First

85 4 0
                                    

Lune Claire Lintoln

Pagi ini dengan berat hati aku harus segera bersiap, haaa... entah sudah ke berapa kalinya aku menghela nafas dengan nada yang sama sekali tidak manis itu. Sekali lagi ku tatap bayangan ku di cermin yang tampak lesu. dua buah lingkaran tipis kehitaman nampak jelas di bawah sepasang mata yang kini menatap ku, akibat gelisah semalaman yang membuat nya tak bisa tidur dengan nyenyak. Oh lihat bukan? bayangan ku saja sudah menyerah tuk terlihat baik hari ini haha.

Jika bukan karena permintaan Papa, aku pasti akan menjauhi pekerjaan yang berurusan dengan Lintoln Enterprises Holding Inc. di bawah pimpinan CEO muda kharismatik super dingin, Mr. Damian Jean Lintoln yang tak lain adalah kakak ku sendiri. Why? Karena baginya tak ada perlakuan istimewa, tua, muda, lelaki, perempuan, even blood related Ha! ia tak akan pernah membedakan perlakuannya dalam urusan pekerjaan. Karena itu yang membuatnya dapat mengembangkan perusahaan dan menjadi CEO di usia 27 tahun.

Semua ini berawal seminggu yang lalu saat ka Dami dan papa membicarakan urusan perusahaan hingga ke meja makan. Lalu berujung pada pencarian seorang sekretaris untuk ka Dami yang sebelumnya hanya mempunyai tim assistant. Hingga, tiba-tiba semua mata menatap pada ku dan permintaan itu datang begitu saja..

A week ago

"Papa rasa kamu harus mencari sekretaris Damian" ucap Mr. Lintoln.

"Sepertinya memang begitu. Aku akan mencarinya nanti" Jawab Damian masih dengan ekspresi datarnya.

"Hhm.. Papa bisa siapkan beberapa pilihan, but we both knew how high is your standard, right Damian? So, untuk sementara.." renung Mr.Lintoln.

Ketika suasana di sekitar meja makan menjadi hening, aku mulai merasa harus mengalihkan perhatian ku dari steak di piring ku. Dan saat itulah semua mata tertuju pada ku yang membuat ku mengernyit bingung.

"Apa-?" Tanya ku ragu.

"Papa rasa Claire bisa jadi sekretaris mu Damian. Bagaimana menurut mu?" ucap nya santai, yang kontan membuat mata ku membulat kaget.

"Mama rasa Claire juga bisa di andalkan" timpal Mama ku yang terlihat sangat setuju.

"Tidak buruk" ucap ka Dami setuju.

"Tu-tunggu-tunggu, kenapa kalian semua langsung setuju sebelum bertanya pada ku?" ucap ku sedikit gelagapan karena sebal.

"Memang kamu keberatan sayang?" Tanya Mama ku dan membuat semua orang menatap ku lagi.

"Bukan itu masalahnya, tapi.."

"Lalu apa masalahnya sayang?" kali ini tanya Papa ku.

"Pa, sekarang Claire seorang assistant consultant, trainee" ucap ku mengingatkan kedua orang tua ku.

"Memang kapan masa trainee mu selesai sayang?" Tanya Papa tenang.

"Masih satu minggu lagi" ucap ku sambil mengamati gesture ka Dami yang teramat tenang, oh terkesan tak peduli malah menurut ku.

"Tak bisakah kau membantu kakak mu setelah itu?" pinta Papa lalu di ikuti Mama yang melihat ku dengan tatapan memohon.

Oh great aku tak bisa berkutik

"Baiklah.." jawab ku pasrah di ikuti dengan senyum mama.

Selamat Claire, selamat datang dalam dunia Mr. Damian The king of ice.

.......

Saat ini rasanya aku merindukan adik kecil ku Peter, pasti ia bisa membantu ku keluar dari permintaan mendadak Papa jika ia ada di sini seminggu yang lalu. Sayang ini tahun tersibuknya di universitas jadi ia tak bisa pulang dari negera nazi itu. berbeda dengan ka Dami yang memang menghindari kepulangannya dengan alasan sibuk selama masa kuliahnya di Negara ratu Elizabeth, ya lebih tepatnya di oxford university. Ia baru akan pulang jika Mama mengancam akan menyeretnya pulang dari sana dan Papa sudah tak bisa berkutik sama sekali.

Let me with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang