Pagi ini padahal jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi Anin sudah siap untuk bergegas pergi ke sekolah. Yup bentul sekali, hari ini hari Senin dan tepat di hari ini ia menjadi petugas upacara.
Ia segera pamit kepada kedua orang tua nya dan memutuskan untuk diantar Pak Imam, karena papah nya mengambil libur istirahat sampai lusa."Mah, Pah, Anin berangkat dulu ya. Udah hampir telat nih" ucap nya sambil mencium tangan kedua orang tua nya yang sedang duduk dan berbincang di teras belakang rumah mereka.
"Loh kok pagi banget Nin? Kamu ga sarapan dulu?" tanya Afifah khawatir.
"Aku hari ini jadi petugas upacara mah, gausah deh nanti aja. Aku jalan dulu yaa"
"Iya Anin. Hati-hati dijalan" perintah Adnan.
Anin segera masuk kedalam mobil pribadi miliknya dan menyuruh Pak Imam untuk mengendarai mobil sedikit lebih cepat.
Nasib Anin bisa dibilang beruntung, karena ia sampai di sekolah tepat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi.
Ia langsung menuju lapangan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara bendera hari ini.^^^
Lain Anin, lain pula Marshall. Jika Anin tergesa-gesa ingin cepat sampai ke sekolah, Marshall malah seperti biasa baru memutuskan mimpi indahnya alias baru terbangun dari tidur nyenyaknya.
Mungkin tidak seperti biasanya, kali ini Marshall terbangun sendiri tanpa bantuan alarm alaminya bi Ijah.
Bi Ijah yang baru saja ingin menuju kamar Marshall terkaget-kaget ketika melihat majikan mudanya itu sudah siap dan rapih dengan seragam putih abu-abunya lengkap dengan dasi dan baju yang dimasukkan kedalam celana."Ada apa dengan Den Marshall? Ko tiba-tiba dia berpenampilan seperti itu?" batin bi Ijah sambil memperhatikan Marshall.
"Kenapa bi segitu kaget nya ngeliat saya rapih gini? Ga cocok ya? Saya udah ngerasa kok bi." tutur Marshall sambil melihat ke arah seragam yang ia kenakan.
Bi Ijah dibuat terpongo lagi oleh Marshall. Mungkin ini kali pertama Marshall berbicara dengan bi Ijah tanpa bentakan.
"Ng-ng-ngga ko Den, Den Marshall makin ganteng kalau rapih seperti ini" jawab Bi Ijah terbata-bata.
"Yaudah bi. Saya mau berangkat dulu." Pamit Marshall dengan nada sopan dan melontarkan senyum miring khas dirinya.
¤¤¤¤
Upacara bendera berlangsung.
Di upacara bendera kali ini terlihat sekali perbedaan. Guru-guru yang menengok ke arah siswa kelas X-8 terpongo dan terkesan tidak percaya saat melihat Marshall Danendra Ricardo berbaris di urutan kedua dari depan saat upacara bendera, dan hebat nya lagi ia berhasil mengubah penampilannya dan sama sekali tidak terlihat bahwa dia seorang anak yang brutal.
***
Pelajaran pertama kali ini diisi oleh Bu Sukma, guru kimia di kelas X-6.
Anin yang biasa nya sangat bersemangat saat belajar, berbeda dengan hari ini."Nin? Kok lo lesuh gitu?" tanya Ana sambil mengelus punggung Anin.
"Gatau nih Na, tiba-tibe kepala gue pusing banget semua keliatan nya berbayang di mata gue" jawab Anin dengan sedikit meringis.
"Yaudah, lo mau gue anter ke UKS ga?" tanya Ana lagi.
"Ng-ngga usah Na. Kita belajar aja dulu."
"Lo udah kaya gini masih ajaa bersikeras belajar"
***
Di kelas X-8 sedang berlangsung pelajaran olahraga.
"Sebelum mulai praktek olahraga, kalian melakukan pemanasan keliling lapangan 3 putaran terlebih dahulu agar tubuh kalian tidak kaku." kata Pak Valdy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
Teen FictionMarshall Danendra Ricardo, seorang yang tidak pintar, sangat brutal, ia merupakan sosok yang baik terhadap banyak cewek, tetapi tidak mudah untuk mencintai seseorang. Anindya Shirina Anggraini adalah seorang gadis pintar, penurut kepada orang tuanya...