Aku menatap lurus ke jalanan New York yang padat tanpa bergeming sedikit pun, hanya fokus untuk melajukan mobil ini.
Di sebelahku Corden sudah terlelap sambil menyenderkan kepalanya di kaca jendela dengan bibir yang terbuka sedikit dan Elizabeth? Ah, jangan kalian tanya, itu yang membuat mood ku hancur saat ini.Bocah ingusan bernama Troye Mel itu menawarkan dirinya untuk mengantar Elizabeth ke apartemennya dan Elizabeth meng-iya kan ajakkan bocah ingusan itu tanpa meminta izin padaku. Ok, sebenarnya tidak harus juga meminta izinku, tapi setidaknya dia bisa mengatakan padaku 'Justin, hari ini aku akan pulang bersama Troye, tidak apa kan?' Ya, walaupun jawabanku tetap tidak, karena aku merasa aku bertanggung jawab atas Elizabeth selama dia disini.
Oh baiklah! Aku terlihat overprotective sekarang. Aku benci jika merasakan ini lagi, merasa aku harus menjaga seorang gadis, aku merasa cemburu jika gadis itu berdekatan dengan lelaki lain dan aku merasa takut kehilangannya.
Demi Poseidon dan lautnya! Ada apa dengan ku? Aku bahkan tak pernah merasakan seperti lagi.Tinn..
Aku tersadar dari lamunanku ketika mobil di belakangku mengklakson, aku segera melihat traffic light yang ternyata sudah berganti warna hijau. Dengan gerakan cepat aku menurunkan rem tangan dan menginjak gas sebelum mobil mobil yang lain ikut protes sama halnya dengan mobil di belakangku tadi.
Sesampainya di depan perumahan elit tempat Corden tinggal, aku melajukan mobil ini masuk ke sektor perumahan paling depan.
Belok ke kanan, aku sudah di depan rumah besar Corden, pintu gerbang tinggi itu terbuka dengan sendirinya. Ku lajukan mobil dan masuk ke dalam garasi di pojok kanan rumah yang terpisah. Aku memarkir mobil Range Rover milik Corden di jajaran mobil Sport miliknya dan ayahnya.
Untung saja Corden adalah orang yang sederhana dan tidak sombong, jika ia berniat menyombongkan diri, ia pasti sudah gonta ganti mobil selama dua minggu dengan mobil yang berbeda."Wake up, dude!" Aku menusuk nusukkan jari telunjukku di perut atletisnya, namun reaksi yang ia beri hanya menggeliat seperti anak bayi dan aku memandangnya jijik.
"Wake up, honey... this is Elizabeth speaking" aku menirukan suara perempuan yang ku yakini sangat cempreng, namun kurasa berhasil karena memakai embel embel nama 'Elizabeth'.
"My baby Elizabeth, come here honey! Lay beside me!" Aku tak bisa menahan ini lagi, rasanya aku ingin muntah di depan wajah Corden saat ini juga. Aku memutuskan untuk keluar dari mobil sambil tertawa kecil dan sekaligus menyesal, kenapa tadi aku tidak merekamnya dan mengirim pada Elizabeth?
Aku membuka pintu tempat Corden duduk dan....
Bruk!
Corden terjatuh dengan badan yang tertekuk khas orang tidur dan kini ia meringis kesakitan.
Dan benar, ini cara yang ampuh untuk membangunkan lelaki tukang tidur ini."Aw!" Ia masih meringis rupanya, aku tertawa tak henti sambil melihatnya memegangi pinggangnya.
"Akhirnya kau bangun juga!" Seruku dan ia langsung mendongakkan kepalanya padaku dengan wajah menahan sakitnya.
"Sini ku bantu" aku menjulurkan tanganku membantunya berdiri sambil tertawa kecil sedari tadi.
"Kau benar benar tidak ber-prikemanusiaan pada sahabatmu sendiri, Just. Bagaimana jika aku mati gara gara terjatuh tadi? Apa kau tidak tahu aku sedang memimpikan Elizabeth? Kau benar benar mengganggu mimpiku" cerocosnya dengan raut wajah ingin menangis yang membuatku makin tertawa di buatnya.
"Tapi kau tidak mati jadi tenang saja dan jangan menangis seperti itu Corden, kau terlihat seperti bayi raksasa" kataku sambil tertawa, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCESS//Justin Bieber X Kendall Jenner
FanfictionKetika seorang puteri menyukai seorang lelaki biasa yang hidup dengan sederhana. layaknya dongeng, Apa mereka akan bersatu? Seperti film-film kartun Disney dengan ending Happily Ever After? Well, let see.