Chapter 3

1.4K 151 4
                                    

"Maaf Lay, Soora sudah berangkat sedari tadi" Lay menyerngit. Berangkat? Bahkan ini baru jam 04. 56 am. Benarkah ia berangkat jam segini? Tidak seperti biasanya. Apa ia sengaja menghindariku?

"Baiklah, aku pergi dulu, bi!"

Lay melambaikan tangannya pada wanita paruh baya yang kerap ia panggil dengan sebutan 'bibi' itu sembari berjalan keluar dari rumah Soora.

---

Lay membuka loker Soora yang berada tepat di bawah lokernya. Ia menempelkan secarik sticky notes di dinding lokernya.

Sudah merasa lebih baik?
Kuharap begitu.

-L

Sejenak ia menatap foto dirinya dan si pemilik loker -siapa lagi kalau bukan Soora- yang sengaja gadis itu simpan di lokernya. Foto saat keduanya masih melaksanakan masa orientasi sekolah tahun lalu.

Dengan dua kuncir di kanan dan kiri rambut Soora, ia tampak lucu di foto itu. Sedangkan Lay hanya memasang wajah innoncent nya seperti biasa.

Dengan senyum yang mengembang Lay kembali menutup loker Soora setelah selesai merekatkan kembali sticky notes pemberiannya.

Lay mulai berjalan santai menuju kelasnya sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Entah mengapa ia gugup.

Menghela nafas pelan, Lay mulai memasuki ruang kelasnya dengan perlahan. Ah benar, Soora sudah lebih dulu berangkat, kini gadis itu tengah duduk di tempat biasa sembari mendengarkan musik lewat earphonenya.

"Tumben sekali sudah datang" Lay menaruh tas punggungnya di bangku sebelah Soora duduk, tentu saja bangkunya.

Tanpa ingin membalas basi-basi Lay, Soora langsung saja berjalan malas ke luar kelas.

Kenapa gadis itu?

---

Lay kembali menyendiri setelah Soora langsung saja melongos pergi saat istirahat. Gadis itu bahkan menukar tempat duduknya menjadi di sebelah Luna, alhasil sebelahku menjadi Amber, karena sebelumnya Amber yang duduk bersebelahan dengan Luna. Ah si gadis tomboy itu terus saja berceloteh saat Mr. Rein menjelaskan materinya.

Lay benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, ia tidak bawa bekal, karena memang biasanya ia selalu membeli makanan di kantin bersama Soora. Dan sekarang? Gadis itu sudah  meninggalkannya sendirian di kelas.

Soora pov

Aku mulai menelusuri sudut-sudut dalam kantin dan terus melihat-lihat makanan yang ada. Aku ingin makan, tapi entah kenapa tiba-tiba selera makanku hilang begitu saja.

Dengan langkah tertatih aku keluar dari dalam kantin yang begitu ramai.

Duk. Aku tak sengaja menabrak pundak seseorang yang ingin berjalan melewatiku. Aku merutuk dalam hati karena tidak fokus sebelum akhirnya mendongakkan kepalaku untuk mengetahui siapa yang tadi kutabrak.

"Ah maaf, aku-" oh tuhan, aku reflek menutup mulutku yang menganga dengan kedua tanganku.

"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu" Luhan meraih pundakku dan mengelus nya pelan sembari tersenyum simpul.

"Ah sekali lagi maaf" aku sedikit membungkuk saat mengatakannya. Kulihat Luhan hanya tersenyum melihat perlakuanku. Aku merasa tertembak saat melihat senyumannya.

"Lebih baik kau temani aku makan saja sebagai tanda minta maafmu"

"Eh?"

"Kajja, kau terlalu banyak berfikir" detik itu juga Luhan meraih tangan Soora dan menariknya pelan kearah salah satu meja yang ada.

Tempat duduk untuk dua orang dibawah pohon rindang inilah yang mereka pilih.

Luhan melepas tangan Soora pelan, "duduklah, ra"

Soora mengangguk, lalu duduk. Disusul oleh Luhan yang juga duduk berhadapan dengan Soora.

Tiba-tiba Luhan menyerngit, seperti ada yang janggal dengan mejanya, ya masih kosong, "sepertinya aku lupa membeli makanan ya?"

Soora terkekeh, "iya kau terlalu semangat tadi, sampai lupa kalau aku ingin membeli makan dulu"

Luhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu, ia malu, "maaf"

"Tunggu sebentar, ra" ucap Luhan lagi. Ia mengambil sebuah iphone putih dari sakunya, dengan cepat tangannya mengetik sesuatu disana.

"Kau sedang apa, Han?"

"Tidak, tidak sedang apa-apa" ucap Luhan dengan mata yang masih terfokus pada layar iphonenya. Dan ya tak lama ia sudah mengunci kembali bendanya itu dan menaruhnya di tempat asal, sakunya.

"Hei kau Soora yang kutemui bersama Sulli itu kan?"

Luhan menunjukku dan aku hanya memutar bola mata ku malas, dia baru menyadarinya eh?

"Iya itu aku"

"Ada masalah apa kau dengan Sulli?"

Soora menghela nafas panjang, ingatan itu kembali terulang di otaknya, sakit memang, "tidak ada"

Luhan sendiri hanya menyerngit. Tentu saja ia bingung, bagaimana bisa Sulli menjambakku dan mengatakan hal kasar kalau kami tidak ada masalah. Pasti ia berfikir seperti itu.

"Hm baiklah kalau kau tak mau cerita, aku tak masalah"

"Maaf"

Entah darimana asalnya tiba-tiba Kris -yang kuketahui sebagai teman dekat Luhan- sudah ada di depan wajah kami, tangannya yang terlihat kekar itu kini tengah membawa dua ramen, ia menaruh makanan itu di meja kami, "kalau kau bukan sahabatku, aku tak kan mau melakukan ini, Han"

Luhan hanya menyengir, ia menepuk pundak Kris, tapi karena Kris sedang berdiri dan ia juga terlalu tinggi jadi hanya sampai di tangannya saja, haha

"Thanks bro,"

"Jangan lupa imbalannya kawan" ucap Kris sebelum akhirnya ia pergi dari hadapan kami berdua.

Dan Soora hanya menyimak apa yang sedang dua lelaki seniornya ini lakukan. Mereka aneh menurutku.

"Ah ya, silahkan dimakan, Soora"

---

THESE FEELING [yixing fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang