Yeaaay! netbook benar lagi, hahaha...
ada yang kangen Langit-Sakura? di atas foto pemeran baru di cerita ini, ya... namanya Elang Abimana XD
happy reading ^^
"Sekarang keputusan lo apa? Jadi pergi ke rumah Olivia atau nggak? Jangan buang-buang waktu berharga gue, ya!"
Ya Tuhan... Sakura melirik Langit yang menatapnya tegas sambil bersandar di dinding itu dengan lirikan kesal. Bisa-bisa gue mati mendadak kalau harus berurusan sama cowok arogan macam dia setiap hari!
"Dengar, ya," ucap Sakura dengan nada jengkel. Dia mendekati Langit, memasang tubuh mungilnya di hadapan cowok bermata tajam itu dan berkacak pinggang. Sakura bahkan bisa merasakan ujung sepatunya bersentuhan dengan ujung sepatu Langit, tapi dia tidak peduli. Emosinya benar-benar sudah disulut dengan sangat baik oleh cowok arogan di depannya itu. "Gue bisa pergi sendiri! Lagian, gue udah punya rencana kabur, tuh."
"Kamu belajar kabur-kaburan kayak begini dari siapa, Sakura?"
Ugh! Suara ini... Sakura meringis aneh dan memasang wajah polosnya ketika dia mendongak. Matanya kini terarah pada jendela kamarnya di lantai dua. Si kembar sudah ada di sana, menunduk untuk menatapnya sambil menopang dagu dengan kedua tangan.
Oke, ralat. Hanya Sergio yang menopang dagu, sementara Saitou menatapnya kecewa.
"Maaf, Kak," kata Sakura pelan. "Aku cuma kesal karena nggak diizinin pergi sama kalian bertiga."
"Kamu tunggu di sana."
Baru kali ini Sakura mendengar nada tegas dari Saitou. Selama ini, Saitou jarang memarahinya atau menegurnya. Setiap Sakura membuat onar, Saitou hanya menanggapinya dengan senyum tipis dan menasihatinya dengan suara lembut. Tapi, barusan? Sakura bahkan menggigil kala mendengar nada tegas dari kakak ketiganya itu.
"Lo membangunkan macan tidur sepertinya."
Kepala Sakura menoleh cepat dan dia memicingkan mata ketika bertatapan dengan Langit. Cowok itu tersenyum mengejek ke arahnya, membuat tubuh Sakura gemetar karena amarah dan tanpa sadar menunjuk wajah cowok tersebut.
"Elo...." Mati-matian Sakura menahan diri agar tidak kelepasan memaki Langit. Dia jarang memaki orang dan menurutnya terlalu sayang jika mulutnya yang manis itu dipergunakan untuk melafalkan kalimat tidak pantas. Terlebih untuk cowok arogan seperti Langit.
"Apa? Gue benar, kan?" tanya Langit dengan nada puas. "Yang gue liat, dari ketiga kakak lo, hanya Kak Saitou yang punya sifat lembut dan penyabar. Tapi kali ini, kesabarannya lo uji. Lo sentil dia di tempat yang seharusnya nggak lo sentuh."
Sakura menurunkan jarinya dan mengepalkan kedua tangan di sisi tubuh. Bara kebencian itu terlihat jelas dari cara sepasang manik Sakura ketika menatap Langit yang justru terlihat biasa dan santai.
"Setiap orang punya batas kesabaran masing-masing, Lou." Langit menikmati ekspresi keterkejutan dari wajah Sakura. Gestur tubuh Sakura yang menegang membuat Langit merasa di atas angin. "Begitu juga dengan gue!"
"Lo pikir lo siapa bisa seenaknya manggil gue dengan nama kecil itu?" tanya Sakura dengan nada dingin. Langit mengangkat satu alisnya dan memutuskan untuk melihat bagaimana Sakura 'meledak'. Dia memang tahu mengenai nama Lou itu dari si kembar. "Lo hanya orang luar yang nggak tau diri! Yang boleh manggil gue dengan nama itu cuma keluarga gue!"
"Begitu?"
Rahang Sakura mengeras. Cewek itu menganyunkan lengannya, berniat menampar Langit, ketika tangan Langit telah lebih dulu terangkat untuk menahan laju tangan Sakura. Cewek itu terkesiap saat Langit menarik tangannya hingga menyebabkan tubuh mereka berhimpitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Penuh Sakura (PROSES TERBIT)
Dla nastolatkówHai, namaku Sakura Alouis Dirgantara. Kalian semua boleh memanggilku Sakura. Aku tidak sendirian di keluarga Dirgantara ini. Aku memiliki tiga kakak kandung. Yang pertama, Salvador Augusta Dirgantara. Dia sudah berumur dua puluh enam tahun dan beke...