-Moodbreaker.

3.6K 160 0
                                    

//Vion POV//

"apa saat itu Vion ngulurin tangannya buat ngebantu elu dan elu nolak bantuan dari dia?" tanya Nera.

"hmm.. iy,,  iya" ucap Valen terbata bata seraya berfikir mengingat nya.

Ternyata dia masih inget gue juga,,.

"hey cewek toilet selamat ya beberapa hari setelah pertemuan kalian, Sang Vionalston Arvensi seperti abg labil" ucap Nera mengundang tawa mereka semua terkecuali Valen.

"hahaha bener bro, terus juga si Vion pernah ngigo manggil cewek toilet" ucap Zylan.

"gue cabut" ucap gue seraya menaruh gelas dengan kasar dan dengan wajah yang sulit di artikan.

"yaelah calm down bro..masa ngambek sih" ucap Tian.

WHAT? Ngambek? Gue Ngambek? Hell No.

"gue ngambek? Nggak salah ngomong lu. Ya enggak lah, gue gak ngambek, Bukan gue banget lagi" ucap gue.

Sumpah dia semua bisanya ngebuat moodbreaker gue aja.

"oiya gue naik taxi aja" pamit gue.

//Valen POV//

"hm guys, aku pulang duluan ya, udah capek banget nih" ucapku.

"yaudah yuk pulang" ajak Tian.

"eh udah nggak usah yan, kalian kan lagi pada ngumpul, aku bisa sendiri naik taxi" ucapku.

"tapi- " ucap Veria dan dengan sigap langsungku putus.

"enggak ada tapi tapian ver, dah ya aku pulang. Bye semua" pamitku.

*****

Duh ko udaranya dingin ya, tapi walaupun dingin-dingin gini seneng juga akhirnya semua sahabatku ngumpul, dan pastinya temanku bertambah lagi di malam yang cerah ini. Ini adalah malam terindah bagiku saat jauh dari ka lana, mommy dan daddy.

Oiya ngomong-ngomong ka lana aku sangat merindukan dia, sekarang baru jam 8:15 malam, sepertinya belum terlalu larut untuk menelfon dia.

"hallo" sapaku.

"hai sweety" ucap seseorang di sebrang sana.

"aku sangat merindukanmu mate" ucap ku.

"aku juga, Sangat merindukanmu mu. Bagaimana keadaan mu di sana?" tanya nya.

"ya begitulah, sangat menyenangkan" ucapku.

"kapan kau akan pulang" tanya nya.

"entahlah" jawabku.

"baiklah kalau seperti itu, sudah dulu ya, kerjaan ku belum selesai, tapi aku janji setelah semuanya sudah selesai, kau akan ku telfon lagi" pamitnya.

"okaay, hey kau jangan sampai lupa makan! dan jaga kesehatanmu! Aku menyayangi mu" ucapku.

Tak terasa aku sudah jalan sangat jauh hingga telah sampai taman dekat apartementku, eh tapi udah malem gini di taman yang luas ini ko seperti ada orang ya, tapi... Sepertinya postur tubuh itu sudah tidak asing lagi bagiku, aku kenal dia, tapi siapa ya? Coba aja deh aku deketin dikit siapa tahu keliatan mukanya.

"VION? "

Oh tuhan sedang apa dia disini, udara sangat dingin.

"iya" ucapnya seraya berbalik untuk melihatku "emang udah pada pulang?" tanyanya.

"hm belum sih, aku pulang duluan" jawab ku.

"ooh emang kamu tinggal dimana?" tanyanya.

"aku di apartement itu" ucapku dengan mengarahkan letak apartement tersebut.

"kamu sendiri tinggal dimana?" tanyaku.

"aku di rumah yang itu, oiya aku baru aja pindah dari apartement, mau main?" ajaknya.

"mungkin lain kali, gakpapa?"

"iya gakpapa" ucapnya.

"kamu ngapain di sini? Kan udara sangat dingin." ucap ku.

"kau kedinginan?" tanya dia.

"lumayan"

"nih pake jaket aku" ucapnya seraya memberi jaket tersebut.

"udah nggak usah, nanti kamu yang kedinginan" tolak ku.

"aku nggak nerima penolakan, yaudah yuk pulang aku anterin kamu dulu" ajaknya.

"aku sangat merepotkanmu,  boleh?" ucapku.

"tidak len, sangat boleh" ucapnya.

"baiklah" ucapku.





Sekarang kita sudah dalam perjalanan.

"Valen"  "Vion"  ucap kami bersamaan.

"kau duluan" ucap Vion.

"kamu tinggal sama Nera dan Zylan?" tanyaku dan di jawab dengan anggukan.

"Ooh" aku ber-oh ria.

"Apakah cita-citamu seorang dokter?" pertanyaan yang sangat menyakitkan.

"hanya baru-baru ini" jawabku.

Tiba-tiba saja dia berhenti dari perjalanan kita dan entah mengapa dia menatap ku sendu, apa mungkin dia menyadari parubahan ku yang tidak sengaja sangat menyadihkan ini?.

"kalau boleh tahu sebelum ingin menjadi dokter, apa cita-cita mu?" tanya nya yang semakin menohok ku.

"jangan tertawa setelah aku mengatakan nya!" perintah ku.

"your wish"

"ingin menjadi istri supir pesawat" ucap ku "tapi semenjak ada seseorang yang kemarin menamparku itu, aku sangat benci dengan pilot dan semua pilot itu sama saja buruknya, sering check in sama pramugarinya semau dia dan atas keinginannya, di hotel ataupun tempat malam" ucapku pada akhirnya dengan suara yang parau.

Mataku panas, oh god aku tidak boleh menangis di depannya.

"tenanglah" ucapnya membawa ku ke dalam dekapannya.

"lembut, hangat dan nyaman" batinku.

"menangislah sepuasmu" ucapnya.

"bo-bolehkah?"

"tentu boleh" ucapnya.

Dia memeluk ku dan dia mengelus puncak kepalaku dengan lembut di dalam dekapannya, dan dengan cepat ku tumpahkan semua tangisan ku pada dada bidang miliknya.

Kenapa nick tega terhadapku, oh tuhan mengapa aku selalu menangisinya, apakah masih ada sedikit rasa yang tertinggal untuknya. Tidak, tidak boleh, aku harus melupakannya. Batinku dalam isakkan tangis.


Vote, Coment, dan Share nya ya readrs ku:))

I Hate You,But I Love You CAPTAIN !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang