"Benturan yang mengenai kepala nya cukup keras. Sehingga, membuat sistem saraf otak nya tak berkerja secara normal. Dan, lebih parahnya lagi, bahwa mungkin anak ibu dan juga bapak... Saat ini, sedang koma"
*****
'Koma' Kata itu terus berputar - putar seperti kaset rusak, didalam pikiran Venus.
Ia tak percaya bahwa masalah ini akan terjadi berbelit - belit seperti ini. Padahal dia hanya ingin mengutarakan sebenarnya apa yang terjadi, dan itu demi kebaikan Mars sendiri. Bahkan saat ini, Venus lah yang menangung semua kejadian nya, semua orang menyalahkan nya, termasuk ibu dan juga ayah nya sendiri.
Tak ada lagi senandung tawa yang ia berikan untuk teman - teman nya yang menjadikan motivasi sekolah, bahkan untuk tersenyum saja sudah tak mampu ia lakukan.
Venus hanya bisa bertawakal kepada yang maha kuasa. Dimana pun ia berada, dia akan terus beribadah dan berdoa, bahkan disekolah pun juga.
"Ya Allah... Tolong sembuhkan lah Mars dan sadarkan lah ia dari koma nya ya Rabb. Hamba pasrah jika hamba disalahkan kembali, tetapi, tolong hamba sekali ini saja, sadarkan lah Mars. Dan, bila ini ujian dari-Mu ya Rabb, tolong kuatkan lah hamba-Mu yang lemah ini, Aamiin" setiap saat ia berdoa seperti itu, bahkan sampai ia meneteskan air mata nya. Martin yang melihat itu hanya bisa memberikan support yang terbaik kepada sahabatnya dari kecil itu.
*****
Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu. Tetapi Venus masih saja berdiam diri didalam kelas, sembari mendengarkan musik.
Martin yang sedang jajan dikantin pun khawatir. Sampai sekarang, batang hidung pria tersebut belum tampak dihadapan Martin. Padahal Venus sudah janji akan menyusulnya.
Martin pun akhirnya berniat akan menghampiri nya ke kelas. Dan benar saja, bahwa Venus sedang terduduk disana sambil memakai earphone.
Ia pun menghampiri dan mencolek bahu Venus. Lantas, Venus pun langsung mendongak dan melepaskan earphone nya yang terpasang ditelinga nya tadi.
"Kenapa Mar?" tanya Venus, sembari memasuki earphone nya kedalam tas.
"Gapapa. Lo ga jajan?" tanya Martin, balik menanya. Ia pun menduduki bangku kosong yang ada didepan Venus
Venus menggeleng
"Tumben. Kenapa?"
"Pasti lo masih mikirin Mars ya?" sambung Martin dengan hati - hati, takut menyinggung perasaan Venus.
Venus terdiam, lalu ia mengangguk pelan. Memang ia tak bisa bohong dengan perasaan nya sendiri, ia terlalu takut dan khawatir kalau nanti akan terjadi sesuatu yang lebih parah pada Mars.
"Gue ga bermaksud celakain Mars kok, gue juga gatau ternyata bakal jadi begini" ujar Venus menghembuskan nafas nya, sembari menopang dagu dengan tangan nya.
Martin merasa iba melihat sahabat nya yang seperti itu. Ia pun berencana untuk menghibur nya dengan cara ekspresi yang dibuat - buat, ia menjulingkan mata dan mengembang kempiskan hidung nya, sembari berkata "Ven.. Ven.. Liat deh mata gue kenapa nih Ven, hidung gue juga kenapa"
Venus yang sedaritadi melamun sambil menompang dagu nya. Kini, ia menyadari bahwa sahabat nya sedang menghiburnya. Dan tanpa sengaja, ia pun tertawa melihat hal konyol yang dilakukan Martin itu.
"Aamiin.. Semoga lo kaya gitu terus ya Mar" Martin mendelik.
"Jangan dong, nanti gaada cowo terganteng disekolahan ini lagi deh" ujar Martin terkikik.
Venus yang mendengar hal tersebut, merasa isi perut nya akan keluar sekarang juga. "Eh, gue muntah dulu ya" ujar Venus, sembari ingin muntah yang dibuat - buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars & Venus
Teen FictionKenyataan pahit bahwa mereka kembar namun tak serupa tetapi saling menyukai gadis yang sama. Hingga pada akhirnya, mereka mendapat masalah besar, dan masalah itu terdapat digadis yang mereka inginkan itu. Jadilah reader yang baik ❎Dilarang untuk men...