Seharian full ini Anin tidak masuk kelas, ia menghabiskan waktu nya di UKS berbaring lemas dan tak berdaya ditemani oleh Marshall sampai waktu pulang.
"Rin, mending sekarang lo langsung pulang gue anterin. Gausah pake mikir gausah pake nolak" perintah Marshall sambil memapah Anin dari ranjang UKS.
"Iya-iya makasih ya lo udah selalu ada buat gue" ucap Anin.
"Yaampun kan gue udah bilang berkali-kali gue selalu ada buat lo, kapan aja dan dimana aja. Yaudah yuk."
"Lo masih bisa kan naik motor?" tanya Marshall saat berada di parkiran sekolah.
"He'eh."
"Yaudah pelan-pelan, pegangan ya nanti lo jatuh."
Marshall langsung melajukan motor ninja merah nya di lika-liku perjalanan menuju rumah Anin.
Marshall langsung memarkirkan motor nya di garasi rumah Anin, dan memapahnya lagi masuk ke rumah. Karena memang Anin tidak mampu berjalan sendiri sehingga ia tidak dapat mengelak atau membentak Marshall.
"Assalamu'alaikum." ucap Marshall sambil mengetuk pintu rumah Anin.
Terlihat seorang pria yang membuka kan pintu untuk mereka, yang tak lain adalah Rafif.
"Anin? Kenapa nih adik gue?" tanya Rafif panik saat melihat adik nya berwajah sangat pucat.
"Udah nanti aja kita ngobrol nya mending lo tunjukin dimana kamar Anin." tutur Marshall.
"Yaudah ayo gue bantuin kamar Anin di atas yang di pintu nya ada gantungan doraemon."
Marshall dan Rafif sampai di kamar Anin dan langsung melepaskan sepatu serta kaos kaki yang dikenakannya dan menyelimuti tubuhnya hangat.
"Yaudah mending kita keluar dulu. Ceritain adik gue kenapa." perintah Rafif sambil merangkul Marshall.
"Gue juga gatau kak kenapa bisa gitu. Tiba-tiba tadi dia di gendong ke UKS pingsan. Yaudah gue langsung nemenin dia di UKS. Kayanya faktor dia belum sarapan." tutur Marshall panjang lebar.
"Hmm gitu? Tapi kok tumben dia sampai drop banget? Dia emang ga biasa kalau ga sarapan pagi, tapi kenapa bisa sampai kaya gitu?" ucap Rafif kebingungan.
"Oh jadi Anin paling ga bisa kalau ga sarapan pagi kak?"
"Iyaa. Lah emang lo gatau? Lo kan pacarnya? Yaudaah lo tenang aja" kata Rafif sambil menepuk pundak Marshall.
"Ya ga mesti pacar harus tau semua nya juga kak." cibir Marshall sambil sedikit tersenyum.
"Lo mau minum apa?" tanya Rafif.
"Gausah kak. Tante Afifah kemana kak?" tanya Marshall sambil melihat sekeliling rumah.
"Nyokap bokap gue lagi keluar baru aja tadi."
"Ni anak sopan, ganteng, penyayang, perhatian banget sama Anin. Gasalah kalau Anin milih dia buat jadi pacar." batin Rafif .
"Oh pantes nih rumah sepi hehe."
"Iya.. lo sering-sering main kesini biar kita bisa makin deket." kata Rafif.
"Iya kak siap."
"Lo sayang ga sama adik gue?"
"Iya kak gue sayang banget."
"Kenapa lo bisa sebegitu sayang nya sama adik gue?"
"Menurut gue, dia itu unik, selalu bikin gue penasaran. Mungkin dari 1001 cewek yang ngedeketin gue cuma dia doang yang ngejauh. Dia udah bikin gue jadi lebih baik, bikin gue seneng, ya pokoknya gitu deh kak."
"Ya gue percaya kok sama lo. Makasih lo udah mau ngejagain adik gue, udah mau nemenin dia, bikin dia seneng sampai dia ga kumat lagi bipolar nya."
Marshall pun tersentak mendengar perkataan Rafif tadi.
"Apaan kak yang tadi lo bilang? Bipolar???"
"Iyaa Anin tuh di diagnosa mengidap penyakit bipolar, dulu sih sering kambuh. Tapi semenjak deket sama lo, ga pernah gue liat lagi dia kumat bipolarnya. Makanya lo jangan kaget kalau ngeliat dia seneng itu ya dia seneng banget atau sebaliknya." Rafif menceritakan semua nya kepada Marshall.
"Oh pantesan aja dia kalau ketemu gue kadang baik banget kadang jutek banget."
"Iyaa lo jangan kaget kalau perlakuan Anin seketika beda sama lo. Tapi gue mohon ya jangan lo kasih tau siapa-siapa atau menyinggung Anin tentang bipolar nya. Lo ngerti kan kenapa maksud gue?"
"Iya kak gue janji. Walaupun gitu gue tetep sayang kok sama Anin."
"Yaudah kak, gue balik dulu ya gapapa kan? Nanti kalau Anin udah bangun bilang disalamin sama gue ya" ujar Marshall
"Iya nanti gue sampein" jawab Rafif sambil tos-tosan ala cowok.
Marshall meninggalkan rumah Anin dan menuju gedung belakang sekolah karena pasti teman-temannya sudah menunggu nya disana.
***
"Tuh dia Marshall." kata Naufal.
"Woi bro, sorry gue baru ngumpul sama kalian lagi. Tadi gue lagi ngurus princess gue." tutur Marshall sambil tos kepada seluruh temannya.
"Lah emang dia kenapa Shall?" tanya Asyraf.
"Sakit. Paling ke cape an."
"Yaudah sini lah santai dulu sama kita-kita, mau rokok ga nih? Apa udah alim? Haha" ledek Ilham.
"Apaan sih lo. Boleh sini pait banget mulut gue ga ngerokok"
"Btw, kenapa tadi pagi penampilan lo aneh banget Shall? Kaya anak SD mao sekolah tau ga" ledek Ilham lagi.
"Nih ya bro, Anin kan paling ga suka sama cowok brutal. Karena gue sayang sama dia, gue mau rubah diri gue sedikit demi sedikit lah demi dia."
"Woila gaya banget lu Shall." cibir Dafa sambil menempeleng kepala Marshall.
"Eh tapi hebat juga tuh cewek bisa bikin Marshall sadar. Bokap nya aja belom tentu bisa bikin dia sadar dari kelakuan setannya haha" ucap Fajar terheran-heran sambil menatap Marshall.
"Yeh makanya lo punya cewek Jar. Baru bisa ngerasaain jomblo mulu si." sambung Asyraf.
"Lah emang lo udah ada Amira ada perubahan? Yang ada lo yang ngajak diskotik mulu hahaa"
Mereka berbincang-bincang sampai larut malam seperti biasanya dengan berpindah-pindah tempat agar terlepas dari rasa bosan.
###
Haai semuanya, gimana cerita nya? Di comment ya, karena masih banyak kekurangan sana-sini jangan lupa di vote dan comment. Jangan bosen baca cerita ga jelas gue ini hehe:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
Teen FictionMarshall Danendra Ricardo, seorang yang tidak pintar, sangat brutal, ia merupakan sosok yang baik terhadap banyak cewek, tetapi tidak mudah untuk mencintai seseorang. Anindya Shirina Anggraini adalah seorang gadis pintar, penurut kepada orang tuanya...