meja makan dan hanya memakan satu potong roti dan meminum setengah gelas susu yang sudah disiapkan Albino sejak tadi pagi. Bahkan segelas susu itu sudah tidak hangat lagi.
**
"Aduh mati deh gue!" Liana bergumam, ia memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Sekarang sudah jam 06.53 dan dia belum juga sampai di depan gerbang sekolahnya, ditambah lagi suasana jalan raya perkotaan yang macet di pagi hari seperti ini. "Mampus nih gue kalo telat. Pasrah aja deh gue." Lagi-lagi Liana bergumam sambil memasang wajah memelasnya. Liana masih memijat pelipisnya dan memasang wajah panik setengah matinya.
"Tidur jam berapa lo semalem?" Tanya Albino dingin.
"Dua belas."
"Salah lo sendiri. Kenapa tidur jam segitu?"
"Tau ah. Males gue ditanya lo terus."
"Gue gak tanggung kalo lo akan dihukum sama si Rama selaku ketua OSIS SMA Cendikia."
"Bodo ah. Gak peduli gue kak." Liana tidak memedulikan perkataan Albino saat ini. Ia sedikit pusing dan lelah dengan hari ini.**
Tepat pukul 07.02 Liana dan Albino sampai di SMA Cendikia. Liana segera berlari menuju kelasnya dan tidak memedulikan Albino yang masih berjalan di belakangnya.
"Nana, lo kok jam segini ba-"
"Gue gak peduli. Ke lapangan sekarang atau gue dan lo bakalan dihukum." Liana menarik pergelangan tangan Vina yang sudah menunggunya sedari tadi di kelas.**
Kring... kring...
Bel istirahat pun berbunyi. Murid SMA Cendikia segera saja berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Tapi tidak dengan Liana. Ia masih membenamkan wajahnya diatas lipatan tangannya. Liana begitu lelah hari ini.
"Na, lo gak ke kantin? Kita mau ke kantin nih. Atau lo mau nitip aja?" Ajak Velica yang di respon oleh Liana dengan gelengan kepala.
"Yaudah kita ke kantin dulu ya Na. Bye." Ucap Acha. "Bye, Na." Ucap Vina lalu mengusap pelan punggung tangan Liana. Liana tidak mengubrisnya sama sekali.Liana's pov
'Gue kok lelah banget ya hari ini?' Pikirku dalam hati. Aku mendongakkan kepalaku dan segera bergegas ke luar kelas untuk pergi ke kelas kak Aal.
"Eh lo! Liana!"
Tepat saat aku melewati kelas XI IPA-1, ada yang memanggil namaku. Aku segera saja menoleh. Ternyata Ia adalah perempuan yang tidak ku ketahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Mine
Teen Fiction-Fellysha Liana Dinata- Mempunyai rasa kepada seseorang selain Rendi? Tapi, rasa ini membuat ku cukup bimbang. Menyayanginya dengan tulus atau karena dia bagaikan sosok Rendi dalam kehidupanku? -Aliandra Raditya Delovano- Dia cukup menarik. Sosokny...