I Told Her Im 20

164 7 4
                                    

Waktu itu, waktu dimana Blink 182 dan All Time Low masih menjadi angan-angan bagiku, Michael dan Calum, semuanya terasa memuakkan.

aku seperti terlahir hanya dengan tanggung jawab untuk menyelesaikan sekolahku dan menyelesaikan cover lagu-lagu punk masa itu. Satu-satunya hal yang menyenangkan saat itu adalah saat dimana ibuku mengizinkanku melihat gig band-band indie di kotaku.

Alasanku datang ke acara-acara itu pertama karena aku sangat menyukai musik, kedua karena dia.

Dia juga menyukai musik sebanyak aku menyukai musik. Kami sama-sama menyukai musik pop punk. Yang membedakan kami ialah dia sudah melangkah satulangkah didepanku.

Dia berdiri di atas stage.
Dan aku berdiri di depan stage, menatapnya tanpa bisa menahan senyum.

Dia merupakan vocalist di salah satu band yang rutin tampil di acara ini. Bisa dibilang satu-satunya vocalist perempuan di gig seperti ini.

Hari ini dia memakai dress selutut berwarna hitam polos dengan black converse tanpa kaus kaki menutup kaki kecilnya yang putih bersih. Ia nampak sedang menjitak salah satu temannya yang menggodanya karena ia memakai rok. Yeah, biasanya ia memang hanya akan memakai hotpants atau skinny jeans yang dirobek-robek.

Setelah beberapa temannya meninggalkannya di samping panggung sendirian, seperti biasa setelah ia selesai manggung aku akan memberanikan diri melangkah mendekatinya. Memastikan aku sudah membawa sebotol air mineral untuknya

"Hai!" Seruku. Ketika ia menoleh, aku memberikan air mineralku dengan terlebih dahulu membukakan tutup botolnya.
"Thank! Gue baru banget mau nitip minum ke Edo" katanya sambil meminum habis botol air mineral yang kuberikan. Memberikanku akses lebih untuk menatap bahu kanannya dan menyadari kalau ia membuat tattoo bunga mawar disana.
"Tattoo baru?" Tanyaku.
Dia hanya mengangguk sambil terus meminum air mineralnya. "Bagus nggak?" Tanyanya kemudian.

Aku mengangguk dan tidak bisa menyembunyikan senyumku.

"Anyways lo sendirian aja? Andre mana?"

Andre siapa? Otakku langsung mencoba mengingat-ingat apakah aku punya teman bernama Andre? Kayaknya engga deh.

"Uhm... andre?"

"Lah lu bukannya Ryo temennya Andre?" Kini cewek itu gantian kelihatan bingung.

"Gue Luke"

"Oh astaga Luke sorry. Gue pikir lo Ryo" katanya sambil tertawa.

Gosh, Luke. Apa sih yang lo harepin? Dia ini Helena. Dan akan selalu banyak orang yang dateng ke dia setelah show. Dia ngga mungkin ngehafalin nama mereka satu persatu.

"Anyway Luke lo nge-gig disini atau gimana nih?" Tanya Helena.

"Cuma liat-liat aja sih"

Helena hanya manggut-manggut sambil menikmati salah satu band yang sedang perform diatas stage. Luke sedang dengan seksama menikmati pemandangan eksklusif wajah Helena saat ia merasakan handphonenya bergetar tanda ada telepon. Siapa lagi yang akan meneleponnya malam-malam begini kalau bukan ibunya? Ibunya pasti akan mengingatkannya untuk segera pulang.

"Hei Helena, gue cabut dulu ya?"

"Loh mau balik sekarang? Baru jam berapa sih? Baru jam 10 ini"

"Uhm..."

"Lo nggak lagi di cariin nyokap lo kan?" Tanyanya yang kontan membuatku memegang erat handphone pada saku hoodieku.

"engga, gue cuma baru inget kalau ada janji"

"okai deh. Abis lo keliatan imut banget kaya masih bocah" kata Helena diakhiri dengan gelak tawa. Membuatku mengelus-elus daguku yang masih belum juga ditumbuhi bulu-bulu puberty. "Kidding Luke" lanjut Helena sambil tersenyum. "Lo umur berapa? 18?"

"20" Helena langsung manggut-manggut sementara aku sibuk mengutuk otakku yang kelewat cepat dalam sesi berhitung kali ini. Aku tau Helena berumur 17 tahun, aku bisa saja berbohong kalau aku seumuran dengannya atau sekitar satu tahun diatasnya. Tapi kenapa 20??

"See you later Helena"

Helena menggumamkan Bye kemudian melambai sampai aku berjalan menjauh.

Try Hard - 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang