EIGHth - SATRIA

35 5 0
                                    

Seluruh siswa yang menonton pun terdiam. Tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari mereka setelah Deny melayangkan tamparannya tepat di pipi Petra.

Deny mungkin tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Ia terlihat terkejut melihatnya.

"Ah. Maaf, Tra" Deny berjalan mendekati Petra. Saat Deny hendak menyentuh pundak Petra, Satria menyingkirkan tangan Deny. "Udah, ah, Den. Jangan buat masalah lagi" Satria membentak Deny. Deny hanya terdiam dan memandang jengkel Satria yang membawa Petra pergi.

***

Satria dan Petra pun menuju ke UKS.

"Lo ga apa-apa, Tra?" tanya Satria. Petra hanya menggeleng kecil, "Gapapa, kok. Toh cuma tamparan biasa. Gasakit ko---  Aw!" Petra meringis ketika Satria menekan pipi Petra dengan kapas.

"Kalo ga sakit, kenapa menjerit." Ledek Satria sambil tersenyum kecil. Petra hanya mendengus kesal.

"Ga perlu diplesterin, kok" ujar Petra ketika melihat Satria membuka bungkus hansaplast. Satria yang mendengarnya langsung menghentikan aktivitasnya itu.

"Serius?" Tanyanya tidak yakin. Petra mengangguk. "Gaperlu. Serius."

Satria lalu memasukkan kembali hansaplast kedalam kotak P3K. Satria menatap Petra yang diam dan sesekali melirik kearahnya.

"Tra! Tra!"

Petra dan Satria spontan terkejut. Petra mengenal suara itu, siapa lagi selain Celty? Petra lalu berdiri dan berjalan menuju pintu. "Thanks, ya , Satria" ucapnya lalu pergi meninggalkan UKS. Satria hanya terdiam.

"Paan?". Celty berlari. Dari wajahnya, terlihat capek sekali. Mungkin dia lari dari kelas XII-7 ke UKS. Jaraknya jauh banget demi apa.

"Deny nyariin lo. Masa gue ditanya-tanya ampe dicegat ama dia. Udah gue bilang lo sama Satria ke UKS. Dia malah berdecak kesal dan pergi. Aneh tu orang. Makan apa sih?" Celty terlihat sangat jengkel dengan Deny. Yah, Deny emang paling sering ngegangguin Celty.

"Nah, sekarang Deny dimana?".
"Mungkin ke toilet. Tadi gue liat dia lari kearah toi--" Celty lalu terdiam dan melihat Petra berlari kencang meninggalkannya sendirian.

"Mpus dah. Ntu orang sama anehnya" Celty lalu berbalik dan berjalan santai menuju kelasnya. Satria lalu keluar dari UKS dan memanggil Celty. "Cel"

Celty spontan berbalik dan terkejut melihat Satria. 'Oh iya. Gue lupa Satria tadi bareng Petra. Mpus' gumamnya dalam hati. "Ada guru, gk?" Tanya Satria.

Celty menggeleng,"Katanya Bu Indri gak masuk. Anaknya sakit" jawabnya santai. Satria lalu berterima kasih dan berjalan mengikuti Celty menuju ke kelas. Sepanjang jalan mereka hanya diam.

Tanpa suara sekalipun.

***

Petra udah capek berlari menuju toilet. Dia celingak celinguk menyari Deny. Saat udah hampir pergi, dilihatnya sosok pria yang dikenalnya itu keluar dari toilet. Mata mereka saling bertemu.

"Kata Celty lo nyariin gue" ditatapnya Deny. Deny berjalan mendekatinya dengan wajah penuh penyesalan. Petra hampir ketawa melihat wajah Deny. Tapi, ini suasananya serius.

"Maafin gue. Tadi gue gasadar, serius. Gue janji deh minta maaf sama 20 junior tadi." Deny menatap tepat di mata Petra. Petra hanya melotot kearah Deny. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Gaapa-apa kali. 20 junior tadi udah diuurus sama PMR. Toh lo kan emang kadang kadang kaga waras. Dari kelas 10 malahan." omongan itu disusul dengan tawaan Petra.

"Jadi lo ngamatin gue dari dulu??"

"Nggak".

Deny memasang tampang cemberut. "Trus lo kok kayaknya nyesal amat. Kenapa emang? Tamparan lo kaga sakit kok" Petra terlihat bingung. Soalnya ga biasanya Deny minta maap gitu ke orang.

Deny terdiam. "Udah ah gausah dibahas lagi"

Petra merengek kesal karena pertanyaannya gadijawab. Mereka lalu berjalan menuju kelas. Mereka hanya mengobrol tentang video games aja. Mereka emang hobi hal begitu.

***

"Tra. Lo ga diapa-apain ama Deny kan?" Celty berlari kencang kearah Petra yang baru aja masuk kelas bareng Deny. Petra menggeleng.

Celty menghembuskan napas lega. Ia lalu menarik Petra dan menuju ke tempat duduk mereka. Deny hanya menatap datar cewek cewek itu dan menuju ke tempat duduknya.

"Tadi Rehan, anak kelas sebe--" omongan Celty seketika dipotong sama Petra.

"Tunggu! Rehan siapa??" Celty mendengus kesal. "Emanglah. Sahabatku satu ini mah paling kudet kalau soal anak kelas lain. Tapi,mah. Kok hari ini pada banyak yang nyariin hahaha. Nih, ya. Rehan itu orangnya ganteng dewa, tajir, jenius amat, dia ketos tahun lalu. Tau?" Celty menatap tajam Petra.

Petra hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Celty. Walaupun, dia nggak ngerti, tapi ntar Celty bakalan ngoceh dan ngeceramahin dia lagi. Bosenn

"Dia tadi nanyain lo kesini. Ntah apa urusannya". Petra melotot tanda nggak percaya. Petra lalu tersenyum dan mengeluarkan gaya andalannya. "Gue mah terkenal, ya kan?"

Mendengar ocehan Petra itu, Celty melempar Petra dengan buku tebal didepannya. "Bodo ah".

Bunyi ketukan pintu terdengar. Seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah, ya.. lumayan ganteng bagi Petra itu memasuki kelas. Semua cewe seketika diam dan menatap takjub akan sosok pria itu.

Kelas pun seketika ribut dengan bisikan anak cewe kelas XII-7.

'Itu Rehan kan?'
'Iyaa'
'Ya ampun ganteng banget'
'Idola gue tuhh'
'Eh tapi Satria gakalah loh'
'Tau ahh'
'Dia tadi udah kesini kan? Nyariin si Petra'
'Iya tuhh. Beruntung amat si Petraa'

Dan berbagai ocehan lainnya. Ya ampun.

Sosok pria yang namanya Rehan itu menatap seisi kelas dengan cermat.

"Yang namanya Petra Teresia itu yang mana?"

--------------

Bosankah?? :')
Makasih para readers yang setia menanti novel gaje ini (lah)

Vomment jangan lupa~
Ktitik & saran selalu diterima.

The Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang