Derai angin berhembus menuntun langkah kaki ketiga siswa, bersama dengan iringan musik bel sekolah pertanda istirahat.
Ketiga siswa dengan seragam yang urak-urakan : kemaja sekolah tidak dimasukkan kedalam celana, tidak memakai dasi, tidak memakai nametag, dan rambut yang sangat berantakan layaknya preman pasar.
Langkah kaki itu pun terhenti ketika berada digerbang belakang yang sangat sepi tanpa satu pun satpam. Mereka saling menoleh ke kanan dan ke kiri, sebelum akhirnya mereka melakukan aktifitas yang sering mereka lakukan yaitu memanjat.
"Aman Mars.."
Akhirnya, mereka pun saling bergantian memanjat gerbang, tanpa suara sedikitpun agar tetap aman dan tidak diketahui siapapun.
"Kita mau kemana nih?" tanya salah satu diantara mereka bertiga.
"Seperti biasa bukan?" jawab siswa yang bernama Mars, sambil mengedipkan sebelah matanya.
*****
Musik disco dengan volume yang sangat tinggi, bahkan sampai mengalahkan bel sekolah ini mampu membuat para pengunjung menjadi ketagihan untuk berdatangan kembali kesana. Ditambah lagi, bahwa disana banyak sekali wine.
"Enak kalo setiap hari lo yang bayarin wine nya Mars, ya ga Ron?" ujar teman Mars yang bernama James, kepada salah satu temannya juga yang bernama Aaron.
Aaron hanya mengangguk tanda mengiyakan. Mereka kemudian kembali menikmati wine nya dan juga iringan musik disco tersebut.
Namun sayang, sebuah gelas jatuh dan tertumpah dihadapannya, bahkan gelas itu tertumpah juga dikemeja sekolah Mars. Pelayan tersebut membuat mereka tak fokus kepada wine nya kembali.
"Oh shit.. lo gimana sih kalo kerja ga bener banget" gerutu Mars sambil membersihkan kemeja nya yang terkena wine.
"Oh gue tau.. pasti lo pelayan baru, ya kan?" sambung Mars, ia memandang pelayan tersebut dari atas sampai bawah. Pelayan tersebut hanya menundukkan wajahnya.
Mars mulai tampak berfikir, ia menggigit bibir bawahnya sebelum memberikan senyum menyeringai kepada pelayan tersebut.
"Mending lo ikut gue aja"
Mars menarik tangan lembut pelayan tersebut, agar mengikuti langkahnya. Namun, sang pelayan menarik kembali tangannya dari dekapan tangan Mars dan menghentikan langkahnya.
"Mau kemana tuan?" ujarnya, Mars pun mendesis.
"Udah ikut aja sih" Mars kembali menarik tangan pelayan tersebut, agar menuntun langkahnya.
Aaron dan juga James hanya tercengang melihat adegan tersebut. Mereka tak bisa membantu pelayan tersebut untuk keluar dari mulut harimau yang sedang kelaparan gadis.
"Mars, Mars" James menggeleng-geleng
"Pelayan aja diambil, untung enggak penjaga kantin kita yang diambil, bisa - bisa kita kalo jajan dikantin gratis melulu" ujar Aaron seadanya.
"Boleh sih kalo gratis, tapi Mars aja yang make, gue sih ga level sama cewe yang kaya begitu" Aaron mendengus, menatap james dengan penuh selidik
"Gaya lo. pernah make abang abang dipasar aja belagu" ujar Aaron yang kemudian mendapatkan jitakan cukup keras oleh James, sampai Aaron meringis kesakitan.
"Sakit ya?"
"Iyalah sakit bodoh, lo emang mau dijitak? sini gue jitakin deh" protesnya
James mendelik, Aaron pun tercengang dan kemudian menundukkan wajahnya.
"Maaf sayang, aku hanya bercanda kok" ujar Aaron sambil mengedipkan sebelah matanya.
James yang melihat tingkah sahabatnya ini hanya menggelengkan kepalanya. Menggelikan sekali batinnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mars & Venus
Teen FictionKenyataan pahit bahwa mereka kembar namun tak serupa tetapi saling menyukai gadis yang sama. Hingga pada akhirnya, mereka mendapat masalah besar, dan masalah itu terdapat digadis yang mereka inginkan itu. Jadilah reader yang baik ❎Dilarang untuk men...