[Mulmed : Jannik Brunke as Calvin] + ps. kalau gak tau Jannik brunke, dia itu youtuber dan ... cari aja di google XD.
-happy reading
N o r m a l . p o v
Calvin mengerutkan dahinya ketika melihat sebuah nama tertera di layar ponselnya. Rena Thalia. Di dalam pikirannya, kenapa anak itu seolah-olah berada di sekitar kehidupanya, di mana pun ia berada pasti ada seorang Rena walau jaraknya sangat jauh. Tapi wajarlah, Rena anak famous di sekolah. Bukan saatnya untuk dirinya kege-eran.
“Calvin, ayo makan malam!” sebuah panggilan dari seorang wanita yang melahirkannya membuat Calvin menoleh segera ke arah meja mekan, ia pun bengkit dari sofa di depan Tv dan tak lupa menyentuh icon acc di ponselnya. Calvin akhirnya meletakkan iPhonenya di atas meja.
Rena. Ingin. Mem-follow akun instagramnya.
Calvin tertawa kecil sebentar, ia masih ingat dulu pernah sekali ia dibully oleh Rena, sebenarnya ia ingin balas melawan hanyakan pada saat itu ia sedang malas, sebab keesokan harinya ia juga akan menghadiri meeting untuk menggantikan ayahnya, untung-untungan pukulan Rena lebamnya tidak parah, Calvin tidak mau meeting dengan wajah yang sangat hancur dan lagi pula lelaki tidak boleh menyakiti perempuan, itu yang diajarkan ibunya.
C a l v i n . p o v
“Calvin, besok malam kita akan ke rumah sahabat lama papa dan mama, ya. Kamu ikut lho, tampil ganteng besok soalnya mereka punya anak perempuan yang cantik, siapa tahu kalian saling suka,” rasanya aku ingin mengeluarkan minuman yang tadinya kuminum, apa-apaan papa mau pakai acara perjodohan segala dan ini sudah ke-tiga kalinya, awalnya papa cuman ngenalin aku sama anak teman-teman masa SMA dan SMPnya. Duh, ini kan bukan jaman Siti Nurbaya atau apalah itu.
“Anaknya cantik banget, namanya Re-…”
Tiiit tit tiit …
Nada telepon rumah berbunyi memotong perkataan mama, sepertinya mama terlihat kesal sebentar tapi sesaat kemudian ia pun bangkit dari kursi untuk mengangkat telepon tersebut. Untung saja, makan malamnya sudah selesai.
Aku pun pamit pada papa untuk segera ke kamar, tak lupa mengambil ponselku yang tadi sengaja kuletakkan di atas meja depan Tv. Setelah sampai ke kamarku yang berada di lantai dua, aku pun segera menghamburkan diriku di kasur.
Aku mencoba membuka sosial media instagram untuk melihat-lihat akun Rena, tapi rupanya ia mem-privatenya juga, mau tak mau harus ku followback jika penasaran sekali dengan Rena.
R e n a. p o v
Huh, papa dan mama lagi-lagi berlaku menyebalkan, entah sudah keberapa kalinya mereka ingin menjodohkanku dengan anak teman-teman mereka, bahkan mereka pernah sekali ingin menjodohkanku dengan seorang pria yang umurnya hampir menginjak kepala tiga.
Sudah gila benar orang tuaku dan tadi katanya ada lagi calon mereka, katanya seumuran denganku, tapi namanya mereka rahasiakan. Sialan mereka pikir ini masih zamannya Siti Nurbaya?
Daripada memikirkan perjodohan itu mending aku periksa instagram, siapa tahu Calvin sudah men-accnya, soalnya gue penasaran pake banget. . .. …
Calvin meminta ijin untuk mem-follow anda.
Ini rekayasa atau tidak, sih?
Mataku seketika membulat melihat sederat kalimat yang tertera di layar handphoneku, sumpah gue gak nyangka bakal difollowback sama Calvin mengingat insiden tahun lalu dan tadi siang di sekolah.
Jari-jemariku perlahan menyentuh tulisan untuk melihat-lihat akun Calvin dan sempat kulihat sebuah foto pada saat Calvin sedang di bar bersama Levi, mantan ketua osis tahun lalu??
Wait … wait …
Calvin di bar? Bersama Levi, anak yang sangat populer di sekolah??
Kepalaku pening seketika, kenapa rasanya Calvin memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan?
N o r m a l . p o v
{Keesokan harinya}“Lha, Lucas lo gimana sih? Masa iya gue nolak permintaan bonyok?” tanya Rena sambil melihat kea rah sampingnya, tepat di sebelah lelaki blonde idiotnya. Setelah berangkat bersama ke sekolah akhirnya mereka akan berjalan bersama melewati koridor sekolah bersama, lagi, di pagi hari. As always, gak ada yang berubah sejak 10 tahun yang lalu.
“Ya, bisa dong,” ucap Lucas tanpa dosa, seketika itu pula sebuah geplakan di pipinya membuatnya mengaduh kesakitan, tak lain pelakunnya adalah Rena, lawan bicaraya sendiri.
“Yha, lo geblek apa gimana sih? Bisa-bisa nama gue dicoret dari kartu keluarga,” Rena meremas rambutnya sendiri. Pokoknya, sebentar malam akan masuk dalam list malam terburuknya sepanjang hidup.
“Jalanin dulu aja kali, kalau sama lo gak cocok, cowoknya buat gue aja,” Lucas menampilkan cengiran bodohnya, tapi membuat Rena tertawa lepas.
"Lagian mikirin aja gue yang bentar lagi mau pergi," gumam Lucas pelan.
🐧 Vomments please
Ada yang penasaran dengan ceritanya gak? Gak ada? Pantetnya enbe kalo gitu *gak nyambung*, readers yang cantik dan ganteng gak boleh pelit kalau masalah vomment entar gak jadi jodoh bias lo *ngancem*. Gue lelah. Bhay …
Anaaa
21/Maret/2016
[sebenarnya mau dipublish tanggal 21 tapi karena filenya ada di laptop dan w males urus jadi baru tanggal 25 dipublishnya. sorry xx] bhay ...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Might be The One (pending)
Teen Fictionini cerita abal-abal bener :') gak gue lanjutin lagi, kalau pun iya ingin dilanjutin pasti bakal gue rombak besar-besaran huhuhu😢