kind of tired that sleep won't fix

10 1 0
                                    

Aku menunggunya selesai.


"Sudah?"

Ia menggeleng.





"Masih sakit?"



Ia mengangguk.

Aku menghela nafas. "Di sebelah mana?"

Telunjuknya terangkat. Ujung jarinya tepat berada di atas dadanya.

"Disini," ia terisak.



Tangisnya pecah, berantakan seperti beling. Untuk kedua kalinya.




Dan untuk kedua kalinya, aku menghela nafas.



Setelah saat yang lama, ia berhenti. Air asin itu berhenti menghujani pipinya.




Kehancuran masih nyaman dengan kami.




"Aku menyesal," bisiknya, memecah hening. "Aku menyesal mengusir lelaki itu."




"Aku tahu."






RetiringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang