PART 9

48.5K 1.8K 50
                                    


Febri membawa Aini ke rumahnya, rumahnya cukup jauh dari jalan besar, dan rumah Febri ternyata cukup besar dengan cat putih bertingkat dua. Namun daun kering yang berguguran memberikan kesan horor pada rumah itu.

“Ayo masuk, maaf ya rumahku kotor, aku jarang ada waktu untuk bersihinnya biasa anak cowok,”  ucap Febri yang cukup menjawab pertanyaan di kepala Aini.

“Iya aku paham kok,” yang Aini akhiri dengan kekehan kecil.

Tapi tetap saja rumah ini menyeramkan.

Febri masuk ke dalamnya terlebih dahulu, cukup besar untuk di huni seorang diri, matanya tiba-tiba terfokus pada sosok anak kecil yang berada didepan pintu kamar, awalnya Aini pikir itu adik Febriano, ia melangkahkan kaki mendekati anak kecil itu secara tiba-tiba dari belakang ada yang menutupi matanya dengan kain dan sapu tangan menutupi hidung dan mulutnya.

Aini terbangun dengan badan yang sudah terikat di kursi, Kaki dan tangannya pun terikat. Bau amis sangat kuat di ruangan ini bahkan tidak ada cahaya sama sekali yang memasuki ruangan ini. Aini tidak bisa melihat ke sekitar.

“Tolong! Febri Kamu dimana?,” Aini berteriak berharap ada yang mendengarnya.

Pintu terbuka cahaya lampu pun masuk, Aini melihat Febriano masuk kedalam ruangan.

“Febri itu kamu kan? Syukurlah Tolong lepasin aku dari sini” pinta Aini.

“Lepasin? Susah payah aku membawaku ke sini, berbaik hati mendengar ceritamu yang aneh itu dan kau minta aku melepaskanmu? Yang benar saja. Ayolah sedikit permainan kecil tidak akan membuatmu terlalu cepat mati.”

Apa-apaan ini, Febri bukan orang baik. Astaga apa yang harus ku lakukan


Saat ini Aimi melihat Febriano melangkah perlahan mengambil sesuatu di atas mejanya yang ternyata ia mengambil sebuah pisau lipat.

"Apa yang ingin kau lakukan?," tanya Aini.

"Memulai permainan," jawab Febriano ringan.

"Permainan apa?."

"Knife game song."

Aini terdiam ia tau itu permainan seperti apa, bukan permainan yang menyenangkan ini membahayakannya, ia seketika teringat dengan ucapan Baga tadi, Aini menyesal tidak mempercayainya.

"Tolong Feb, jangan melakukan ini ke aku," pinta Aini dengan sedikit mengemis.

"Oh kau membuatku semakin bersemagat sayang,” Aoni hanya bisa menangis mendengar jawaban Febriano.

Febriano mulai mendekat dengan menggenggam pisau ditangannya, semakin dekat hingga dia sampai tepat di depan Aini dan kini Febriano mulai menundukkan kepalanya dan mengangkat dagu Aini dengan pisau, tangisnya semakin menjadi-jadi Aini menatap wajah Febriano yang seperti kegirangan.

Bagas kamu dimana.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Follow my ig @januarin_dna

MY FAMILY IS A GHOST [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang