9

743 50 13
                                    

Gadis berambut sepinggang dikuncir itu sibuk mondar mandir di loby hotel, sesekali dia melirik ke arah luar yang pintu dan dindingnya transparan. Dan tiada henti melirik jam tangan black sport yang menggantung ditangan kirinya. Ya, pesta ulang tahun bersama adiknya telah usai, 1 jam lalu tepatnya. Para tamu undangan semuanya sudah pulang, membuatnya semakin gelisah.

"Dimana ibu? kenapa belum ngejemput?" gerutunya.

"Gia!" seru gadis rambut pirang digerai, rok selutut dan baju kaos pink menambah aura feminimnya. Kini ia dan tiga teman ceweknya yang rata-rata 3 tahun lebih tua menuruni anak tangga menuju loby tempat Gia berada.

"Ya Al."

"Tadi orang hotel bilang kalo mom nelfon dan dia bilang nggak bisa jemput kita."

"Hah trus gimana donk, apa kita nginap di hotel ini? Kan mahal."

Alice mendecak.

"Ih kamu ini Gi bercanda aja." ujar Alice sambil melirik teman-temannya, wajar saja, ia sedang menjaga imagenya.
"Nanti bakalan ada yang jemput kita." lanjutnya.

"Siapa?"

"Uncle James. Mom nyuruh kita nginap di villa milik uncle soalnya sekarang udah malam banget dan katanya bakal ada badai."

Rona wajah Gia mendadak lebih pucat dari jacket krem windbreaker yang dikenakannya.

"Kamu kenapa Gi?" tanya Alice seraya memegang lengan Gia

"Nggak mau!" hardik Gia yang tanpa sadar menepis tangan Alice.

"Apaan sih Gi!" kata Alice jengkel.

Kali ini Gia hanya menunduk diam dengan ekspresi cemas.

"Kamu itu!" Bentak Alice tertahan, ia menarik nafas dalam. "Ya udah biar kita-kita aja guys."

Tidak lama, sebuah mobil sport hitam datang. Seorang lelaki memakai jas setel dengan baju kaus dan celana jeans keluar sembari melambai ke arah 5 remaja yang asik ngobrol kecuali satu orang yang menunduk menatap sepatu nike yang senada dengan jeans hitamnya.

"Uncle!" teriak Alice.

Doorman mempersilakan lelaki 27-an tahun itu masuk. Jenggot model stubble menghiasi senyumnya saat keponakannya itu dengan setengah berlari mendatanginya.

"Wah kamu sudah gede Alice," ujarnya sambil mengukur tinggi Alice yang setinggi diatas perutnya. "Dan makin cantik aja."

"Iya donk, Uncle juga makin keren!" ucap Alice. "teman-teman aku aja jadi pada ribut nih." Lirik Alice ke teman-teman di sampingnya yang lagi cengengesan.

James pun tertawa.

"Gia mana?" tanya James yang melihat sekeliling.

"Tuh." tunjuk Alice ke arah gadis yang membuang muka sambil melipat tangan, ia bergeming dari tempatnya sedari tadi.

James menatap Gia lama.

"Uncle?"

"Hem?"

"Bisa kita pergi sekarang?" ajak Alice yang mulai risih dengan bisikan teman-temannya.

The Perfect StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang