Setelah 15 menit menempuh perjalanan dengan bus, Vita akhirnya sampai di depan rumah om nya. Dilihatnya rumah yang tak terlalu besar itu. Memang tampaknya sedang ada tamu di rumah itu karena pintu pagarnya yang tak begitu tinggi terbuka dengan lebar.
Vita segera turun dari bus. Sebelum masuk ia berhenti sejenak. Dirapikannya anak rambut yang ada di dahinya.
Perlahan diperiksanya lagi penampilannya dari atas ke bawah. Menilai, sudah cukup rapi nan sopankah ia saat ini.
Ketika merasa semuanya telah sempurna, dengan melafalkan berbagai doa dalam hati ia mulai melangkahkan kakinya ke arah rumah bercat hijau itu.
Hatinya berdebar-debar. Keputusan terbaikkah yang kini sedang dia pilih.
Sesampainya di depan pintu ia tak segera masuk melainkan memberi salam terlebih dahulu. "Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, nah itu dia Vita keponakan saya sudah datang pak Dito." Terdengar suara tantenya dari dalam rumah. Tak berapa lama pintu terbuka. Vita mencium tangan tante dan tante langsung mempersilahkan Vita masuk. Ada seorang laki-laki paruh baya di dalamnya yang sedang duduk berseberangan dengan om nya. Vita segera mencium tangan om nya.
"Kenalin Vit, ini Sersan Dito. Sersan Dito, ini Vita keponakan yg diceritakan suami saya kemarin." Tambah tantenya ketika Vita mulai bisa melihat lelaki itu dengan baik. Tulang wajahnya kokoh. Meski tak terlalu tampan, namun gurat ketegasan terlihat jelas pada wajahnya.
Vita segera menyalami Sersan Dito. Lelaki yg dipanggil Sersan Dito itu masih terlihat muda, mungkin masih berusia sekitar empat puluhan seperti om nya.
"Saya Dito. Kamu bisa panggil saya Om dito saja." Om Dito bersuara setelah lama terdiam.
"Saya Vita om." Vita tersenyum lalu mengangguk kecil. Vita dipersilahkan duduk disamping tantenya.
"Jadi ini yang akan dijodohkan dengan keponakan saya? Cantik. Sopan. Mungkin besok kamu sudah bisa bertemu dengan Radit." Ujar om Dito tiba-tiba.
"Maaf, Radit itu siapa ya om?" Vita melongo. Karena ia merasa asing dengan nama itu, merasa tak pernah berkenalan dengan seseorang yang bernama Radit.
"Radit itu nama keponakannya om Dito, Vit. Yang kemarin om ceritakan. Yang akan dijodohkan dengan kamu." Om nya Vita mulai bersuara. Vita hanya menatap ketiga orang yang ada di ruang tamu itu secara bergantian, lalu tersenyum kikuk.
"Kamu mungkin sudah mendengar segala cerita tentang keponakan saya dari om mu karena saya sudah menceritakan segalanya. Sebetulnya kami selaku keluarga juga tidak mau memaksa Radit dengan perjodohan ini, tapi ibu saya sedang sakit. Sebagai nenek yg sangat dekat dengan Radit, ibu saya merengek terus meminta agar cucu kesayangannya itu segera menikah. Saya jadi tidak tega menolak permintaannya. Apalagi anak ibu saya hanya 2, saya dan kakak saya, ya ibunya Radit itu dan Radit adalah cucu pertama ibu saya. Karena kakak saya sudah tak lagi muda, ya tidak mungkin kakak saya yang mencarikan jodoh anaknya sendiri karena kondisi fisiknya yang juga lemah sejak ia menjadi single parent. Saya kasihan, jadi saya saja yang carikan Radit jodoh. Setelah bertemu denganmu walau sekali, tapi saya yakin kamulah jodoh terbaik untuk Radit." Om Dito bercerita banyak dengan raut muka sedih. Vita hanya tersenyum maklum. Keluarga mereka ternyata juga sama menyedihkannya dengan keluarganya sendiri. Semua cobaan ini memang terasa complicated.
"Besok bisa kita ketemu lagi? Di dekat rumah dinas Radit saja, di sekitar Malang. Soalnya saya juga akan mengajak Radit besok. Bisa saya minta alamat rumahmu, jadi biar saya yang jemput besok." Tambahnya.
Vita mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. Menyobek salah satu kertas dibagian belakang buku. Dan mulai menuliskan alamat rumahnya sendiri.
"Ya sudah saya pamit dulu. Kerjaan saya masih banyak." Om dito menyalami vita, om dan tantenya satu per satu. Lalu mengucap salam dan akhirnya pergi dari rumah om nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly Me to the Heart (Pindah Dreame Dengan Judul yang Sama)
General FictionSetiap gadis pasti selalu bermimpi bisa menikah dengan prajurit negeri dan hidup bahagia selamanya seperti dalam dongeng. Namun benarkah menikah dengan abdi negara itu menyenangkan? Menurut seorang penulis lepas bernama Vita, itu bukanlah hal yg mem...