1 : Awal dari Semuanya

19.6K 956 6
                                    

Seorang perempuan berambut panjang tengah berjalan di bawah guyuran air hujan sore itu. Hujan memang mengguyur kota Surabaya sejak tadi siang. Seakan tak mempedulikan bajunya yang basah kuyup, perempuan itu terus berjalan menuju rumahnya yang berjarak cukup jauh dari tempatnya berjalan sekarang.

Perempuan itu bernama Vita, Vita Harum Kurniasari. Seorang penulis lepas dari sebuah redaksi majalah remaja yang baru saja berdiri.

Pada umurnya yang menginjak dua puluh tiga tahun, ia harus menanggung sebuah tanggung jawab yang besar. Kematian ayahnya sebulan yang lalulah penyebabnya. Satu-satunya tulang punggung keluarga itu meninggalkan dunia ini dengan memberi sedikit warisan berupa sebuah rumah. Tetapi ia juga meninggalkan banyak utang yang belum sempat diselesaikannya. Kini Vita harus memutar otaknya lagi bagaimana mencari uang demi hidup keluarganya, biaya sekolah adiknya yang masih kecil, untuk melunasi utang ayahnya, pun ibunya yang sekarang sering sakit akibat terlalu banyak pikiran. Apalagi kini orang yang meminjami utangan pada ayahnya mengantri minta dilunasi. Syukurlah Vita mendapat beasiswa penuh jadi dia tak perlu cemas tentang biaya kuliahnya yang kini telah selesai. Andai saja ia tak dapat beasiswa, bisa dipastikan bahwa perempuan penyuka warna biru itu akan bunuh diri saja karena banyaknya tunggakan.

Tak terasa langkah kaki Vita sudah mulai mendekati rumahnya. Hujan sudah mulai mereda.

"Jadi bagaimana? Sampai kapan kami harus menunggu?" Suara bentakan seorang laki-laki terdengar dari arah rumahnya. Dengan segera, Vita berlari menuju rumahnya.

"Tolong pak, beri kami-"

"Bunda!" Pekikan serta kedatangan Vita sontak membuat ucapan bundanya terpotong.

"Assalamualaikum bunda." Vita mencium tangan Lina, bundanya.

"Waalaikumsalam sayang. Sudah pulang kamu nak?" Tanya Lina lembut yang hanya dijawab Vita dengan anggukan kepala.

"Heh, bukannya kamu sudah kerja? Serahkan uangmu. Hutang ayahmu itu 20 juta dan belum pernah dibayar sama sekali tau!" Ucap orang yang berwajah sangar. Tanpa banyak berkata lagi, lelaki itu segera menarik tas selempang yang dipakai Vita tadi. Tasnya yang hampir basah kuyup itu dirogoh-rogoh oleh orang tadi dibantu temannya yang bertubuh tambun.

"J-jangan. Aku t-tidak bohong. Aku memang be-belum punya uang pak." Vita ketakutan dan menggamit lengan Lina. Lina juga ketakutan sehingga ia membalas gamitan putri sulungnya itu. Mereka seakan sedang saling memberi kekuatan.

"Huh.. Kuberi kau waktu sebulan. Tapi itu batas terakhir! Jika kau tetap tak bayar, ikhlaskan saja rumahmu ini!" Lelaki bertampang sangar itu membanting tas milik Vita kasar dan segera pergi dari teras rumahnya.

"Bagaimana lagi ini Vit?" Mata Lina mulai berair.

"Vita juga gak tau bun." Vita memeluk tubuh di hadapannya agar bundanya itu tenang. Hatinya serasa diremas-remas ketika lagi-lagi sang bunda menangis karena masalah yang sama. Masalah ekonomi keluarga.

"Sudahlah kita bicarakan di dalam saja. Mandilah dulu. Kau sudah basah kuyup begini." Bunda mengalihkan topik pembicaraan lalu menuntun Vita masuk ke dalam rumah.

"Iya bunda." Vita berjalan mengikuti bundanya ke dalam rumah dan segera mandi.

Vita melihat punggung Lina yang mulai ringkih. Dalam hati ia berdoa agar semuanya diberikan jalan yang terbaik agar seluruh masalah dalam keluarganya bisa terselesaikan.

---

Teriakan Lina terdengar, menyuruh semua kedua anaknya berkumpul untuk makan malam. Kegiatan Vita segera terhenti. Perempuan itu memang sedang sibuk mengeringkan rambut panjang bergelombangnya. Uhh! Rasanya akan sangat lama jika harus mengeringkan rambut panjangnya ini!

Fly Me to the Heart (Pindah Dreame Dengan Judul yang Sama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang