Reina Devy Sarasvati di media
+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×
"Aska! Tunggu!" Seseorang berteriak dari lantai dasar dormitoryku. Rupanya itu adalah roomate ku, Reina.
"Kenapa Na?" Tanyaku.
"Nih ada cokelat" Reina memberiku sebuah kotak cokelat merk Godiva. Godiva adalah sebuah merk cokelat terkenal, dan harganya lumayan mahal. Siapa yang memberiku cokelat ini?
"Godiva? Dari siapa?"
"Gak boleh dikasih tau katanya. Rahasia" sambil mengerucutkan bibirnya dan menaruh jari telunjuk didepannya. Reina memang gadis centil. 180 derajat berbeda denganku.
"Hm, yaudah. Buat lo aja" aku sebenarnya gak terlalu suka cokelat. Mungkin karena kebiasaan dari kecil, orangtuaku selalu membatasiku dalam mengkonsumsi cokelat, kacang, dan yang manis-manis.
"Hah? Lo yakin gamau nerima cokelat mahal ini? Lumayan Aska, ini ada 24 biji" Reina masih terus menawarkan cokelat itu. Tapi, tetap saja aku tak tertarik.
"Iya, gue serius. Udah ah, dingin diluar, gue mau masuk" ruangan ku berada di lantai 3, dalam 1 ruangan, berisi 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur kecil, dan ruang tv. Tak terlalu besar, juga tak terlalu kecil.
Hari ini cukup melelahkan, dan biasanya jika sudah sampai rumah begini, Reina selalu bercerita apa yang telah dilakukan dan apa yang telah terjadi seharian ini. Aku adalah pendengar yang cukup baik, saking baiknya, aku mendengarkan sampai aku tertidur. Hahaha.
"Eh, Aska, gue mau cerita nih" Cerita dongeng dimulai. Baiklah, aku siap mendengarkan, sembari membaca majalah mingguan langgananku.
"Hmm, cerita apa lagi sih lo?"
"Jadi gini Aska, tadi pagi, gue itu kan agak telat gitu masuk nya, terus pas gue masuk ruangan, eh ternyata gue salah kelas coba, yaampun malu banget guee" Reina bercerita sambil mengeluarkan ekspresi sedih bercampur malu-nya. Kalau dilihat-lihat, wajahnya lucu, dan menggemaskan seperti wanita Jepang.
"Aska?! Lo dengerin gue gak sihh? Kok malah bengong?" Reina melambaikan tangannya di depan wajahku. Hal itu menyadarkanku dari lamunanku tentang Reina. Ah, apa sih kamu Aska, Reina itu perempuan! Tak seharusnya kamu bayangkan.
"Ah, iya iya kenapa? Sorry Na, gue banyak tugas hari ini, jadi kepikiran terus" dusta ku.
"Tugas apa tugaas?? Jangan-jangan mikirin mas mas di kafe deket shibuya?" Reina menggodaku. Bukan lelaki itu Reina, tapi kamu.
Aku tak menghiraukan perkataan Reina, aku menuju dapur untuk membuat sesuatu untuk dimakan. Hanya ada curry instan dilemari. Aku akan memasak itu untuk makan malam hari ini.
Tiba-tiba, Reina datang dan untuk pertama kalinya ia mendekapku dari belakang. Bukan risih yang aku rasakan, tapi rasa nyaman. Kenyamanan yang sudah sekian lama kurindukan. Aku seperti pernah merasakan ini sebelumnya. Tepatnya pada saat aku masih kelas 1 SMA. Pada saat itu aku memiliki pacar seorang laki-laki yang merupakan kakak tingkatku. Kami dulu satu ekskul fotografi. Dia tipikal laki-laki yang sangat penyayang, sampai aku lupa berapa kali dia merangkul dan memelukku. Kita berpisah karena aku memergoki dia sedang bercumbu dengan teman kelasku, juga dia orangnya terlalu banyak menuntut menurutku. Dan saat ini, aku merasakan pelukan yang nyaman itu lagi.
"Aska, tetap jadi sahabat baik Reina ya" Suaranya seperti karakter anime jepang, imut dan menggemaskan. Mungkin bukan jadi sahabat kamu lagi Reina, aku bisa jadi pacar kamu jika kamu mau. Aah! Aska! Berhenti mengagumi Reina!
"Iya, tapi tolong udahan ya pelukannya, mau motong wortel nih" pelukannya membuatku sulit bergerak dan bernafas.
Setelah kejadian itu, wajah Reina selalu terbayang dalam angan-anganku. Tuhan, se-begini gak-laku-nya-kah aku? Sampai-sampai hanya wanita yang selalu mengerubungi dan membuatku nyaman. Aku menghela nafas berat, dan terus mencoba keluar dari pikiran setan ini.
+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×÷+×
Aku selesai dengan part ini.... semoga kalian senaang '-')9
R99
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
Teen FictionKisah seorang gadis tomboy yang selalu dikagumi oleh teman-teman wanitanya, sehingga ada seorang lesbian yang berusaha mendekati gadis itu. Akankah dia akan menjadi seorang lesbian atau tetap menjadi gadis normal tapi tomboy?