Aku memarkirkan mobil di parkiran di belakang gedung fakultas musik. Bersama dengan Elizabeth dan Corden, kami menurunkan mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung.
Sudah satu minggu Elizabeth berada disini dan ini adalah hari pertamanya masuk kuliah dan tentu saja ini masa orientasi nya.
Selama satu minggu ini Elizabeth banyak menceritakan tentang kehidupannya, mulai ia yang mencoba mandiri untuk mengurus perkuliahannya sendiri dan juga menyewa apartemen dan tinggal sendiri di hirup pikuk New York dan juga bagaimana ia tertekan dengan kegiatan kerajaannya yang tidak memperbolehkan ia bebas layaknya remaja yang lain, bahkan ia hanya berteman dengan sepupunya dan tidak memiliki sahabat.
Aku turut sedih mendengar ceritanya.Aku ingin menjadi sahabat yang baik, namun aku pasti tidak akan sebaik sahabat perempuan yang akan mengertinya lebih dalam.
"bagaimana kalau kita antar ke auditorium?" Tanya Corden saat kami berjalan lorong gedung fakultas musik.
Ah ya, Corden dan Elizabeth sudah mulai dekat. Senang rasanya ia memiliki teman baru.
"Aku bukan anak kecil" dan Elizabeth tetap pada pendiriannya yang jutek pada Corden, entah apa yang membuatnya bersikap dingin pada Corden, dia tak pernah menceritakannya padaku.
"Sudah lah, Cor, she know where is the auditorium" aku membujuk Corden untuk membiarkan Elizabeth pergi sendiri, karena semenjak di mobil Corden selalu menawarkan diri untuk mengantar Elizabeth kemana pun selama di kampus, dan bisa ku lihat dari raut wajah Elizabeth yang mulai jengah.
Dan kalian tahu sendiri bagaimana sifat Corden, kan? Keras kepala.
"Jangan malu malu Elizabeth, aku akan dengan senang hati" bujuk Corden lagi. Aku bersyukur Elizabeth adalah gadis yang lembut dan sabar, jika tidak bisa ku yakini sepatu boots yang Elizabeth kenakan akan mendarat mulus di wajah Corden.
"Sepertinya kau harus cepat pergi ke auditorium, Eliz. Ayo Corden, cafetaria. Aku lapar" aku menarik tangan Corden menjauh dan memberikan kode apa Elizabeth untuk cepat menjauh dari kami berdua. Jika tidak dengan cara ini, Corden pasti akan tetap membujuk Elizabeth tanpa henti.
Aku heran apa ia tidak capek berbicara terus?"Apa yang kau lakukan?!" Seru Corden yang melepaskan tangannya.
"Apa? aku lapar, belum sarapn dan sekarang aku mengajakmu ke Cafetaria. Ada yang salah?" Aku memasang wajah polos tak berdosa.
"Tentu saja! Kau baru saja membuatku meninggalkan Elizabeth!" Serunya kesal, aku hanya memutar kedua bola mataku jengah.
"Lalu kenapa?" Demi tuhan, aku seperti menghadapi anak TK.
"Lalu kenapa?! Jeez, Justin!" Ia menepuk dahinya pelan.
"Aku menyukainya, dari awal kau memceritakan tentang dirinya! Apa kau tidak sadar?" Ia setengah berteriak sambil membelakkan matanya, sangat terlihat raut wajah kesalnya.
Ada sebersit perasaan aneh mendengar Corden mengatakan ia suka pada Elizabeth, rasanya seperti aku tidak merelakan ia menyukai Elizabeth.
Rasanya seperti seorang anak kecil mencuri permen dariku.Apa aku cemburu? Tidak mungkin, tentu saja tidak.
"Um... ya, aku sadar" aku mempererat kepalan tanganku sampai mungkin buku jariku terlihat. Aku pun tidak tahu emosi apa yang tiba tiba datang ke dalam diriku.
"Aku ke cafetaria" ucapku singkat lalu meninggalkan Corden sendiri yang sedang memandangku heran. Aku bahkan tidak sadar dengan apa yang aku lakukan, setidaknya aku ingin menjernihkan pikiranku dulu.
Alih alih ke cafetaria, langkah kakiku membawaku ke taman di sebelah fakultasku.
Taman ini cukup sepi, mengingat para mahasiswa baru sedang mengikuti orientasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCESS//Justin Bieber X Kendall Jenner
FanficKetika seorang puteri menyukai seorang lelaki biasa yang hidup dengan sederhana. layaknya dongeng, Apa mereka akan bersatu? Seperti film-film kartun Disney dengan ending Happily Ever After? Well, let see.