#2

42 6 5
                                    

Setelah pemberitahuan singkat itu, masyarakat Tighton pun melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Kegiatan dengan penuh kebebasan, tanpa aturan, dan menyenangkan. Kecuali seorang gadis yang uring-uringan di pinggir jalan sambil sempoyongan dengan baju yang ia gunakan bisa dibilang sangat minim.

"Pemberitahuan macam apa barusan? Cih," ucapnya yang sama sekali tidak paham maksud dari pemberitahuan tersebut.

Banyak mata lelaki yang memandangnya seperti singa yang melihat mangsanya. Jelas, baju yang ia pakai hanya menutupi sebagian tubuhnya. Tapi tatapan itu hanya dibalas tatapan tajam dari sang pemilik tubuh.

"Norak," cibirnya pelan.

"Apa coba maksud dari Mr. Fernando barusan? Tentang sisa-sisa kebebasan kita in - awww," gadis itu menabrak gerombolan pria yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Pardon, sir" ucap gadis itu.

Gerombolan pria itu menatapnya. Tatapannya mengartikan "i'll eat you". Yang ditatap hanya mengangkat sebelah alisnya seakan-akan dia mengerti arti tatapan itu.

"Samantha James. Panggil aku Samantha," gadis itu memperkenalkan diri. Salah satu pria tadi mendekatinya lalu merangkulnya.

"Ingin bermain-main sebentar? Sebelum terlambat," ucap pria itu.

"Di rumahku saja," tawar Samantha. Lalu mereka pergi meninggalkan sisa gerombolan pria tadi setelah Samantha memberikan kerlingan genit kepada mereka.

Matt masih memandangi Jeff dari kejauhan. Tidak berani untuk lebih mendekatkan diri lagi.

"Matthew John," panggil Jeff lirih.

"Ya, ada apa Jeff Diego?," saut Matt takut-takut. Pasalnya, Jeff tidak pernah memanggil Matt dengan lengkap seperti tadi. Kecuali, Jeff sedang bersedih atau dia sedang menahan emosinya terhadap sobatnya itu.

"Kau ... selalu ada di sisi ku, bukan?," tanya Jeff pelan namun masih berhasil didengar oleh Matt.

"Selalu, karena kau sahabatku. Hhm, tapi ....." Matt berhenti berucap. Jeff terdiam menunggu Matt melanjutkan kata-katanya.

"Ah, sudah. Lupakan saja. Kau tak ingin kembali ke kopi mu? Aku sudah memesannya tadi," Matt memberanikan diri menyentuh pundak Jeff. Jeff hanya tersenyum.

"Sekarang alasan yang mana lagi yang membuat mu bolos?," Matt berusaha mencairkan suasana.

"Seperti biasa, aku muak dengan semua yang ada di tempat tak berguna itu. Andai saja yang digrastiskan pemerintah adalah club-club yang ada di sebrang sana. Kau kenapa? Dikejar Mrs. Elly lagi?," tebak Jeff.

"Hahaha. Kau pandai menebak sepertinya. Iya, aku tadi dikejarnya namun sial aku tertangkap. Sepertinya dia melatih kecepatan larinya".

"Lalu, bagaimana kau bisa ada di sini? Seharusnya kau sedang dihukum sekarang,"

"Jangan kau panggil aku Matthew John jika tak bisa lari dari Mrs. Elly. Tadi, dia menyuruhku membersihkan seluruh sampah yang ada di sekolah. Terus, aku pergi saja ke parkiran bilang kepada satpam penjaga gerbang sekolah kalau Mrs. Elly menyuruhku membersihkan sampah di seluruh sudut sekolah dan bodohnya ia percaya dan tidak mengawasiku. Ya jelas lah aku kabur. Rajin banget ngebersihin tempat itu," cerita Matt panjang lebar dan entah kenapa Jeff tertawa.

"Hei, selera humor mu sangat receh, Jeff. Itu tidak lucu sama sekali," Jeff menatap Matt tajam dan yang ditatap hanya mengeluarkan cengiran kudanya.

Ya begitulah pertemanan mereka. Aneh. Mungkin orang-orang yang melihat mereka bercanda akan berpikir mereka adalah pasangan homoseksual.

Drrrrt ... drrrrtt ....

Mereka saling berpandangan. Lalu mengedarkan pandangan ke penjuru cafe. Semua orang pun sama halnya dengan mereka. Saling berpandangan penuh tanda tanya.

"e-mail itu ... apa maksudnya, hah?," teriak salah satu orang di cafe itu.

IMPERFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang