Third

2.6K 77 2
                                    

Itu foto tokoh baru, Digo

+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷

Tokyo, winter 2019

Suasana disini beda banget, gue gaakan ketemu sama semen, pasir, dan batu-batu besar lagi deh. Mengingat semua yang telah gue lalui, lucu juga rasanya. Tuhan memang adil. Tapi, sebenarnya, dimana tuhan berada?

Sedang asyik merenung, seseorang datang membuyarkan semuanya.

"Oi! Aska-chan! Nani o shitteruno?"
-lagi ngapain lo-

"A, iie, nandemo nai desu yo"
-ah, bukan apa-apa-

"Uso shitteru jan"
-bohong nih-

Lelaki Cina-Surabaya yang agak melamabai ini tinggal di Jepang sejak kelas 1 SMA. Namanya Daenandra Digo Maheswara.

"Go, dari mana aja sih lo? Daritadi gue cariin"

"Oh, jangan-jangan lo tadi ngelamunin gue ya??"

"Ge-er lo ah, seriusan nih"

"Tadi gue nemenin pacar gue dulu, sori ya"

"Oh, nemenin si Dion, kirain lo mati"

Ya. Dia seorang Gay.

"Sialan. Oh iya, Dion nyebelin banget tadi, kesel gue"

"Kenapa? Dia cheating on you?"

"Bukan, tadi tuh ya, pas gue mau makan, kan gue maunya disuapin sama dia, eh dia nya malah asyik makan sendiri"

Gue kira, cuma cewek yang pengen dimanja.

"Pantes aja lo pacaran sama cowo, lo nya manja gitu"

"Heh, lambemu iku lho, ora usah nguruske uripe wong"
-mulut lo ya, gausah ngurusin hidup orang-

"Hahahaaha, becanda elah. Oh ya, ke taman yuk, gue mau cari pacar"

"Dandanan lo tuh beresin, masa cewe kalah sama gue sih"

Jleb.

Dan memang benar, gue lebih sering memakai kaus, dan kemeja, ketimbang pakaian wanita pada umumnya. Rambut gue juga selalu dipotong cepak, gak pernah lebih dari leher. Sedangkan Digo? Tak perlu ditanya. Dia selalu modis dan fashionable. Bahkan rambut dia lebih panjang dari gue.

"Berisik lo ah, udah yuk"

Dan kita pun menuju taman yang lumayan besar di Tokyo.

Sebenarnya, lelaki Jepang tak semudah lelaki Indonesia untuk didekati. Mereka sangat pemalu, dingin, dan cenderung introvert. Ada juga beberapa yang easy going dan ramah, tapi rata-rata tak seperti itu.

Aku menggunakan alibi mencari pacar di taman, padahal aku sedang memerhatikan seseorang yang bekerja di sebuah kafe dekat taman.

"Eh, lo mau cowo yang kayak gimana sih? Harus banget cari di taman?"

Aku tak mendengar apa yang Digo katakan.

"Helooww, please deh, ada orang disini lagi ngajak ngobrol, heuh"

"Ha? Tadi bilang apa?"

"Lo mau cowok yang kayak gimana? Kayak gue?"

"Naudzubillahimindzalik, najis amit amit dah iyuh"

"Heh, gini-gini punya gue gede loh"

"Ga peduli. Gede juga dimasukinnya ke pantat"

"Heh, sialan lo ya"

Aku sedikit terkekeh. Sahabatku satu ini memang the best.

"Go, liat deh di kafe itu. Cakep ya"

Digo rupanya sedang asyik chatting dengan partner gay nya. Merasa dihiraukan, aku memutar paksa kepala Digo.

"Eh, ini kepala ada yang punya, sopan dikit dong ah"

"Liat itu liaaat, cakep kan?"

Aku menunjuk ke arah kafe yang ku maksud. Disana ada pelayan yang setiap harinya aku perhatikan. Pelayan itu memiliki rahang yang kokoh, hidung mancung, kulit putih, dan juga ia tak terlalu sipit. Postur tubuhnya tinggi, sedikit berotot, dan memiliki senyum yang manis.

"Ow may gad. Aska! Buat gue ya, pleasee"

"Dasar, manéh mah"

"Uuuuu, ganteng banget itu, kesana yuk, nongki nongki cuantiks"

"Halah, alesan lo. Udah ah, udah puas gue hari ini. Gue mau pulang"

Raut wajah Digo berubah menjadi seperti anak kecil yang tak jadi dibelikan mainan oleh orangtua nya.

Aku berharap, kelak bisa bekerja di kafe itu. Atau, berharap dia menjadi suami ku. Ah, khayalanmu terlalu tinggi Aska. Lelaki di kampus saja, takut padamu.

Malam ini aku tidur ditemani oleh bayang-bayang Mr. X. Ahh, mungkin nyaman rasanya jika aku dipeluk dia dari belakang. Errr, sudah Alaska!!! Jangan terlalu berharap.

××××××××××××××××××

Yaaa... sorry, disini gue labil... yang tadinya 'gue' jadi 'aku' gapapa yahh, diganti jadi aku =)) makasihh yaa udah mau baca!! Vote n komennya yah kalo ada kritikk

Thank youu
R99

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang