Seorang ayah akan merasa gagal, saat anak perempuannya menangis karenanya.
-Hasna....
Aku baru pulang kerja, yah ini sangat melelahkan. "Ra? Ara? Mutiara?" kemana anak itu. Aku menuju ke kamarnya, saat ku buka kamarnya...
terdapat 1 puntung rokok di atas meja belajarnya...
"MUTIARA!" aku tak menemukannya di kamarnya, saat aku turun, dia berada di dekat sofa, berdiri menatapku dingin. "APA-APAAN INI?!" aku menunjukkan 1 rokok yang ku temukan "kau tak tahu itu? itu rokok" dia tak berekspresi. "Untuk apa kau merokok? Kau ingin jadi anak gelandangan? Ini akibat siapa? Hah? Kau sudah gila?" aku mencoba tenang tapi suaraku malah meninggi. Mutiara tetap diam, tapi satu persatu air matanya berjatuhan, ia tetap menatap ke arahku.
"Ayah juga sering merokok kan? Kenapa semua salahku? Siapa ya yang selalu sibuk kerja? Siapa yang ninggalin anaknya cuma buat hang out sama temen- temennya?" dia tertawa renyah "oke ayah, aku tau aku egois. Tapi ayah gak pernah kan hidup tanpa kasih sayang orang tua? dituntut buat jadi anak manis, tapi gak ada yang menjadi contoh." dia menatapku tajam.
"tapi gak dengan merokok" entah kenapa aku sangat emosi.
"Aku juga gamau yah! Aku butuh benda sialan itu saat aku stress! Asal ayah tau ya, aku Mutiara, tapi aku gak seindah namaku!" emosinya meledak dia berteriak, melihatnya seperti itu membuat hatiku tergores.
Dia berlari meninggalkanku menuju kamar-nya. Walau tak terdengar, aku tahu dia menangis. Ini memang bukan sepenuhnya salah-nya. Aku gagal, gagal menjadi Ayah, aku memang tak pernah bisa mendidiknya seperti ibunya.
xxx
tinggalkan jejak dengan vomment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Princess
Teen FictionBagaimana seorang ayah yang menghadapi gadis kecilnya kini sudah dewasa? Bahagia? Tentu Tetapi, apa dia tetap sabar menghadapi gadis kecilnya yang menjadi liar?