▪Rumah sakit
Nancy benar-benar jengkel pada Orlando.
Setelah kepergian Angelica, Nancy masih berdiri diambang pintu dan menatap tajam Orlando dan juga Lian.
Cukup lama ketiganya terdiam hingga akhirnya Nancy pun berucap. "Lian... Bisa tinggalkan tante dengan Lando?"
Suara Nancy terdengar dingin, bahkan Nancy pun tidak mau memandang Lian.
"Bisa tante" Gadis itu melirik sekilas Orlando kemudian beranjak keluar dari ruang rawat Orlando.
"Kalau Mama hanya ingin membicarakan Lica, lebih baik tidak usah" Orlando memejamkan matanya sejenak dan ia merasa bahunya benar-benar sakit, tapi entah kenapa hatinyapun sakit begitu bayangan wajah pucat pasi Angelica melintas dibenaknya.
"Tapi Mama harus mengatakan ini, biar mata hatimu itu terbuka. Mama sayang sama kamu dan Mama mau putra Mama kembali seperti dulu, penyayang dan selalu melindungi, Lica"
"MAH CUKUP!!" Tukas Orlando sambil menggelengkan kepalanya. Rasa sakit yang menyengat kepalanya secara tiba-tiba membuat Orlando meringis sambil memegangi kepalanya.
"Yah setelahnya dia akan kuracuni hingga mati"
Potongan ucapan itu berdengung begitu keras ditelinga Orlando.
"Aaaaarrrggg" Orlando mengerang kesakitan, bukan lagi kepalanya tapi telinganyapun ikut sakit. "LICAAAAA!!!" Teriakan Orlando menarik Lian kembali masuk.
Sementara Nancy yang panik dan kebingungan akhirnya memencet tombol disamping ranjang.
Nancy sungguh tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. "Sayang tenanglah" Dielusnya kepala Orlando dengan sayang dan dikecupnya dahinya begitu dalam, seakan ingin mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
"Sakit Mah" Rintih Orlando pelan.
Nancy meringis menatap putranya. Sedangkan Lian, gadis itu kini sibuk menggenggam jemari Orlando
"Mama tau sayang" sahut Nancy dengan mata berkaca-kaca. "Tapi sekarang Lica juga pasti sedang kesakitan" Lanjutnya dalam hati.
Tak lama dokter dan perawatpun datang dan langsung mengecek kondisi Orlando.
Nancy dan Lian menunggu diluar dan dengan satu tarikan nafas Nancy mendekat ke Lian.
"Kalau kamu mencintai Orlando, tolong menjauhlah darinya" Ucap Nancy to the point.
Tanpa sadar Lian menatap tajam Nancy. "Tapi maaf tante, aku tidak bisa, aku hanya akan pergi kalau Orlando yang memintanya" Ucap Lian lalu menunduk dan tanpa diketahui Nancy, gadis itu sedang menyembunyikan senyumnya.
Nancy menghela nafas dan kembali masuk keruang rawat Orlando, meninggalkan Lian yang kini hanya diam memandangi punggung Nancy.
___
"Yah setelahnya dia akan kuracuni hingga mati"
Orlando menutup telinganya begitu potongan ucapan yang ia dengar sebelum pernikahan itu kembali terngiang ditelinganya. Namun begitu Nancy menggenggam tangannya Orlandopun kembali tenang, hingga akhirnya dokter dan perawatpun pamit.
Berbanding terbalik dengan keadaan Orlando yang semakin membaik. Dua jam Angelica tidak sadarkan diri, dan begitu mata cantiknya terbuka yang pertama Angelica lihat adalah senyum manis seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
"Akhirnya kamu siuman juga"
Kelegaan tergambar jelas diwajah wanita paruh baya itu dan senyumnya terlihat sangat tulus.