#13-Last Meeting

5.9K 456 42
                                    

Yuhuuu... ada yang nunggu? Pasti nggak ada, hahaha...

oh iya, sambil dengarin lagu di mulmet, ya... itu salah satu lagu favoritku di drama Korea terbaru yang lagi aku tonton :3






"So, what do you think?"

Langit melipat kertas yang ada di tangannya dan melemparnya ke arah Elang yang langsung menangkapnya dengan sigap. Cowok itu mendengus, kemudian menaruh surat yang baru diterimanya kemarin di laci mejanya itu pada saat jam istirahat ke dalam saku. Ditatapnya Langit yang meminum softdrink nya sambil menatap langit biru cerah di atas sana.

Keduanya baru saja selesai jogging dan sedang beristirahat di taman kota. Sudah menjadi kegiatan rutin Langit dan Elang semenjak keduanya menjadi akrab dan bersahabat, untuk melakukan aktivitas tersebut di hari Minggu pagi.

"Paling kerjaan orang iseng doang." Langit mengangkat bahu tak acuh. Diliriknya Elang yang tampak sedikit cemas dan masih menatapnya. "Nggak usah terlalu dipikirin, lah."

"Gue nggak terlalu mikirin, sih. Cuma...." Elang menggaruk tengkuknya. "Nggak tau kenapa, pikiran gue justru mengarah ke Naura."

"Naura?"

Elang mengangguk. "Waktu gue baca surat itu dan kalimat di sana bilang kalau gue akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yang sangat penting bagi gue tapi belum gue sadari sepenuhnya keberadaannya, gue malah teringat sama Naura."

"Lo... naksir Naura?" tanya Langit hati-hati. Elang tidak langsung menjawab. Cowok itu nampak memikirkan kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaan Langit barusan. Dia mengusap wajah dengan sebelah tangan, menarik napas panjang dan menunduk. Kedua tangannya saling bertautan dan ditopangkan ke dagu.

"Mungkin," jawabnya singkat dengan perasaan campur aduk. Melihat itu, Langit menghela napas dan bangkit berdiri. Dibuangnya kaleng softdrink tersebut ke tempat sampah terdekat dan cowok itu merenggangkan otot-otot tubuhnya.

"Kalau gitu, lo yakinin dulu aja soal perasaan lo ke Naura itu. Selama lo belum sepenuhnya yakin, gue rasa, nggak akan terjadi sesuatu yang buruk sama Naura. Dan misalkan perasaan lo udah yakin sepenuhnya, lo harus cepat bertindak untuk jaga tuh cewek."

"Lo... nggak apa-apa soal ini?"

"Maksud lo?" tanya Langit dengan alis terangkat satu.

"Soal... perasaan gue ke Naura. Ya, meskipun belum jelas, tapi—"

"Perasaan orang nggak bisa diatur sama orang lain, kali," potong Langit langsung. Cowok itu bersedekap dan tersenyum. "Kalau lo emang ada feeling sama dia, ya perjuangin. Nggak ada sangkut-pautnya sama gue. Lagian, Naura bukan siapa-siapa gue, kan?"

Elang diam. Menatap langsung ke manik mata Langit yang terlihat tegas dan serius.

"Kalau lo sayang sama Naura, kalau lo suka dia, lo cinta sama dia, lo harus jaga dan lindungi dia. Cuma itu pesan gue. Dia itu cewek rapuh, jadi gampang terpengaruh. Yang harus lo lakuin adalah bikin dia jadi kuat."

Kalimat terakhir Langit diikuti oleh tepukan pelan pada pundak Elang beberapa kali. Langit kemudian berjalan menjauh, menuju jalan raya dan mulai berlari-lari kecil di sepanjang pinggiran jalan menuju arah rumahnya sendiri. Elang masih berdiam diri di kursi taman, memandangi Langit yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.

Langit Penuh Sakura (PROSES TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang