Jam alarm Anin sudah berbunyi tepat pada pukul 06.00 pagi. Anin segera beranjak bangun kemudian lekas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah seperti biasanya.
Terdengar panggilan Afifah memanggil puteri kesayangannya, Anin agar ia segera turun kebawah untuk sarapan pagi."Aniin ayo turun, mamah udah buatin sarapan nih buat kamu" begitulah panggilan mamah Anin disetiap paginya, berteriak tetapi tetap penuh rasa lemah lembut.
"Iyaa maah, ini aku udah mau turun kok" jawab Anin sambil menutup pintu kamar nya dan segera turun tangga menemui wanita yang amat disayangi nya itu.
"Mah, kayanya nanti aku pulang agak sore ya soalnya aku ada kegiatan paskibra abis pulang sekolah" Anin meminta izin kepada mamah nya sambil menyantap sarapan yang dibuat ibunya.
"Iya Nin, tapi jangan sampai larut malam ya, tapi kayanya Kak Rafif ga bisa jemput kamu lagi, soalnya dia udah mulai masuk kuliah." tutur Afifah memberi tahu Anin.
"Iya mah, yaudah nanti aku naik angkot aja, kayanya paskibra hari ini juga cuma sebentar mah kayanya mau ngomongin acara besar-besaran sekolah khusus paskibra" kata Anin lengkap sambil berpamitan dengan mamah nya sebelum ia berangkat sekolah.
"Aku berangkat dulu ya mah" pamit Anin kepada mamahnya.
Biasanya Anin berangkat sekolah bersama ayahnya, tapi tidak untuk hari ini. Anin diantar oleh Pak Imam, supir di keluarga Anin, karena ayahnya sedang pergi ke luar kota untuk tugas dinas selama 10 hari.
***
"Den, bangun den sudah siang" panggilan bi Ijah untuk membangunkan Marshall di kamarnya.
Panggilan itu tidak mendapat sautan sama sekali dari Marshall, karena semalam ia baru pulang jam 12 malam. Marshall terbiasa pulang malam atau malah pulang pagi, dia sering nongkrong gajelas lah sama teman-temannya atau pergi ke diskotik.
"Den, den Marshall ayo den bangun, nanti telat lagi masuk sekolah nya" panggilan bi Ijah lagi agar Marshall segera bangun.
"Ah bawel banget sih! Saya tuh ngantuk bi, semalem abis nongkrong sama temen. Udah sana keluar dari kamar saya!" Marshall menjawab nya dengan membentak dan penuh rasa kesal kepada bi Ijah.
Bi Ijah kemudian meninggalkan kamar Marshall, sudah terbiasa bi Ijah dibentak oleh Marshall karena ia sering membangun kan tidur nyenyak nya.
Ibu Marshall sudah mempercayakan kepada bi Ijah segala urusan rumah termasuk menjaga Marshall karena ibunya sedang dinas selama 2 bulan ke Kalimantan dan ayahnya yang sudah tidak perduli kepada Marshall karena sikapnya yang sangat brutal dan sangat keras kepala.***
Anin turun dari mobilnya dan mengucap terima kasih kepada Pak Imam, lalu ia segera menuju ke gerbang sekolah.
Perjalanan Anin menuju kelas terhenti saat ia mendengar seseorang memanggil namanya jauh membelakangi tubuh kurus dan tinggi nya itu."Aaniiinn" seseorang memanggil Anin dari depan gerbang sekolah.
Anin membalas panggilan itu dengan menengok ke arah belakang dan melihat siapa yang memanggil nya di setengah perjalananya menuju ke kelas.
Dan ternyata itu kawan karibnya, Childa."Eh Childa, iya Chil" balasan Anin sambil melontar senyum kepada Childa. Karena Anin termasuk orang yang amat jutek sehingga jarang ditemui ia tersenyum kecuali jika ia sedang bersama teman-temannya.
"Tungguin gue Nin" Childa kembali berbicara dengan Anin sambil berlari kecil menyusul Anin.
Mereka pun berjalan menuju kelas sambil berbincang seperti biasanya.
Bel masuk pun berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar akan dimulai.
Murid-murid kelas X-6 segera menuju lab-ipa, karena pelajaran pertama akan diisi oleh Bu Tania, guru biologi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
Teen FictionMarshall Danendra Ricardo, seorang yang tidak pintar, sangat brutal, ia merupakan sosok yang baik terhadap banyak cewek, tetapi tidak mudah untuk mencintai seseorang. Anindya Shirina Anggraini adalah seorang gadis pintar, penurut kepada orang tuanya...