HARI KEMATIAN I

57 6 0
                                    

Braaak! Bu A membuka pintu kelas.
Gue diam. Yasin diem . Bintang diem. Temen temen sekelas juga diem. Cicak dikelas pun gak mau kalah diem.
Cetak..Cetak.. cetak suara Bu A melangkahkan kakinya memasuki kelas.napas kami mulai beragam. Ada yang napasnya jadi pendek. Ada yang menghirup napas panjang panjang, tapi lupa ngeluarin. Ada yang tahan napas. Ada yang kentut. Ada juga yang napas perut. Yang jelas Vio bersiaga apabila ada cewek dikelas yang butuh napas buatan.
"Selamat pagi!" Suara tinggi dan melengkingkeluar dari mulut Bu A. Setinggi langit senyaring petasan teko . Ini ciyus, tau !
"Pagi Buuu...!" Kami menjawab dengan nada dasar C. Ga ada satu pun siswa dikelas yang berani mejawabsalam dari Bu A dengan nada fals.
Bu A duduk dikursi guru, lalu mengecek absensi siswa yang hadir hari ini. Biasanya Bu A bisa langsung tau siswa yang gak masuk sekolah tanpa perlu mengecrk satu persatu. Entah dia punya semacam satelit untuk mengawasi kami, atau punya indra kesembilan. Gue masih belum bisa memvesifikasikan. Setelah puas melihat daftar absensi, Bu alA melihat kearah kami. Bu A senyum miring. Gue mulai curiga. Yuni juga curiga. Cicak didinding juga curiga.

"

Keluarkan kertas satu lembar. Hari ini kita ulanagan". Bu A berkata dengan penuh kutukan.

Mendadak gue kena amnesia tingkat dewa. Gue mencoba memahami kalimat dari Bu A tersebut satu demi satu.
Pertama gur mencoba memahami makna "keluarkan kertas selembar". Kertas apa yang harus gue keluarin? Kertas lipat? Atau STNK? Atau, uang kertas buat amal pembangunan taman disekolah? kenapa ibunya hak lengkap sih, nyuruh ngeluarin kertasnya? Jadi galau, kan...

Gue mulai merenungi kalimat kedua dari Bu A, yaitu "hari ini kita ulangan". Nah, berarti kertas tadi buat lembar jawaban ulangannya. Berarti hari ini ulangan dadakan.
ULANGAN DADAKAN!!
Mati gue.
"Nomer satu...". Bua A menyuruh kami menulis soal yang dia bacakan tanpa memberi aba-aba.
Gue ngelap ingus aja belom rampung.
Gue langsung ngambil inisiatif buat nyari pulpen ditas. Gue raba-raba mesra tas gue. Gue raba-raba manja tas gue. Anjrit! Pulpen gue kabur! Gue pun panik gelombang tiga. Ini salah satu hukum alam, di mana semua barang yang lo butuhin bakal hilang di saat genting.

"Jo lo punya pulpen lagi,gak?" Bisik gue panik.
.

.

.

.

.

.
Mau tau jawaban temen gue?
Like, comment and subscribe dan follow wattpad gue yak!
Gue bakalan ngelanjutin ceritanya jadi wait aja :)

KISAH BEON DISEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang