5

705 51 18
                                    

*Di Dapur Rumah

"Aku bisa pergi sendiri." kataku yang sedang mengolesi roti bakar dengan keju, kemudian memakan dengan lahap roti lezat itu.

"Iya, aku tahu, tapi aku ingin mengantar kamu, sekali ini saja." pinta Julliane.

"Affu fudah befar gak fferlu diantar." kataku dengan mulut penuh disumpal roti.

"Ya kamu sudah besar Gia, tapi kamu tetap putri kecilku." kata Julliane seraya memberikan segelas susu coklat.

--menyeruput susu-- "Kenapa?" tanyaku.

"Kenapa apanya?" tanya Julliane.

"Kenapa Ibu ngotot banget ingin mengantar aku, biasanyakan aku sendirian naik bus juga bisa." selidikku spontan.

"Itu..." Julliane menghela nafas. "Beginikah sikap kamu kepada ibumu? Aku ingin kita lebih dekat, ini adalah salah satu caranya"

"Itu...?" gumamku curiga.

"Gia sudah, aku tetap mengantar kamu okay." ucapnya tegas.

~~

Alice POV

Hari ini sangat indah seperti biasanya.
Aku punya Ayah yang ganteng, ibu tiri yang pengertian, ibu kandung yang cantik dan sangat perhatian, kakak yang keren dan sangat populer digandrungi banyak cewek, teman-teman yang gaul. Aku populer disekolah karena selain cantik, aku juga cerdas.
Semuanya sempurna.

Kecuali satu hal, mempunyai saudari kembar yang sangat menyebalkan. Dibanding-bandingkan. Aku harus berpura-pura harmonis dengannya untuk menjaga image. Lagi, Harusnya aku sudah punya ribuan pacar. Entah kenapa mereka takut mendekatiku. Aku dengar beberapa rumor kalau itu semua karena Gia mengancam mereka. Tapi aku tidak pernah menanyainya. Sejak peristiwa dulu, aku tidak pernah lagi mengobrol dengannya, kecuali jika terpaksa.

Hampir tiga bulan sudah aku menjalani masa SMA, tentu saja di kelas akselerasi. Dan yang cukup mengejutkan, aku bukanlah yang termuda di kelas itu.

Aku lebih nyaman berteman dengan anak dari kelas regular yang rata-rata 4 tahun lebih tua dariku. Karena mereka memperlakukanku spesial dan selalu terkagum padaku, berbanding terbalik dengan kelasku yang rata-rata usianya sama tapi sikapnya jauh lebih dewasa dengan topik pembicaraan membosankan dan agak angkuh. Apalagi ada yang lebih muda dan lebih cerdas. Fiuh anak-anak jaman sekarang.

.
*Dalam Bus Sekolah

"Alice jadi nih pestanya?" tanya teman cowok.

"Jadilah, masa cewek populer gak dipestain" jawab teman cowok yang lain.

"Iya donk." kataku membenarkan.

"Wah bakal keren tuh, kamu dan kembaranmu dipestain bareng. Gede-gedean tuh." kata Diva.

"Hm iya, tapi gak janji sih." ucapku.

"Maksudnya?" tanya Diva bingung.

"Pestanya sih iya. Tapi kalo Gia..." terangku sambil menelan ludah. "mungkin pestanya gak bareng. Ya dia punya rencana sendiri. Jadi..." lanjutku seraya menaikkan kedua bahu.

"Yah sayang sekali." ucap teman cewek lain.

"Iya, mau gimana lagi." kataku.

Tidak lama, bus pun berhenti menandakan kami sudah sampai disekolah. Aku berjalan sambil dikanan kiri dan belakang diikuti dengan teman-teman se-geng. Semua anak berebutan mencoba menyapa kami. Pemandangan yang sudah biasa ku hadapi setiap hari.

"Alice." panggil suara familiar itu.

Aku menoleh. "Mom," kataku riang.

Julliane kemudian memelukku.

The Perfect StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang