Muncul lagi si author dengan semua imajinasi anehnya, wkwkwk...
ini cerita baru, tadinya cuma iseng aja posting di facebook-ku. Biasa lah, aku suka posting-posting penggalan iseng gitu... Eh, di demo suruh buat ceritanya :P
oke, Slow Update, yah :D
di atas foto pemeran utama kita, Sakura Alouis Dirgantara.
Minggu pagi yang cerah.
Cewek itu bernama Sakura Alouis Dirgantara. Orang-orang biasa memanggilnya Sakura. Khusus untuk sang ayah, pria tampan yang masih gagah di umurnya yang sudah menginjak kepala lima itu akan memanggil Sakura dengan nama kecilnya, Lou. Lou adalah nama kucing angora Persia peliharaan ayah Sakura. Kucing yang gembul, cantik dan lucu, yang disamakan oleh beliau dengan anak bungsunya tersebut. Meski dipanggil dengan nama yang sama dengan kucing peliharaan sang ayah, tapi Sakura fine-fine saja.
Jam sudah berhenti di angka sembilan, di mana kedua orangtua Sakura sudah pergi ke bandara internasional Soekarno-Hatta. Katanya, sih, ingin menjemput seseorang. Sakura sendiri tidak terlalu ambil pusing karena siapa pun yang akan dijemput oleh kedua orangtuanya bukanlah urusannya.
"Mau ke mana kamu?"
Pertanyaan bernada tegas itu membuat Sakura tersentak pelan. Cewek itu padahal sudah yakin bisa pergi ke mall bersama sahabat sehidup-sematinya sejak kecil, Olivia. Sakura menelan ludah dan memasang wajah tersenyumnya yang dianggap mampu meluluhkan hati sang kakak, Salvador Augusta Dirgantara.
Si sulung di keluarga Dirgantara.
"Halo, Kak! Kakak keren banget hari ini, nggak ada kencan?"
Salvador menatap adik bungsu sekaligus adik cewek satu-satunya itu dengan tatapan menyelidik. Jaket levis tanpa lengan yang membalut kaus lengan panjang berwarna pink menyala, rok levis sebatas lutut, serta sepatu boot dengan warna yang sama seperti kaus lengan panjangnya. Sudah Salvador duga, Sakura pasti akan pergi bermain lagi.
"Bukannya besok hari pertama kamu duduk di bangku kelas tiga?"
"I—iya," jawab Sakura gugup. Memang, besok Sakura akan memulai semester barunya di kelas tiga, di mana sebentar lagi dia akan melaksanakan ujian nasional dan memulai kehidupan baru di dunia perkuliahan. Tapi, dia juga butuh bermain!
"Terus, kamu mau ke mana? Kamu harusnya duduk manis di kamar, baca buku, belajar."
Baru saja Sakura ingin merengek, cewek itu terlonjak ketika seseorang memeluknya dari belakang. Sakura menoleh sedikit lantas mendongak. Wajah kusut karena baru bangun itu tetap saja terlihat tampan di mata Sakura. Pantas dia dijuluki playboy kelas berat. Cowok itu mengedipkan sebelah matanya kepada Sakura, kemudian mencium rambut cewek tersebut.
"Wangi strawberry, seperti biasa." Sergio Arkarna Dirgantara, kakak kedua Sakura yang masih duduk di bangku kuliah semester tiga jurusan sastra. Cowok dengan segudang prestasinya dalam hal memikat cewek dan mencampakkan mereka dalam waktu sebulan itu kini memainkan rambut panjang Sakura yang dikepang dua di sisi kanan dan kirinya. Poni tipis menyamping menutupi kening Sakura, membuatnya terlihat sangat manis dan cantik seperti tokoh anime yang sering ditonton Sergio selama ini. "Kak Al, Sakura udah cantik dan manis begini pasti mau pergi main sama Olivia. Kasih izin, lah... kasian kalau dia harus menderita di usianya yang masih muda ini. Bisa-bisa, dia stres dan kita terpaksa daftarin dia di rumah sakit jiwa terdekat."
Bantuan yang diakhiri dengan ejekan itu membuat Sakura mendesis jengkel dan segera menjauhkan tubuh Sergio dari tubuhnya. Sakura berkacak pinggang lantas menoleh. Menunjukkan raut wajah kesal dan cemberutnya kepada sang kakak yang menanggapinya dengan santai sambil merapikan rambutnya dan menguap kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Penuh Sakura (PROSES TERBIT)
Teen FictionHai, namaku Sakura Alouis Dirgantara. Kalian semua boleh memanggilku Sakura. Aku tidak sendirian di keluarga Dirgantara ini. Aku memiliki tiga kakak kandung. Yang pertama, Salvador Augusta Dirgantara. Dia sudah berumur dua puluh enam tahun dan beke...