Justin's Broken (2)

35 7 0
                                    

"Apa yang kau fikirkan, Mr. Bieber?"-Caitlin Beadles.

Justin Bieber's Point of View

Beberapa menit kemudian, Lifia lepaskan pelukan pelukan itu bukan karena ada aku disini, melainkan karena ia ingin menatap Shawn lebih dalam. Aku semakin tak tahan dengan semua ini, sesekali aku memalingkan wajahku pada objek lain, tapi tetap.. Hatiku tidak bisa diam disini. Aku pun perlahan pergi dari sini.

***

Lapangan Basket? ya.. kurasa satu-satu nya tempat untuk mengeluarkan emosi adalah disini, kumulai mengambil bola basket dan kubantingkan beberapa kali sambil mulai melemparkan bolanya ke atas keranjang yang tergantung disana hingga bolanya jatuh dan ku ulang berkali-kali hingga bola itu meleset ke arah orang lain didepan mataku yang jaraknya masih jauh. Ternyata dia Percy Jackson, ya dia adalah sahabatku dan juga Lifia.

"Ada apa denganmu, Bieber?" Tanyanya saat bola itu baru saja ia pegang dan langsung melemparkannya padaku. Kutangkap dan aku menunduk dengan keringat bercucuran di wajahku, kurasa wajahku memerah karena biasanya seperti itu.

Percy Jackson's Point of View

Tak biasanya ia se-emosional ini, apa yang telah terjadi dengannya. Ia berjalan menunduk sambil membantingkan bola itu berkali-kali hingga sampai ditempat duduk panjang yang berada di bibir lapangan. Aku mengikutinya dari belakang, dan duduk disampingnya.

"What happened?" .

"No.." ia gelengkan kepalanya yang tertunduk.

"Ayolah.. aku sudah mengenalmu sejak lama, kenapa kau masih tidak mau bicara padaku?" Kualihkan pandanganku pada sekitar.

"Lifia.." ucapnya pelan yang membuatku tersentak tak percaya dan kepalaku menarik untuk menatapnya dari samping.

"What?!! Apa maksudmu? Bukankah belakangan ini hubungan kalian masih baik-baik saja?" Tanyaku tak menyangka.

"Dia menemukan 'Malaikat'nya itu, " ia luaskan pandangannya kesekitar.

"Really, huh?!!" Aku makin tak menyangka. Tapi, jika ia mencintai gadis itu, seharusnya ia biarkan Lifia bahagia dengan laki-laki yang ia sebut Malaikat itu. Tapi, aku tahu itu akan sangat susah untuk melepaskan gadis yang ia cintai.

   Tak lama gadis berbola mata cokelat yang selaras dengan warna rambutnya datang tepat didepan Justin, sebut saja dia Caitlin Beadles. Dia adalah saudara tirinya Alifia. Orang tua Alifia bercerai, dan ayahnya menikah lagi dengan ibu kandungnya Caitlin yang ditinggal suami nya  karena suaminya menderita Kanker Paru-Paru.

  Caitlin pun menyodorkan botol air minum setelah Justin melihatnya. Akupun meninggalkan mereka berdua dengan pergi ke kantin. "I'll be in the Canteen, if you need me" Justin pun hanya mengangguk.

Justin Bieber's Point of View

   Saat kulihat dari bawah sampai leher jenjangnya, kukira itu Lifia. Tapi saat melihat wajahnya, aku mendesah pelan. Entah kenapa kelegaan dalam hati yang akan muncul tenggelam kembali. Karena setiap ada Lifia disisiku, hatiku mulai tenang.

"Caitlin.." sapaku pelan.

   Aku terima botol minum yang ia berikan, dan meminum air dalam botol tersebut karena memang aku sedang kehausan.

"Apa yang kau fikirkan?, Mr.Bieber?" Pertanyaan itu, pertanyaan itu persis sekali dengan apa yang Lifia lontarkan pada saat ia melihatku sedang melamun atau sebagainya.

"Nothing.." jawabku singkat, karena sampai sekarang Lifia masih menghantui pikiranku.

                       ***

Halaman Belakang Sekolah

  Setelah Lifia dan Shawn mengobrol dengan canda tawa, Lifia mulai membicarakan sahabat baiknya disekolah, Justin Bieber.

Terkekeh manis "...Dia pribadi yang sangat baik, humoris, intinya dia sempurna buat aku, aku tak bisa hidup tanpanya, kurasa" ujar Lifia, Shawn hanya tersenyum kecil.

"Hey bagaimana jika kita mengobrol lebih lanjut bersamanya?" lanjut Lifia.

"Tapi.."

"ayolah.."

"okey.."

Alifia Kirtley's Point of view

  Aku dan Shawn pun memutuskan untuk mencari Justin..
Saat kita melewati Kantin, aku melihat Percy dan geng nya yang juga teman main Justin, mereka memang selalu pulang lebih sore dari yang lain.

"Percy!" kupanggil Percy yang sedang asik di Meja Kantin bersama yang lain, ia terlihat kaget saat mendengar suaraku.

"Yes?" ia melihat aku dan Shawn yang sudah ada didepannya.

"Kau tahu dimana Justin? Kenapa dia tidak bersama kau dan yang lain? Dimana dia sekarang?" Pertanyaanku justru malah membuatnya gugup dan bingung, matanya seperti orang yang diintrogasi.

Percy Jackson's Point of view

Oh my God! Harus jawab apa aku sekarang? Lifia datang bersama Shawn, mereka ingin tahu dimana Justin? Berarti mereka ingin menemui Justin. Sedangkan kini, Justin sedang bersama Caitlin, ia juga masih broken karena mereka berdua. Astaga! Apa yang harus kukatakan pada mereka?!.

"Percy!!" Uhh... itu cukup mengagetkanku, oh salah bukan cukup tapi sangat! Suara Lifia benar-benar membuatku stress mendadak. Aku pun mendongak pada mereka, wajah Lifia benar-benar sangat kesal.

"Kalau kau tak menjawab, sepatu ini..." ia melepaskan sepatunya, dan sekarang ia sangat marah,  tunggu tunggu sepatu itu? apa maksudnya?.

"Akan berbenturan keras dengan kepalamu yang bukan tandingannya!"

"Oh.. okay okay..!! Aku akan memberitahumu!" Ku tahan sepatu ditangannya dengan telapak tanganku.

Ia bantingkan sepatunya dan ia pakai kembali.

"Sekarang Jawab!!" dengan lipatan tangannya.

   Kini aku tak bisa mengatakan apapun kecuali memberitahu yang sebenarnya, ia benar-benar sangat membuatku ketakutan.

"Justin sedang ada dilapangan..."

"Basket?" Tebaknya.

"Ya.."

   Dengan cepat Lifia meraih tangan Shawn dan meninggalkanku. Oh Tidak!!! ini berbahaya! ini bukan membuat lega tapi justru membuatku semakin khawatir. "Guys.. I will back,I will back.."

   Dengan seribu langkah kulewati koridor sekolah.

                         ***

The Feelings (j.b)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang