Third part 1

64 4 0
                                    

Damian Jean Lintoln

Aku terkejut ketika mendapatinya masih berada di kamar ku. Well.. Pikiran ku sedang tertuju pada meeting selanjutnya saat aku keluar dari dalam kamar mandi begitu saja.

dan sepertinya bukan hanya aku yang bereaksi seperti itu. Matanya membulat menatap ku, bibirnya bergetar seolah menahan apapun yang hampir ia katakan, dan perlahan pipinya mulai merona. Tangannya yang memegang kemeja ku terlihat sedikit bergetar.

Aku mengikuti arah pandangnya yang jatuh pada tubuh ku sebelum akhirnya pandangan kami bertemu. Ia bergegas pamit dengan mengucapkan kata yang tak dapat ku tangkap karena terlalu cepat di ucapkan.

Ia terlihat sangat manis dan entah kenapa hal itu membuat ku ingin menahannya di sini.

Ia baru akan menyentuh pintu di hadapannya saat aku memanggilnya kembali dan menghampirinya, mempersempit jarak di antara kami.

"Tunggu Claire"

Aku melihat langkahnya terhenti dan bahunya bergetar sesaat sebelum ia berbalik menghadap ku.

"A-ada apa Mr.Damian?"
tanyanya tanpa menatap ke arah ku.

"Bisa kau kembali memakaikan ku dasi nanti?" pinta ku asal.

What? seriously man?

"Ya. Baiklah" balasnya masih tak menatap ku.

"Hhm.." entah kenapa aku berusaha mengulur waktu.

"Ada lagi Mr.Damian?" tanyanya gemas sambil menatap ku pada akhirnya. Aku bisa melihat semburat merah masih bertahan di pipinya.

"Tidak ada. Aku akan berpakaian sekarang" ucap ku tak bisa menahan senyum.

"Baiklah. Saya permisi" ucapnya cepat dan langsung menghambur keluar menyisakan senyum yang merekah di bibir ku.

................

Claire sudah berdiri menunggu ku di depan pintu begitu aku keluar dari dalam kamar. di tangannya ada seutas dasi berwarna navy blue with black strip yang senada dengan suit ku.

Aku menghampirinya, membiarkan jemari jenjangnya mengangkat kerah ku dan mulai menalikan sebuah simpul.

Raut mukanya terlihat serius, tapi ia tak bisa menyembunyikan sisa kekesalannya pada ku karena bibirnya yang masih mencebik. Membuat pikiran ku mulai berkelana tanpa seizin ku.

Terlihat menggoda eh-? . Damn! Damian she is your sister on paper.

Don't blame me.

You can ask anyman how her look with full pink lips, sparkling eyes and blushing cheeks.

How they aren't tempt?

But it's not mean I will let anyman look at her on the way.

Get a grip man.

I clearing my mind when she finished my collar and then clearing my throat.

"Sepuluh menit lagi kita akan pergi untuk meeting dengan Mr.Louis, ku harap kau sudah siap" Ucap ku padanya, rasa terkejut terpancar pada matanya sepersekian detik hingga ia mengendalikannya.

Apa ia belum dapat perubahan informasi tadi?

"Bukannya anda akan pergi dengan Mr.Keith? Mr.Damian" tanyanya dengan tenang.

"Aku mengubahnya tadi. Dan kau akan pergi dengan ku, Claire" ucap ku santai.

Ia membuka bibirnya sedikit, terlihat ingin memprotes ku. Namun ia mengatupkannya lagi saat aku menatapnya dengan alis terangkat. Menunggunya mulai bicara. Dan ia pun hanya menutup matanya sebentar seperti sugesti untuk menenangkan pikiran. Berharap saja ia hanya menganggap ku sedikit cobaan.

Let me with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang