7 (Full)

360 33 0
                                    

2 February 2012(2).

#HanSooJung PoV

Sore ini aku telah berjanji kepada YoonGi jika aku akan membantunya memilihkan pakaian yang cocok untuknya pergi berkencan dengan kekasihnya, SooJi.

Meskipun benar-benar menyakitkan hatiku, aku tetap saja pergi kerumah YoonGi untuk membantunya.

Setiap berada di hadapan YoonGi aku selalu berusaha sekuat tenaga untuk tetap menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya.  Yah! Katakan saja aku munafik atau sejenisnya. Tapi kau tak bisa men-judge-ku begitu saja saat kau berada di posisi yang sama denganku.

Kami telah berteman -oh, tidak- bersahabat lama sejak kami dipertemukan kedua ibu kami pada acara ulang tahun YoonGi yang ke-9 tahun, sejak saat itu kami selalu bersama. Berada di Junior-HighSchool yang sama dan hingga sekarang berada Di Senior-HighSchool yang sama, saat ini umur YoonGi 18th -akan berubah 19th saat tanggal 9maret nanti- .

Aku tak mau begitu saja merusak persahabatanku dengannya selama 10 tahun hanya karna perasaan bodohku ini yang telah kurasakan sejak kami menjadi sophomore di Senior-HighSchool ini yang berarti sudah 3 tahun aku telah memendam perasaanku.

Aku berjalan kaki dari rumahku kerumah YoonGi yang berbeda 2 blok dari perumahanku yang memakan waktu hingga 15menit. Aku terus berjalan saat membayangkan bagaimana raut bahagianya YoonGi yang ditujukan untuk SooJi saat mereka berkencan nanti hingga aku tak sadar bahwa aku telah berada di depan rumahnya.

Aku mengetuk pintu depan rumah tersebut sebanyak 3 kali, berapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki -yang ku-asumsikan sebagai langkah kaki yoongi- terburu-buru mendekati pintu.

Tak lama kemudian terbukalah daun pintu rumah tersebut dan menampakkan YoonGi yang wajahnya berseri-seri dan memelukku dengan tiba-tiba dan sangat erat, membuat jantungku berdetak dengan cepat dan aku meneguk ludahku dengan susah. Selama beberapa detik berdiam dengan posisi tersebut membuat tubuhku menegang, pipiku memanas, dan kepalaku memusing karna darah yang naik ke-ubun-ubun dan pipiku.

Dia mengendurkan pelukannya sesaat kemudian tanpa melepaskan tangannya dari bahuku dan melihat wajahku lekat dengan pandangan yang sulit diartikan. Membuatku mengernyitkan dahi, bingung.

"Kau sakit?"  'Dammit, jangan sampai dia tau kenapa aku begini' batinku

"E-e, iya. Aku agak pusing tadi hehe"

"Ah! Harusnya kau meng-smsku tadi jadi aku bisa menjemputmu!" Katanya sembari mem-poutkan bibirnya, membuatku semakin hilang fokus!.

"A-ah, tak apa. Hanya pusing sedikit. Tak berarti apa-apa!"

"Baiklah. Ayo masuk akan kuambilkan kue dan minuman kesukaanmu. Abeoji dan eomoni sedang keluar, jadi hanya ada kita berdua dirumah"

Dia tersenyum riang membuatku terhipnotis beberapa saat sebelum dia menarik lenganku terburu-buru memasuki rumahnya dan membimbingku menuju kamarnya.

"Nah, tunggulah disini. Aku akan mengambilkan kuenya" dia mendorong bahuku agar aku duduk di ranjangnya, lalu pergi ke luar kamar.

Aku memperhatikan sekelilingku, sangat berantakan! Baju tergantung disana-sini. Kurasa dia benar- benar gugup untuk menghadapi berkencan dengan kekasihnya, SooJi.

Tiba-tiba jantungku berdenyut pelan, seperti ada yang meremasnya. Memberikan sensasi sakit dan menyebabkan mataku memanas. Tak ingin memperlihatkan sisi diriku yang rapuh didepan orang yang aku sukai, aku buru-buru mengipasi mataku dengan telapak tanganku berharap mataku akan kembali normal sebelum YoonGi kembali.

"Apakah panas? Haruskah kuhidupkan air-con nya?" Aku tersentak mendengar suaranya yang tak kuketahui sudah kembali dari dapur lenkap dengan kue dan minuman yang dia janjikan padaku.

"Tidak, tak perlu. Aku hanya merasa panas sebentar" kataku sembari tersenyum untuk menegaskan kata 'baik-baik saja' agar dia percaya pada semua kebohongan yang ku ucapkan.

"Kurasa kau benar-benar sakit, jika kau tak merasa ingin kesekolah besok bilang saja, aku akan buatkan surat untukmu" katanya sembari menaruh kue dan minuman yang berada ditangannya ke-meja nakas sebelah ranjangnya.

"Tak apa. Aku baik baik saja" kataku lagi sambil tersenyum, kembali menegaskan bahwa aku 'baik-baik saja'. "Ayo, perlihatkan bajumu! Aku akan menilainya" kataku dengan riang sembari melempar seringaian usil padanya.

------------------

"Baiklah Jung. Terimakasih sudah membantuku"

"Baiklah! Kurasa aku harus pulang, Sudah agak malam. Aku takut hari semakin gelap!" Aku melihat jam tangan yang terpasang dipergelangan tangan kiriku yang menunjukan pukul 7:49 malam.

"Aku akan mengantarkanmu" katanya dengan cepat.

"Tak perlu,  Aku bisa jalan sendiri. Aku bukan anak kecil, Gi"

"Tidak, tidak! Kau harus mau" dia menarik pergelangan tanganku kedepan pintu rumahnya. lalu dia berbalik untuk mengunci pintu sebelum pergi mengantarku.

Dia memgambil sepeda gayuhnya dari garasi samping lalu membawanya kehadapanku.

"Naiklah" katanya membuatku mengernyitkan dahiku, bingung.

"Dimana aku harus naik? Sepedamukan sepeda gunung, tak ada boncengannya" aku menunjuk bagian belakang sepedanya dengan jari telunjukku sembari menatapnya bingung.

"Duduklah didepanku" katanya sembari menunjuk bagian depan sepeda dengan matanya.

'Ohmyshit, aku? Duduk didepannya? Yang benar saja'

"Ayo cepatlah. Kau bilang harus cepat pulang?"

"O-okay" aku berjalan dengan ragu mendekatinya, lalu duduk didepannya. Dia menaruh kedua tangannya disetiap sisiku dan wajahnya yang kurasa dekat sekali dengan pucuk kepalaku membuatku benar-benar tak nyaman karna jantungku semakin berdegup dengan tak karuan.

"Kau ganti shampoo? Aku lebih suka shampoomu yang kemarin" katanya tiba-tiba membuatku terkaget dan darah naik ke pipiku yang sekarang menampilkan semburat merah.

"E-e. Ini s-shampoo milik eomma. Shampooku sudah habis dan lupa membelinya" aku menundukkan kepalaku, berusaha melihat kedepan dengan sangat lurus berharap dia tak mengetahui pipiku yang memerah.

Beberapa menit hening, membuatku tak sadar jika kami sudah sampai di depan rumahku. Aku buru-buru turun dan membungkuk dan mengucapkan terimakasih padanya, lalu berbalik.

"SooJung-a! Terimakasih juga telah membantuku" aku berbalik dan menemukannya yang berdiri sekitar 3 meter didepanku dengan wajah yang tersenyum lebar membuatku tersenyum juga.

Lalu dia mendekatiku, menatap lekat wajahku, dan menangkup wajahku dengan kedua tangannya berada di setiap pipiku. Sepersekian detik aku menutup mataku dengan refleks.

Aku menunggu apa yang akan terjadi setelah ini, aku terus menutup mataku. Suasana dingin diluar rumah dan keheningan yang anehnya terasa nyaman membuatku merangkai cerita romance di kepalaku.

"Jung, kurasa kau benar-benar sakit"

Aku langsung membuka mataku kembali, melihat dia dengan senyuman jahilnya. Aku melepaskan wajahku dari tangannya dan berbalik pergi masuk kedalam rumahku dengan cepat.

Aku memasuki kamarku, terjun bebas ke ranjang dan membenamkan wajahku pada bantal.

"Arggghhh, SooJung Pabooooo!"

Tiba-tiba aku merasakan getaran hpku, Ada 1 pesan yang masuk. Kubuka pesan itu dan pada akhirnya aku menyesal telah membuka pesan itu.

-----------

Selamat malam SooJung. Mimpi Indah ;)

8:26 malam
              Read

Best-friend(ed) || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang