"Eh bengong aja, ayo masuk. Mau sampe kapan lo nyender di mobil orang kayak gitu. Ditabrak tau rasa lo!" Suara Radit yang menggelegar menyadarkan Vita dari lamunannya.Melihat lawan bicara hanya diam saja sambil menatapnya, Radit jengah. Ditariknya tangan kanan Vita dengan paksa. "Aww! Ini tangan masih sakit tau! Lepasin nggak? Lepasin!" Vita memukul-mukul punggung tangan Radit. Meminta lelaki itu untuk membebaskan cengkeraman pada tangannya.
"Dasar lemah. Masa gitu aja masih sakit. Berisik banget sih!" Radit menutup telinganya seolah teriakan wanita di hadapannya itu bisa membuat gendang telinganya rusak seketika.
"Lo kira kebentur dashboard itu gak sakit, hah?!" Makinya pada lelaki yang akan menyandang status sebagai suaminya itu. Baru kali ini Vita berani memaki seorang cowok sebegitu kencangnya. Tapi ia sungguh tak peduli. Persetan dengan ajaran sopan santun wanita yang dulu sering sekali diajarkan oleh neneknya.
Maafkan Vita nek, ajaran nenek rupanya gak perlu ditunjukkan untuk anak setan yang menyamar jadi anggota TNI ini..."Drama!" Radit menjauh begitu saja seakan dia tak melakukan kesalahan apapun. Tentu saja hal itu membuat Vita kesal setengah mati. Tapi wanita berambut panjang itu berusaha memendamnya. Karena kata ibunya, tak baik bertengkar di depan umum. Vita yang memilih bungkam pun mulai berjalan mengikuti tubuh Radit yang mulai hilang di balik pintu utama mall itu.
Radit yang melangkah lebih dulu sempat tertegun. Tak menyangka jika apapun yang dilakukannya pada gadis itu selalu menyakitinya. Padahal Radit berani bersumpah bahwa ia tidak ada satupun niatan untuk mencelakai Vita. Atau jangan-jangan ia memang sedikit tertarik dengan kehadiran gadis itu dalam hidupnya sehingga dapat membuat sesuatu dalam tubuhnya memaksa keluar.
Sesuatu mengerikan yang sudah lama berusaha ditenggelamkannya jauh di dasar dirinya...
Sesuatu yang akan memberontak jika ia mulai berhubungan dengan 1 kata. Cinta...---
"Mau kemana dulu?" Radit sengaja memperlambat langkahnya, membiarkan gadis di belakangnya itu menyejajarkan langkah mereka.
"Makan dulu laper." Jawab Vita cuek. Bahkan ia tak mau repot-repot menoleh kepada lawan bicaranya.
"Apa? Kenapa?" Radit mengernyit heran. Setahunya cewek itu akan sangat menjaga pola makannya. Dan menurut Radit, makan bukanlah tujuan yang biasa ketika kaum hawa baru saja menginjakkan kaki di mall. Apalagi bukan disaat jam makan seperti ini.
"Ya karena gue lapar." Ulang Vita kesal sambil menekankan kata 'lapar'.
"Lo gak ke salon gitu?"
"Salon? Ngapain?"
"Bakar sate! Ya nyalon lah, facial kek apa kek! Bego banget sih lo!" Perempuan berambut gelombang itu menahan tawanya mati-matian mendengar jawaban Radit barusan. Ternyata lelaki ini masih bisa menunjukkan ekspresi lain selain diam. -batinnya.
"Maksudnya ngapain lo nyaranin gue buat kesana?"
"Ya kan cewek sukanya gitu. Mantan-mantan gue juga gitu dulu. Apalagi kita kan mau nikah, masa lo gak mau mempercantik diri sih? Kalo gue enek liatnya nanti gimana?"
"Ya kalo lo enek juga emang masalah buat gue? Lagian emang lo punya mantan?"
"Ya lo kira gue jones karatan kayak lo apa sampe ga pernah pacaran?" Sindir Radit. Lelaki itu mengulum senyumnya ketika Vita mendelik sebal.
![](https://img.wattpad.com/cover/66207871-288-k330562.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly Me to the Heart (Pindah Dreame Dengan Judul yang Sama)
General FictionSetiap gadis pasti selalu bermimpi bisa menikah dengan prajurit negeri dan hidup bahagia selamanya seperti dalam dongeng. Namun benarkah menikah dengan abdi negara itu menyenangkan? Menurut seorang penulis lepas bernama Vita, itu bukanlah hal yg mem...