[Bab 6]

5.7K 534 9
                                    

Setelah Angelica pergi, Orlando dan Lian saling terdiam, hingga akhirnya Lian beranjak menuju ruang tv dan Orlando pun mengekori Lian.

"Harusnya kamu tidak berkata seperti tadi pada Lica. Sekarang semuanya semakin rumit, biarkan saja Lica menganggapku wanita murahan, yang penting kita sama-sama tau kenyataan yang sebenarnya seperti apa, kita bahkan tidak pernah lebih dari ciuman, walaupun dulu kita hampir... Tapi itu juga tidak bisa dikatakan hampir, bahkan aku juga belum pernah naked di depanmu, kalaupun kita tidur bersama kita hanya tidur biasa, bahkan kamu dan Lica jauh lebih sering tidur bersama, tentunya hanya sebatas tidur biasa" ucap Lian.

Orlando menghela nafas lalu memeluk gadis itu. "Maaf, tapi aku tidak mau Lica menyesali ucapan pedasnya padamu, itu kenapa aku semarah tadi, kita berdua tau itu jadi, soal Lica, aku sudah bilang aku siap memulai dari awal, walaupun harus selalu bertengkar dengan dia. Aku minta maaf karena tadi Lica menamparmu" Orlando melepas pelukannya dan menatap dalam Lian.

"Hm tidak masalah, tapi apa kamu akan memintaku menjauh kalau Lica, memintamu memilih antara aku dan dia?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Lian.

"Kamu tau jawabannya Lian" Ucap Orlando sambil mengusap puncak kepala Lian.

Sementara itu Angelica yang dalam keadaan marah kini mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sambil menatap tajam unit apartemen Lian. Ya... Angelica belum meninggalkan apartemen Lian, ia berhenti di depan lift hingga akhirnya ia kembali memutar tubuhnya dan menatap tajam unit apartemen Lian, dimana didalamnya ada dua orang yang dimatanya sangat menyebalkan.

"Udah kali jangan dilihatin terus" suara Dimas seketika mengagetkan Angelica, ditambah lagi Dimas tiba-tiba saja merangkul bahunya.

Angelica mengerutkan dahinya, ngomong-ngomong dari mana Dimas tau kalau ia ada disini?

"Hei kok bengong?" Dimas menyentil pelan dahi Angelica.

Sontak Angelica mendengus kesal. "Kakak ngapain disini?"

Dimas terdiam. "Sepertinya tali takdir sedang mengikat kita semua dalam lingkaran yang sama" Ucapnya dalam hati.

"KAK DIMAS" Teriakan Angelica menggema.

Dimas yang terdiam seketika menghela nafas lalu dengan sangat menyebalkan Dimas mengusap kepala Angelica. "Ayo kita pulang" ucapnya kemudian.

☆☆☆

Seminggu setelah kejadian di apartemen Lian, Angelica kembali fokus pada pekerjaannya.

Sebagai wakil CEO, pekerjaan Angelica tidak bisa dikatakan ringan. Dimas dan Al bahkan melepaskan Angelica untuk berjuang sendiri memenangkan tender-tender besar dan sekarang karena kegigihannya Angelica berhasil memenangkan lahan baru untuk pembangunan hotel baru mereka.

"Akhirnya..." Angelica tersenyum senang sekaligus lega, hingga ia tidak menyadari kedatangan Dimas.

"Ya ampun segitunya" Dimas geleng-geleng kepala dan Angelica yang sedang duduk dikursi kebesarannya langsung berdiri lalu menghambur memeluk Dimas.

"Kakak tau kan, aku sangat... Sangat... Sangat bahagia" Angelica semakin mengeratkan pelukannya pada Dimas dan Dimaspun tersenyum dengan sangat lebar, tangannya terulur mengusap punggung Angelica dan detik berikutnya pria itu mengecup puncak kepala Angelica.

"Ya kakak tau" Dimas menghela nafas.

Sontak Angelica menatap Dimas dengan dahi berkerut.

"Tapi kalau saja kamu tau Orlando selama ini mengalah padamu, apa kamu masih akan sesenang ini?" Ucap Dimas dalam hati.

AngelicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang